Minggu, 21 Juni 2015

1. Al Ahad, Satu atau Ganjil






 [Satu atau ganjil ]
                    
Oleh Drs. St.  MUKHLIS DENROS

Sejak kehadiran Adam As sebagai manusia pertama di dunia ini, sudah diajarkan kepadanya tentang eksistensi Allah sebagai Tuhan yang disembah, ditaati segala titahnya, Tuhan dengan segala kesempurnaannya memiliki sifat yang tidak sama dengan makhluk-Nya, Allah itu ahad maksudnya adalah Allah saja yang memiliki sifat, pekerjaan dan zat-Nya yang tidak sama dengan makhluk-Nya.

Allah ahad atas sifatnya, hanya Dia saja yang mempunyai kesempurnaan sifat, walaupun makhluknya diberi sifat yang sama penyebutannya dengan sifat Allah maka sifat makhluk tadi tidaklah sama dengan sifat Allah.  Allah ahad atas pekerjaan-Nya adalah hanya Allah saja yang mampu berbuat demikian menurut kehendak-Nya. Walaupun pekerjaan makhluk-Nya sama penyebutannya dengan pekerjaan Allah tapi tidaklah sama kemampuan dan kualitas yang dihasilkan-Nya.

 Allah ahad dari segi zat-Nya, kejadian Allah tidak sama dengan kejadian makhluk demikian pula zat kejadian Allah tidak satupun makhluk berkewajiban untuk mengetahuinya, dengan tegas Allah menyebutkan eksistensi-Nya dalam surat Al Ikhlas 112;1-4
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

            Karena keesaan Allah inilah yang membuat para nabi dan penyeru kebenaran dimusuhi oleh semua penyembah berhala dan penganut kemusyrikan, mereka mengakui bahwa Allah sebagai Tuhan tapi bukan satu-satunya, masih ada Tuhan lain yang ditaati aturannya, diberikan sesajian, disembah dengan segenap pengabdian. Sehingga keesaan Allah dicemari dengan kemusyrikan dan kemunafikan. Penyelewengan sejarah ini sudah terjadi sepanjang perjalanan  manusia di dunia ini, keinginan untuk menyembah kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan dikotori oleh oknum-oknum yang ingin menyesatkan dirinya dan juga menyesatkan manusia lainnya dikemudian hari, penyesatan itu terbentang jelas dilakukan oleh para ahli kitab yang menanamkan doktrin bahwa Tuhan ini bukan satu tapi dua atau tiga sebagaimana yang digambarkan Allah dalam surat An Nisa' 4;171
"Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Faham inilah yang mengusik mantan biarawati  Irene Handono untuk mengkaji keberadaan Tuhan sebagaimana pengakuannya. Ketika pertama kali memegang kitab suci al-Qur'an, aku bingung. Kitab ini, mana yang depan, mana yang belakang, mana atas mana bawah. Kemudian aku amati bentuk hurufnya, aku semakin bingung. Bentuknya panjang-panjang, bulat-bulat, akhirnya aku ambil jalan pintas, aku harus mempelajari dari terjemah.
Ketika aku pelajari dari terjemahan, karena aku tak mengerti bahwa membaca al-Quran dimulai dari kiri, aku justru terbalik dengan membukanya dari kanan. Yang pertama kali aku pandang, adalah surat Al Ihlas.

Aku membacanya, bagus surat al-Ikhlas ini, pujiku. Suara hatiku membenarkan bahwa Allah itu Ahad, Allah itu satu, Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak sesuatu pun yang menyamai Dia. "Ini 'kok bagus, dan bisa diterima!" pujiku lagi.

Pagi harinya, saat kuliah teologia, dosen saya mengatakan, bahwa Tuhan itu satu tapi pribadinya tiga, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Putra dan Tuhan Roh Kudus. Tiga Tuhan dalam satu, satu Tuhan dalam tiga, ini yang dinamakan trinitas, atau tritunggal. Malamnya, ada yang mendorong diriku untuk mengaji lagi surat al-Ihklas. "Allahhu ahad, ini yang benar," putusku pada akhirnya.

Maka hari berikutnya terjadi dialog antara saya dan dosen-dosen saya. Aku katakan, "Pastur (Pastur), saya belum paham hakekat Tuhan."

