Senin, 12 April 2021
Minggu, 11 April 2021
Minggu, 21 Juni 2015
1. Al Ahad, Satu atau Ganjil
[Satu atau ganjil ]
Oleh Drs. St. MUKHLIS DENROS
Sejak kehadiran Adam As sebagai manusia pertama di dunia ini, sudah
diajarkan kepadanya tentang eksistensi Allah sebagai Tuhan yang disembah,
ditaati segala titahnya, Tuhan dengan segala kesempurnaannya memiliki sifat
yang tidak sama dengan makhluk-Nya, Allah itu ahad maksudnya adalah Allah saja yang memiliki sifat,
pekerjaan dan zat-Nya yang tidak sama dengan makhluk-Nya.
Allah
ahad atas sifatnya, hanya Dia saja yang mempunyai kesempurnaan sifat, walaupun
makhluknya diberi sifat yang sama penyebutannya dengan sifat Allah maka sifat
makhluk tadi tidaklah sama dengan sifat Allah. Allah ahad atas pekerjaan-Nya adalah hanya
Allah saja yang mampu berbuat demikian menurut kehendak-Nya. Walaupun pekerjaan
makhluk-Nya sama penyebutannya dengan pekerjaan Allah tapi tidaklah sama
kemampuan dan kualitas yang dihasilkan-Nya.
Allah ahad dari segi zat-Nya, kejadian Allah
tidak sama dengan kejadian makhluk demikian pula zat kejadian Allah tidak
satupun makhluk berkewajiban untuk mengetahuinya, dengan tegas Allah
menyebutkan eksistensi-Nya dalam surat Al Ikhlas 112;1-4
1. Katakanlah: "Dia-lah
Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak
pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia."
Karena keesaan Allah inilah yang membuat
para nabi dan penyeru kebenaran dimusuhi oleh semua penyembah berhala dan
penganut kemusyrikan, mereka mengakui bahwa Allah sebagai Tuhan tapi bukan
satu-satunya, masih ada Tuhan lain yang ditaati aturannya, diberikan sesajian,
disembah dengan segenap pengabdian. Sehingga keesaan Allah dicemari dengan
kemusyrikan dan kemunafikan. Penyelewengan sejarah ini sudah terjadi sepanjang
perjalanan manusia di dunia ini,
keinginan untuk menyembah kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan dikotori oleh
oknum-oknum yang ingin menyesatkan dirinya dan juga menyesatkan manusia lainnya
dikemudian hari, penyesatan itu terbentang jelas dilakukan oleh para ahli kitab
yang menanamkan doktrin bahwa Tuhan ini bukan satu tapi dua atau tiga
sebagaimana yang digambarkan Allah dalam surat An Nisa' 4;171
"Wahai
ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera
Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah
menjadi Pemelihara.
Faham inilah yang mengusik mantan biarawati Irene Handono untuk mengkaji keberadaan Tuhan
sebagaimana pengakuannya. Ketika
pertama kali memegang kitab suci al-Qur'an, aku bingung. Kitab ini, mana
yang depan, mana yang belakang, mana atas mana bawah. Kemudian aku amati bentuk
hurufnya, aku semakin bingung. Bentuknya panjang-panjang, bulat-bulat, akhirnya
aku ambil jalan pintas, aku harus mempelajari dari terjemah.
Ketika aku pelajari dari terjemahan,
karena aku tak mengerti bahwa membaca al-Quran dimulai dari kiri, aku justru
terbalik dengan membukanya dari kanan. Yang pertama kali aku pandang, adalah surat Al Ihlas.
Aku membacanya, bagus surat al-Ikhlas ini, pujiku. Suara hatiku membenarkan bahwa Allah itu Ahad, Allah itu satu, Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak sesuatu pun yang menyamai Dia. "Ini 'kok bagus, dan bisa diterima!" pujiku lagi.