"Yang mana yang Anda belum paham?" tanya Pastur.

Dia maju ke papan tulis sambil menggambar segitiga sama sisi, AB=BC=CA. Aku dijelaskan, segitiganya satu, sisinya tiga, berarti tuhan itu satu tapi pribadinya tiga. Tuhan Bapak sama kuasanya dengana Tuhan Putra sama dengan kuasanya Tuhan Roh Kudus. Demikian Pastur menjelaskan.

"Kalau demikian, suatu saat nanti kalau dunia ini sudah moderen, iptek semakin canggih, Tuhan kalau hanya punya tiga pribadi, tidak akan mampu untuk mengelola dunia ini. Harus ada penambahnya menjadi empat pribadi," tanyaku lebih mendalam.

Dosen menjawab, "Tidak bisa!"

Aku jawab bisa saja, kemudian aku maju ke papan tulis. Saya gambar bujur sangkar. Kalau dosen saya mengatakan Tuhan itu tiga dengan gambar segitiga sama sisi, sekarang saya gambar bujur sangkar. Dengan demikian, bisa saja saya simpulkan kalau tuhan itu pribadinya empat. Pastur bilang, tidak boleh.

Mengapa tidak boleh? Tanya saya semakin tak mengerti.

"Ini dogma, yaitu aturan yang dibuat oleh para pemimpin gereja!" tegas Pastur.

Aku katakana, kalau aku belum paham dengan dogma itu bagaimana?

"Ya terima saja, telan saja. Kalau Anda ragu-ragu, hukumnya dosa!" tegas Pastur mengakhiri.

Walau pun dijawab demikian, malam hari ada kekuatan yang mendorong saya untuk kembali mempelajari surat al-Ikhlas. Ini terus berkelanjutan, sampai akhirnya aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang membuat mimbar, membuat kursi, meja?" Dia tidak mau jawab.

"Coba Anda jawab!" Pastur balik bertanya. Dia mulai curiga. Aku jawab, itu semua yang buat tukang kayu.

"Lalu kenapa?" tanya Pastur lagi.

"Menurut saya, semua barang itu walaupun dibuat setahun lalu, sampai seratus tahun kemudian tetap kayu, tetap meja, tetap kursi. Tidak ada satu pun yang membuat mereka berubah jadi tukang kayu," saya mencoba menjelaskan.

"Apa maksud Anda?" Tanya Pastur penasaran.

Aku kemudian memaparkan, bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan seluas isinya termasuk manusia. Dan manusia yang diciptakan seratus tahun lalu sampai seratus tahun kemudian, sampai kiamat tetap saja manusia, manusia tidak mampu mengubah dirinya menjadi Tuhan, dan Tuhan tidak boleh dipersamakan dengan manusia.

Malamnya, kembali kukaji surat al-Ikhlas. Hari berikutnya, aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang melantik RW?" Saya ditertawakan. Mereka pikir, ini 'kok ada suster yang tidak tahu siapa yang melantik RW?.

"Sebetulnya saya tahu," ucapku.

"Kalau Anda tahu, mengapa Anda Tanya? Coba jelaskan!" tantang mereka.

"Menurut saya, yang melantik RW itu pasti eselon di atasnya, lurah atau kepala desa. Kalau sampai ada RW dilantik RT jelas pelantikan itu tidak syah."

"Apa maksud Anda?" Mereka semakin tak mengerti.

Saya mencoba menguraikan, "Menurut pendapat saya, Tuhan itu menciptakan alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia. Manusia itu hakekatnya sebagai hamba Tuhan. Maka kalau ada manusia melantik sesama manusia untuk menjadi Tuhan, jelas pelantikan itu tidak syah."
Malam berikutnya, saya kembali mengkaji surat al-Ikhlas. Kembali terjadi dialog-dialog, sampai akhirnya saya bertanya mengenai sejarah gereja.

Menurut semua literratur yang saya pelajari, dan kuliah yang saya terima, Yesus untuk pertama kali disebut dengan sebutan Tuhan, dia dilantik menjadi Tuhan pada tahun 325 Masehi. Jadi, sebelum itu ia belum menjadi Tuhan, dan yang melantiknya sebagai Tuhan adalah Kaisar Constantien kaisar romawi.

Pelantikannya terjadi dalam sebuah conseni (konferensi atau muktamar) di kota Nizea. Untuk pertama kali Yesus berpredikat sebagai Tuhan. Maka silahkan umat kristen di seluruh dunia ini, silahkan mencari cukup satu ayat saja dalam injil, baik Matius, Markus, Lukas, Yohanes, mana ada satu kalimat Yesus yang mengatakan 'Aku Tuhanmu'? Tidak pernah ada.

Mereka kaget sekali dan mengaggap saya sebagai biarawati yang kritis. Dan sampai pada pertemua berikutnya, dalam al-Quran yang saya pelajari, ternyata saya tidak mampu menemukan kelemahan al-Qur'an. Bahkan, saya yakin tidak ada manusia yang mampu.

Kebiasaan mengkaji al-Qur'an tetap saya teruskan, sampai saya berkesimpulan bahwa agama yang hak itu cuma satu, Islam. Subhanaallah. [Islam Swaramuslim.net Jul 2003 -  feb 2006]
            Konsekwensi kemusliman seseorang ialah pengakuan dalam hati dengan keimanan yang mantap, pengucapan melalui lisan dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari bahwa Allah itu ahad atau esa, hal ini dibuktikan oleh para nabi dan para rasul pada masa dahulu, sebagaimana ketika Nabi Muhammad ditawari oleh orang kafir Quraisy untuk sama-sama menyembah Allah satu minggu dan minggu berikutnya sama-sama pula menyembah berhala, hal ini ditolak oleh Nabi tidak sesuai dengan konsep ketuhanan yang tauhid yaitu ahad, permintaan kafir Quraisy itu dilarang Allah untuk direalisasikan. Surat Al Kafirun menjelaskan 109;1-5
’Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah".
Bagaimanapun juga, keimanan yang bersih yaitu keimanan tauhid tidak bisa disatukan dengan kemusyrikan, itulah perjuangan para nabi dan para rasul untuk menyelamatkan ummat ini dari keimanan yang rusak, mereka hanya dituntut untuk berimann kepada Allah semata, yaitu keimanan yang bersih, keimanan yang hanya mentauhidkan Allah saja. Bagaimana perjuangan seorang budak di zaman dahulu yang disiksa oleh taunnya karena telah memeluk agama yang dibawa Muhammad, setiap siksaan dan azab yang ditimpakan kepada Bilal maka dia selalu mengucapkan "Ahad, Ahad" sehingga menimbulkan kebencian dari tuannya, lalu dia dijual kepada Abu Bakar As Siddik sehingga benar-benar bebas memeluk islam tanpa tekanan dari siapapun.
Itulah Dia, Tuhan semesta alam ini, Dia Allah, Ahad atau Esa, nama itulah yang menjadikan ummat ini sebagai hamba-Nya, dengan pengabdian itu menjadikan manusia lebih berharga hidup yang dilaluinya, jangankan ibadah yang dilakukan, sedangkan penyebutan nama Allah saja mendapatkan ganjaran berupa pahala dari-Nya.
Tak ada nama yang lebih besar, dibanding nama Allah. Dia menciptakan segala. Dia mengatur semua. Dia mengawasi seluruhnya.
Dalam al Qur’an, kata Allah dalam banyak varian disebutkan dalam jumlah yang sangat besar. Kata Allah disebutkan sebanyak 2.698 dalam berbagai konteks, peristiwa dan sifat-sifat-Nya.
Sebutlah nama Allah, maka hati menjadi tenang. Ingatlah nama Allah, maka semuanya menjadi terang. Dzikirkan selalu kata Allah, dengan izin-Nya, takkan ada penghalang.
Nama Allah adalah kata yang merangkumi seluruh nama-Nya, segenap sifat-Nya dan seluas makna-Nya. Allah, tak ada nama yang sebesar ini;
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri (QS. Az Zumar 39: 38)
Rasulullah bahkan mengajarkan pada kita pelajaran sangat detil bagaimana dan bila waktunya seharusnya menyebut nama Allah. “Apabila malam telah datang (setelah matahari tenggelam), tahanlah anak-anak kalian, karena setan bertebaran ketika itu. Apabila telah berlalu sesaat dari waktu Isya lepaskanlah (biarkanlah) mereka. Tutuplah pintumu dan sebutlah nama Allah. Padamkanlah lampumu dan sebutlah nama Allah. Tutuplah periukmu dan sebutlah nama Allah. Rapatkanlah kendi airmu dan sebutlah nama Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebutlah Allah. Kapan saja. Dimana saja. Ingatlah Allah, dalam diam, dalam gerak, saat sepi, saat ramai. Niscaya Dia akan menjagamu, melapangkan jalanmu dan memudahkan urusanmu, mendekatkan yang jauh dan merapatkan yang dekat.[Ciber Sabili,  Selasa, 13 April 2010 06:47 Herry nurdi].