Pagi harinya, saat kuliah teologia, dosen saya mengatakan, bahwa Tuhan itu satu tapi pribadinya tiga, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Putra dan Tuhan Roh Kudus. Tiga Tuhan dalam satu, satu Tuhan dalam tiga, ini yang dinamakan trinitas, atau tritunggal. Malamnya, ada yang mendorong diriku untuk mengaji lagi surat al-Ihklas. "Allahhu ahad, ini yang benar," putusku pada akhirnya.
Maka hari berikutnya terjadi dialog antara saya dan dosen-dosen saya. Aku katakan, "Pastur (Pastur), saya belum paham hakekat Tuhan."
"Yang mana yang Anda belum paham?" tanya Pastur.
Dia maju ke papan tulis sambil menggambar segitiga sama sisi, AB=BC=CA. Aku dijelaskan, segitiganya satu, sisinya tiga, berarti tuhan itu satu tapi pribadinya tiga. Tuhan Bapak sama kuasanya dengana Tuhan Putra sama dengan kuasanya Tuhan Roh Kudus. Demikian Pastur menjelaskan.
"Kalau demikian, suatu saat nanti kalau dunia ini sudah moderen, iptek semakin canggih, Tuhan kalau hanya punya tiga pribadi, tidak akan mampu untuk mengelola dunia ini. Harus ada penambahnya menjadi empat pribadi," tanyaku lebih mendalam.
Dosen menjawab, "Tidak bisa!"
Aku jawab bisa saja, kemudian aku maju ke papan tulis. Saya gambar bujur sangkar. Kalau dosen saya mengatakan Tuhan itu tiga dengan gambar segitiga sama sisi, sekarang saya gambar bujur sangkar. Dengan demikian, bisa saja saya simpulkan kalau tuhan itu pribadinya empat. Pastur bilang, tidak boleh.
Mengapa tidak boleh? Tanya saya semakin tak mengerti.
"Ini dogma, yaitu aturan yang dibuat oleh para pemimpin gereja!" tegas Pastur.
Aku katakana, kalau aku belum paham dengan dogma itu bagaimana?
"Ya terima saja, telan saja. Kalau Anda ragu-ragu, hukumnya dosa!" tegas Pastur mengakhiri.
Walau pun dijawab demikian, malam hari ada kekuatan yang mendorong saya untuk kembali mempelajari surat al-Ikhlas. Ini terus berkelanjutan, sampai akhirnya aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang membuat mimbar, membuat kursi, meja?" Dia tidak mau jawab.
"Coba Anda jawab!" Pastur balik bertanya. Dia mulai curiga. Aku jawab, itu semua yang buat tukang kayu.
"Lalu kenapa?" tanya Pastur lagi.
"Menurut saya, semua barang itu walaupun dibuat setahun lalu, sampai seratus tahun kemudian tetap kayu, tetap meja, tetap kursi. Tidak ada satu pun yang membuat mereka berubah jadi tukang kayu," saya mencoba menjelaskan.
"Apa maksud Anda?" Tanya Pastur penasaran.
Aku kemudian memaparkan, bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan seluas isinya termasuk manusia. Dan manusia yang diciptakan seratus tahun lalu sampai seratus tahun kemudian, sampai kiamat tetap saja manusia, manusia tidak mampu mengubah dirinya menjadi Tuhan, dan Tuhan tidak boleh dipersamakan dengan manusia.
Malamnya, kembali kukaji surat al-Ikhlas. Hari berikutnya, aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang melantik RW?" Saya ditertawakan. Mereka pikir, ini 'kok ada suster yang tidak tahu siapa yang melantik RW?.
"Sebetulnya saya tahu," ucapku.
"Kalau Anda tahu, mengapa Anda Tanya? Coba jelaskan!" tantang mereka.
"Menurut saya, yang melantik RW itu pasti eselon di atasnya, lurah atau kepala desa. Kalau sampai ada RW dilantik RT jelas pelantikan itu tidak syah."
"Apa maksud Anda?" Mereka semakin tak mengerti.
Saya mencoba menguraikan, "Menurut pendapat saya, Tuhan itu menciptakan alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia. Manusia itu hakekatnya sebagai hamba Tuhan. Maka kalau ada manusia melantik sesama manusia untuk menjadi Tuhan, jelas pelantikan itu tidak syah."
Malam berikutnya, saya kembali mengkaji surat al-Ikhlas. Kembali terjadi dialog-dialog, sampai akhirnya saya bertanya mengenai sejarah gereja.
Menurut semua literratur yang saya pelajari, dan kuliah yang saya terima, Yesus untuk pertama kali disebut dengan sebutan Tuhan, dia dilantik menjadi Tuhan pada tahun 325 Masehi. Jadi, sebelum itu ia belum menjadi Tuhan, dan yang melantiknya sebagai Tuhan adalah Kaisar Constantien kaisar romawi.
Pelantikannya terjadi dalam sebuah conseni (konferensi atau muktamar) di kota Nizea. Untuk pertama kali Yesus berpredikat sebagai Tuhan. Maka silahkan umat kristen di seluruh dunia ini, silahkan mencari cukup satu ayat saja dalam injil, baik Matius, Markus, Lukas, Yohanes, mana ada satu kalimat Yesus yang mengatakan 'Aku Tuhanmu'? Tidak pernah ada.
Mereka kaget sekali dan mengaggap saya sebagai biarawati yang kritis. Dan sampai pada pertemua berikutnya, dalam al-Quran yang saya pelajari, ternyata saya tidak mampu menemukan kelemahan al-Qur'an. Bahkan, saya yakin tidak ada manusia yang mampu.
Kebiasaan mengkaji al-Qur'an tetap saya teruskan, sampai saya berkesimpulan bahwa agama yang hak itu cuma satu, Islam. Subhanaallah. [Islam Swaramuslim.net Jul 2003 - feb 2006]
Aku membacanya, bagus surat al-Ikhlas ini, pujiku. Suara hatiku membenarkan bahwa Allah itu Ahad, Allah itu satu, Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak sesuatu pun yang menyamai Dia. "Ini 'kok bagus, dan bisa diterima!" pujiku lagi.
Pagi harinya, saat kuliah teologia, dosen saya mengatakan, bahwa Tuhan itu satu tapi pribadinya tiga, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Putra dan Tuhan Roh Kudus. Tiga Tuhan dalam satu, satu Tuhan dalam tiga, ini yang dinamakan trinitas, atau tritunggal. Malamnya, ada yang mendorong diriku untuk mengaji lagi surat al-Ihklas. "Allahhu ahad, ini yang benar," putusku pada akhirnya.
Maka hari berikutnya terjadi dialog antara saya dan dosen-dosen saya. Aku katakan, "Pastur (Pastur), saya belum paham hakekat Tuhan."
"Yang mana yang Anda belum paham?" tanya Pastur.
Dia maju ke papan tulis sambil menggambar segitiga sama sisi, AB=BC=CA. Aku dijelaskan, segitiganya satu, sisinya tiga, berarti tuhan itu satu tapi pribadinya tiga. Tuhan Bapak sama kuasanya dengana Tuhan Putra sama dengan kuasanya Tuhan Roh Kudus. Demikian Pastur menjelaskan.
"Kalau demikian, suatu saat nanti kalau dunia ini sudah moderen, iptek semakin canggih, Tuhan kalau hanya punya tiga pribadi, tidak akan mampu untuk mengelola dunia ini. Harus ada penambahnya menjadi empat pribadi," tanyaku lebih mendalam.
Dosen menjawab, "Tidak bisa!"