            Dari 99 nama-nama Allah yang kita kenal dengan asma ul husna, selayaknya kita sering membasahkan bibir kita dengan menyebut nama-nama yang baik itu, salah satu diantaranya yaitu Ahad, yaitu keesaan Allah, niscaya kita akan mendapatkan pahala dan berkahnya apalagi Ahad tersebut direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan menyingkirkan kemusyrikan sehingga keimanan kita bersih dari segala yang dapat meracuni keesaan Allah, wallahu a'lam. [Cubadak Solok, 12 Muharam 1432.H/19 Desember 2010.M]

Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3. Islam Swaramuslim.net
4. Cyber Sabili. 2010






2. Al Khaliq, Allah Pencipta





 [Allah Pencipta ]
                    
Oleh Drs. St.  MUKHLIS DENROS

            Al Khaliq adalah salah satu  nama-nama Allah yang indah, kita sebut dengan Asma ul Husna, artinya Allah Pencipta, yang menciptakan alam  semesta ini dengan segala isinya, dia Maha Pencipta yang kita kagumi hasil penciptaan-Nya;
" Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”[As Sajadah 32;4]

Penciptaan alam semesta ini diakui oleh orang-orang kafir di masa jahiliyyah walaupun ketika mereka dituntut untuk menyembah Allah mereka menolak, artinya kafir Quraiys ketika itu mengakui Allah dengan  keimanan secara Rububiyyah yaitu keimanan sebatas pengakuan tentang Maha Penciptanya Allah.
Duhai yang Maha Pencipta, izinkan hamba menyebut dan menulis nama-Mu yang Maha Mulia. Sungguh betapa agung nama-Mu, yang telah menciptakan segala. Rasanya, dengan hati dan perasaan malu, kami membisikkan nama-Mu. Karena Engkau telah menciptakan segala, tapi kami tak jenuh-jenuh berbuat dosa.
Janganlah Engkau kunci hati kami. Jangan pula Engkau tutup jiwa kami. Dari kebenaran-Mu. Dari kebesaran-Mu. Sungguh, kami tak ingin Engkau butakan. Sungguh, kami tak hendak Engkau campakkan.
Duhai yang Maha Pencipta, izinkan hamba menyebut dan menulis nama-Mu dengan segenap jiwa yang penuh alpa. Tidak saja karena takut, tapi juga penuh rasa malu. Betapa sayangnya Engkau pada kami, tapi betapa durhakanya kami atas semua nikmat yang Engkau beri.
Kami terlalu sibuk memikirkan tentang apa yang kami bisa dan apa yang kami mampu. Padahal, dibanding izin-Mu, sungguh malu jika kami merasa bisa dan mampu. Engkau hamparkan bumi. Engkau turunkan hujan. Engkau tumbuhkan tanaman. Engkau jadikan kehidupan. Dan kami masih terus menerus durhaka, dengan berbuat dosa.
Duhai yang Maha Pencipta, izinkan hamba menyebut dan menulis nama-Mu dengan segenap ruh yang mudah luluh. Ampuni kami Gusti, yang seolah lupa betapa luasnya langit, betapa bergeloranya samudera. Dan semua itu, hanya Engkau yang menciptakannya.
Rasul-Mu saja, betapa takut dan malu menatap langit yang begitu luas. Takut karena merasa sangat kecilnya manusia. Malu karena, betapa lemahnya manusia.
Tapi Engkau Maha Menepati janji, wahai Sang Pencipta. Yang lemah akan menjadi kuat, dengan menyebut nama-Mu. Yang takut menjadi berani, dengan menyebut nama-Mu. [Cyber Sabili, Rabu, 16 Juni 2010 04:41 Herry nurdi].