Aku jawab bisa saja, kemudian aku maju ke papan tulis. Saya gambar bujur sangkar. Kalau dosen saya mengatakan Tuhan itu tiga dengan gambar segitiga sama sisi, sekarang saya gambar bujur sangkar. Dengan demikian, bisa saja saya simpulkan kalau tuhan itu pribadinya empat. Pastur bilang, tidak boleh.
Mengapa tidak boleh? Tanya saya semakin tak mengerti.
"Ini dogma, yaitu aturan yang dibuat oleh para pemimpin gereja!" tegas Pastur.
Aku katakana, kalau aku belum paham dengan dogma itu bagaimana?
"Ya terima saja, telan saja. Kalau Anda ragu-ragu, hukumnya dosa!" tegas Pastur mengakhiri.
Walau pun dijawab demikian, malam hari ada kekuatan yang mendorong saya untuk kembali mempelajari surat al-Ikhlas. Ini terus berkelanjutan, sampai akhirnya aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang membuat mimbar, membuat kursi, meja?" Dia tidak mau jawab.
"Coba Anda jawab!" Pastur balik bertanya. Dia mulai curiga. Aku jawab, itu semua yang buat tukang kayu.
"Lalu kenapa?" tanya Pastur lagi.
"Menurut saya, semua barang itu walaupun dibuat setahun lalu, sampai seratus tahun kemudian tetap kayu, tetap meja, tetap kursi. Tidak ada satu pun yang membuat mereka berubah jadi tukang kayu," saya mencoba menjelaskan.
"Apa maksud Anda?" Tanya Pastur penasaran.
Aku kemudian memaparkan, bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan seluas isinya termasuk manusia. Dan manusia yang diciptakan seratus tahun lalu sampai seratus tahun kemudian, sampai kiamat tetap saja manusia, manusia tidak mampu mengubah dirinya menjadi Tuhan, dan Tuhan tidak boleh dipersamakan dengan manusia.
Malamnya, kembali kukaji surat al-Ikhlas. Hari berikutnya, aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang melantik RW?" Saya ditertawakan. Mereka pikir, ini 'kok ada suster yang tidak tahu siapa yang melantik RW?.
"Sebetulnya saya tahu," ucapku.
"Kalau Anda tahu, mengapa Anda Tanya? Coba jelaskan!" tantang mereka.
"Menurut saya, yang melantik RW itu pasti eselon di atasnya, lurah atau kepala desa. Kalau sampai ada RW dilantik RT jelas pelantikan itu tidak syah."
"Apa maksud Anda?" Mereka semakin tak mengerti.
Saya mencoba menguraikan, "Menurut pendapat saya, Tuhan itu menciptakan alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia. Manusia itu hakekatnya sebagai hamba Tuhan. Maka kalau ada manusia melantik sesama manusia untuk menjadi Tuhan, jelas pelantikan itu tidak syah."
Malam berikutnya, saya kembali mengkaji surat al-Ikhlas. Kembali terjadi dialog-dialog, sampai akhirnya saya bertanya mengenai sejarah gereja.
Menurut semua literratur yang saya pelajari, dan kuliah yang saya terima, Yesus untuk pertama kali disebut dengan sebutan Tuhan, dia dilantik menjadi Tuhan pada tahun 325 Masehi. Jadi, sebelum itu ia belum menjadi Tuhan, dan yang melantiknya sebagai Tuhan adalah Kaisar Constantien kaisar romawi.
Pelantikannya terjadi dalam sebuah conseni (konferensi atau muktamar) di kota Nizea. Untuk pertama kali Yesus berpredikat sebagai Tuhan. Maka silahkan umat kristen di seluruh dunia ini, silahkan mencari cukup satu ayat saja dalam injil, baik Matius, Markus, Lukas, Yohanes, mana ada satu kalimat Yesus yang mengatakan 'Aku Tuhanmu'? Tidak pernah ada.