Makna lain dari kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, tidak ada Tuhan selain Allah adalah “Laa Khaliq Illallah” artinya “Tidak ada Pencipta kecuali Allah”. Karena memang di dunia ini selain Allah adalah makhluk artinya yang diciptakan, termasuk di dalamnya adalah manusia,  tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya.

Allah juga menciptakan makhluk lainnya seperti jin dan malaikat dengan kejadian yang berbeda dan watak yang tidak sama pula, sehingga beragamlah makhluk Allah tersebut.
Dengan mempehatikan kejadian seluruh makhluk membuat kita semakin yakin bila Allah itu Maha Perkasa, wajar bila seorang sufi mengatakan,”Barangsiapa yang mengenal asal kejadiannya maka dia akan mengetahui siapa Tuhannya”

Allah Swt  Maha Kuasa, Ia menciptakan alam semesta semuanya tidak menggunakan alat atau perkakas. Bila akan menjadikan sesuatu, cukuplah dengan kalimat “Kun” jadilah, lalu terjadilah seperti firman Allah dalam surat Yasin surat ke 36 ayat 82
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia”

Firman Allah dalam hadits qudsi ;”Aku adalah gudang yang tersembunyi, maka Aku suka agar Aku dikenal, lalu Aku ciptakan makhluk supaya ia mengenalku Aku”
Dalam surat Yunus 10;3 Allah menyatakan firman-Nya;
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”

Jadi jelaslah yang mengatur semua kejadian alam, makhluk, manusia, binatang, matahari, bulan dan bintang, hidup dan mati adalah Allah Swt  [Al Baqarah 2;255]
”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Tidak semua orang mengakui kalau Allah adalah Pencipta karena dihalangi oleh beberapa faktor diantaranya tidak mempunyai akal serta tidak diberdayakan akalnya ke arah itu. Dalam mengenal Allah mempunyai dua cara;

  1. Dengan menggunakan akal fikiran dan memeriksa secara teliti apa saja yang telah diciptakan Allah, yang berupa benda-benda yang beraneka ragam.

  1. Dengan mengetahui nama-nama Allah serta sifat-sifat-Nya. Dengan menggunakan akal dari satu sudut dan dengan mema’rifati nama-nama dan sifat-sifat-Na dari sudut lain, akan dapat seseorang berma’rifah kepada Allah dan dia akan memperleh petunjuk ke arah itu.

Karenanya islam menganjurkan kepada manusia agar memikirkan hal-hal yang diciptakan Allah. Apa-apa yang di langit dan  di bumi. Dalam diri sendiri dan dalam masyarakat. Tidak sebuah pemikiranpun yang dilarang, melainkan memikirkan zat Allah, sebab soal yang  satu ini pasti berada di luar kekuatan akal fikiran manusia, Rasulullah  bersabda,”Berfikirlah perihal makhluk Allah. Dan janganlah kamu berfikir tentang zat Allah. Sebab sesungguhnya kamu tentu tidak dapat mencapai keadaan hakekat zat Allah”[HR.Abu Nu’aim]

Al Qur’an banyak menunjukkan dengan beratus-ratus tanda bukti yang mengajak ummat manusia untuk merenungkan keadaan alam yang terbuka lebar dan luas di hadapan mereka, itu makanya hal yang dapat menghilangkan akal manusia harus disingkirkan;

            “ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,’[Al Baqarah  2;219]

Yang diciptakan Allah bukanlah sebatas isi langit dan bumi tapi seluruh jagad raya yang maha luas, hal ini digambarkan oleh seorang ilmuan yang bernama Albert Einstein, ketika dia meneropong bintang yang paling dekat dengan bumi,dia menemukan jarak satu juta  tahun perjalanan cahaya, artinya bila kita menyorotkan senter ke bintang tersebut maka akan sampai cahaya senter tersebut setelah satu juta tahun lamanya. Dan ketika dia menyorotkan teropongnya pada bintang yang paling jauh maka dia menemukan jarak yang luar biasa yaitu 20 nonya dibelakang, sehingga kekagumannya tadi terucap dengan pendapat,”Ilmu tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta”.