Mereka kaget sekali dan mengaggap saya sebagai biarawati yang kritis. Dan sampai pada pertemua berikutnya, dalam al-Quran yang saya pelajari, ternyata saya tidak mampu menemukan kelemahan al-Qur'an. Bahkan, saya yakin tidak ada manusia yang mampu.
Kebiasaan mengkaji al-Qur'an tetap saya teruskan, sampai saya berkesimpulan bahwa agama yang hak itu cuma satu, Islam. Subhanaallah. [Islam Swaramuslim.net Jul 2003 - feb 2006]
Konsekwensi kemusliman seseorang
ialah pengakuan dalam hati dengan keimanan yang mantap, pengucapan melalui
lisan dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari bahwa Allah itu ahad atau esa,
hal ini dibuktikan oleh para nabi dan para rasul pada masa dahulu, sebagaimana
ketika Nabi Muhammad ditawari oleh orang kafir Quraisy untuk sama-sama
menyembah Allah satu minggu dan minggu berikutnya sama-sama pula menyembah
berhala, hal ini ditolak oleh Nabi tidak sesuai dengan konsep ketuhanan yang tauhid
yaitu ahad, permintaan kafir Quraisy itu dilarang Allah untuk direalisasikan.
Surat Al Kafirun menjelaskan 109;1-5
’Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang Aku sembah".
Bagaimanapun
juga, keimanan yang bersih yaitu keimanan tauhid tidak bisa disatukan dengan
kemusyrikan, itulah perjuangan para nabi dan para rasul untuk menyelamatkan
ummat ini dari keimanan yang rusak, mereka hanya dituntut untuk berimann kepada
Allah semata, yaitu keimanan yang bersih, keimanan yang hanya mentauhidkan
Allah saja. Bagaimana perjuangan seorang budak di zaman dahulu yang disiksa
oleh taunnya karena telah memeluk agama yang dibawa Muhammad, setiap siksaan
dan azab yang ditimpakan kepada Bilal maka dia selalu mengucapkan "Ahad,
Ahad" sehingga menimbulkan kebencian dari tuannya, lalu dia dijual kepada
Abu Bakar As Siddik sehingga benar-benar bebas memeluk islam tanpa tekanan dari
siapapun.
Itulah
Dia, Tuhan semesta alam ini, Dia Allah, Ahad atau Esa, nama itulah yang
menjadikan ummat ini sebagai hamba-Nya, dengan pengabdian itu menjadikan
manusia lebih berharga hidup yang dilaluinya, jangankan ibadah yang dilakukan,
sedangkan penyebutan nama Allah saja mendapatkan ganjaran berupa pahala
dari-Nya.
Tak ada nama yang lebih besar, dibanding nama Allah. Dia
menciptakan segala. Dia mengatur semua. Dia mengawasi seluruhnya.
Dalam al Qur’an, kata Allah dalam banyak varian disebutkan
dalam jumlah yang sangat besar. Kata Allah disebutkan sebanyak 2.698 dalam
berbagai konteks, peristiwa dan sifat-sifat-Nya.
Sebutlah nama Allah, maka hati menjadi tenang. Ingatlah
nama Allah, maka semuanya menjadi terang. Dzikirkan selalu kata Allah, dengan
izin-Nya, takkan ada penghalang.
Nama Allah adalah kata yang merangkumi seluruh nama-Nya,
segenap sifat-Nya dan seluas makna-Nya. Allah, tak ada nama yang sebesar ini;
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:
"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka
menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan
kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka
dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku".
kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri (QS. Az
Zumar 39: 38)
Rasulullah bahkan mengajarkan pada kita
pelajaran sangat detil bagaimana dan bila waktunya seharusnya menyebut nama
Allah. “Apabila malam telah datang (setelah matahari tenggelam), tahanlah
anak-anak kalian, karena setan bertebaran ketika itu. Apabila telah berlalu
sesaat dari waktu Isya lepaskanlah (biarkanlah) mereka. Tutuplah pintumu dan
sebutlah nama Allah. Padamkanlah lampumu dan sebutlah nama Allah. Tutuplah
periukmu dan sebutlah nama Allah. Rapatkanlah kendi airmu dan sebutlah nama
Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebutlah Allah. Kapan saja.