Berfikir sejenak atas  peristiwa alam yang terjadi sehari-hari akan membangkitkan kesadaran yang tinggi, bagaimana langit dan bumi diciptakan serta rintik hujan sampai ke tanah yang dapat menyuburkan tanaman.
Di angkasa raya dengan kebesaran penciptaNya berjuta-juta bintang berhamburan memberi warna indahnya di langit, pergantian musim dan cuaca, gumpalan awan yang membawa hujan dan  sungai yang mengaliri air [Ash Shaffat 37;6]
“ Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, Yaitu bintang-bintang,

Kebesaran Allah tidak ditemui tandingannya dan hal ini diakui dengan kerendahan hati oleh orang-orang yang beriman yang mau mengetuk hatinya untuk membacakan segala peristiwa dari alam ini, sejak dari biji yang tak berdaya, tumbuhan, hewan dan manusia yang dihidupkan serta dimatikan dengan kekuasaan-Nya [Al An’am 6;95]
  
”Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?”

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari ciptaan Allah; lautan dengan segala kekayaannya, binatang serangga dengan berbagai jenisnya, tumbuh-tumbuhan dengan corak warnanya sampai kepada diri manusia itu sendiri [Al Jatsiyah 45;4]
“Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini”

Bagaimana awal mula diciptakan manusia yang berasal dari air mani dengan segala proses kejadiannya [As Sajdah 32;7-8]

            “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina”

Dengan Maha Penciptanya Allah, maka hanya Allah saja yang mengerti tentang keadaan ciptaan-Nya, silfat dan watak hamba-Nya, hak dan kewajiban hamba-Nya sehingga selayaknya  bila mmat ini selain mengakui penciptaan-Nya juga tidak mengabaikan pengabdian dalam seluruh asfek kehidupan, bila hanya beriman kepada Allah atas Maha Penciptanya Allah tapi tidak mau mengabdi kepada-Nya berarti sama dengan keimanan orang-orang kafir masa dulu, wallahu a'lam [Cubadak Solok, 12 Muharam 1432.H/19 Desember 2010.M]

Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3. Cyber Sabili. 2010


3. Al Awwal, Yang Mula-mula ada





AL AWWAL
 [Yang mula-mula ada]
                    
Oleh Drs. St.  MUKHLIS DENROS

            Nama-nama yang baik pada Allah diantara yang 99 itu adalah Al Awwal artinya Yang mula-mula ada. Keberadaan Allah sebagai Tuhan yang menciptakan segala sesuatunya, menciptakan dunia dengan segala isinya, sehingga Dialah yang mula-mula ada dibandingkan makhluknya, keberadaannya tidak diawali oleh yang lain dan tidak pula diakhiri oleh yang lain.

"Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin, dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu"[Al Hadid 57;3]

Yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang Telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang Akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya Karena banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.

Allah yang mula-mula sebelum kata yang mula-mula itu  ada di dunia ini, keberadaan-Nya tiada diawali oleh yang lain karena Dia adalah Tuhan yang menjadikan segala sesuatu itu ada, tanpa ada sesuatu itu kalau bukan diciptakan oleh sesuatu yang awal yang disebut dengan kausa prima. Selain dengan keimanan yang mantap untuk mempercayai keberadaan Allah yang menjadi nama-nama yang baik  bagi-Nya dengan sebutan Asma ul Husna maka untuk mengokohkan kepercayaan tadi harus pula ditopang dengan akal yang cerdas.

Akal yang cerdas tersebut adalah akal yang digunakan untuk tafakkur yaitu memikirkan alam ini sebagai kajian yang hasilnya membuat akal tersebut semakin kagum dengan kekuasaan Allah bukan malah merendahkannya. Banyak orang yang punya akal yang digunakan untuk mempelajari alam raya ini akhirnya tunduk dan patuh kepada kebenaran sehingga merubah posisinya dari non muslim siap menyerahkan diri sebagai seorang muslim, dari muslim yang maksiat menjadi orang yang taat [3;190-191]

" Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka".

Tentang kejadian makhluk Allah yaitu dunia dan segala isinya bila dipelajri, dikaji dan difahami oleh akal yang cerdas maka akan meningkatkan kualitas iman, tapi tentang keadaan Allah yang ada sebelum lainnya ada, Dialah yang awal dari segala yang ada maka tidak boleh dikaji terlalu mendalam karena Rasulullah menyatakan dalam hadiitsnya "Pelajarilah tentang kejadian makhluk Allah tapi jangan dipejari tentang kejadian zat Allah".  Penciptaan Allah tentang makhluknya manusia tidaklah tahu karena manusia ada setelah adanya makhluk yang lain, bumi dengan segala ininya sudah ada sebelum manusia dijadikan, yang kejadian manusia itu diawali dari penciptaan nabi Adam As. Kejadian itu saja diragukan oleh orang-orang kafir sehingga mereka menanamkan doktrin kepada masyarakat dengan dalih ilmu pengetahuan bahwa asal kejadian manusia itu berasal dari kera;
"Maka apakah kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru" [Qaf 50;15]

Karena keraguan itulah sehingga mereka menjadikan akal sebagai primadona dalam kehidupan ini dengan menafikan Allah, ajaran ini kita kenal dengan nama Positivisme. Ajaran ini ditokohkan oleh Aguste Comte yang berpendapat bahwa kekuatan terbesar di dunia ini adalah fikiran, dengan fikiran manusia dapat berbuat apa maunya untuk kesenangan dan kesejahteraan di dunia, fikiran yang baik akan mencetuskan  ide-ide yang baik pula dengan hasil yang gemilang tanpa menggantungkan diri kepada Tuhan. Orang yang mengakui Tuhan berarti fikirannya telah terikat dan terbelenggu, dia tidak memanfaatkan kekuatan yang ada pada dirinya atau fikiran, fikiranlah sebagai Tuhan, tiada lain Tuhan selain fikiran yang menghasilkan teknologi, industri dan komputer.

Pengabdian manusia hanya kepada manusia yang telah menggunakan fikirannya yang baik,bukan mengabdi kepada Tuhan karena manusia lain telah berjasa besar dalam hidup kita melalui pengorbanan fikirannya, adakah kekuatan lain sebagai ganti fikiran yang telah berhasil menciptakan ilmu pengetahuan dengan teknologi yang canggih?

Allah adalah yang awal, yang menjadikan adanya segala sesuatu dan yang mengakhirkan segala sesuatu itu kembali, Dia berkuasa atas segala kehendak-Nya, Dia Maha Melihat dan mengawasi segala ciptaan-Nya, awalnya tidak diawali oleh yang lain, awalnya tidak dapat disamakan dengan penciptaan makhluk-Nya, awalnya hanya Dia saja yang tahu bagaimana kejadian-Nya, kita sebagai makhluk hanya dituntut untuk mengimani segala sifatnya-Nya tanpa bisa mengkaji lebih dalam tentang zat-Nya.

Allah yang awal, adalah sifat yang juga ada pada manusia atau makhuknya yang lain tapi tidaklah sama dengan kesempurnaan sifat Allah, awalnya manusia karena ada yang lebih awal dari sebelumnya,   awalnya manusia karena akan binasa dengan segala keakhirannya ketika segala sesuatu yang akhir itu akan binasa. Beriman dan mengagumi sifat yang baik bagi Allah ini seharusnya meningkatkan keimanan kita menjadi muslim yang muttaqin, menyebut dengan lisan, menghafal dengan perasaan tentang sifat Allah yang Awwal ini menjadikan hati semakin tentram, menyejukk dan perasaan dan mendamaikan suasana.

Ya Allah, Engkaulah yang Maha sempurna atas segala sifat dan zat kejadian-Mu, tiada kami mampu untuk mengetahui tentang batas maksimal sifat Awal-Mu karena terbatasnya kemampuan yang kami miliki, kecuali kami hanya dituntut untuk mengimani dan mengamalkannya, teguhkan hati kami, fasihkan lisan kami dan bangkitkan daya tahan hafalan kami terhadap sifat-sifat-Mu itu. Engkau yang Maha Perkasa atas segala sesuatu, kau ciptakan awal makhluk-Mu dengan segala bekalnya hingga akhir kehidupan ini tiada lagi, awalnya keberadaan makhluk-Mu karena kekuasaan-Mu, sehingga tidak layak manusia dan makhluk-Mu yang lain mendurhakai keberadaan-Mu sebagai Khaliq,  wallahu a'lam [[Cubadak Solok, 16 Muharam 1432.H/23 Desember 2010.M]

Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009