Dimana saja. Ingatlah Allah, dalam diam, dalam gerak, saat sepi, saat ramai.
Niscaya Dia akan menjagamu, melapangkan jalanmu dan memudahkan urusanmu,
mendekatkan yang jauh dan merapatkan yang dekat.[Ciber Sabili, Selasa, 13 April 2010 06:47 Herry nurdi].
Dari 99 nama-nama Allah yang kita kenal dengan asma ul
husna, selayaknya kita sering membasahkan bibir kita dengan menyebut nama-nama
yang baik itu, salah satu diantaranya yaitu Ahad, yaitu keesaan Allah, niscaya
kita akan mendapatkan pahala dan berkahnya apalagi Ahad tersebut direalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari dengan menyingkirkan kemusyrikan sehingga keimanan
kita bersih dari segala yang dapat meracuni keesaan Allah, wallahu a'lam.
[Cubadak Solok, 12 Muharam 1432.H/19 Desember 2010.M]
Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3. Islam Swaramuslim.net
4. Cyber
Sabili. 2010
2. Al Khaliq, Allah Pencipta
[Allah Pencipta ]
Oleh Drs. St. MUKHLIS DENROS
Al Khaliq adalah salah satu nama-nama Allah yang indah, kita sebut dengan
Asma ul Husna, artinya Allah Pencipta, yang menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya, dia Maha
Pencipta yang kita kagumi hasil penciptaan-Nya;
"
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu
selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”[As Sajadah
32;4]
Penciptaan alam semesta ini diakui oleh
orang-orang kafir di masa jahiliyyah walaupun ketika mereka dituntut untuk
menyembah Allah mereka menolak, artinya kafir Quraiys ketika itu mengakui Allah
dengan keimanan secara Rububiyyah yaitu
keimanan sebatas pengakuan tentang Maha Penciptanya Allah.
Duhai yang Maha
Pencipta, izinkan hamba menyebut dan menulis nama-Mu yang Maha Mulia. Sungguh
betapa agung nama-Mu, yang telah menciptakan segala. Rasanya, dengan hati dan
perasaan malu, kami membisikkan nama-Mu. Karena Engkau telah menciptakan
segala, tapi kami tak jenuh-jenuh berbuat dosa.
Janganlah Engkau kunci
hati kami. Jangan pula Engkau tutup jiwa kami. Dari kebenaran-Mu. Dari
kebesaran-Mu. Sungguh, kami tak ingin Engkau butakan. Sungguh, kami tak hendak
Engkau campakkan.
Duhai yang Maha
Pencipta, izinkan hamba menyebut dan menulis nama-Mu dengan segenap jiwa yang
penuh alpa. Tidak saja karena takut, tapi juga penuh rasa malu. Betapa
sayangnya Engkau pada kami, tapi betapa durhakanya kami atas semua nikmat yang
Engkau beri.
Kami terlalu sibuk
memikirkan tentang apa yang kami bisa dan apa yang kami mampu. Padahal,
dibanding izin-Mu, sungguh malu jika kami merasa bisa dan mampu. Engkau
hamparkan bumi. Engkau turunkan hujan. Engkau tumbuhkan tanaman. Engkau jadikan
kehidupan. Dan kami masih terus menerus durhaka, dengan berbuat dosa.
Duhai yang Maha
Pencipta, izinkan hamba menyebut dan menulis nama-Mu dengan segenap ruh yang
mudah luluh. Ampuni kami Gusti, yang seolah lupa betapa luasnya langit, betapa
bergeloranya samudera. Dan semua itu, hanya Engkau yang menciptakannya.
Rasul-Mu saja, betapa
takut dan malu menatap langit yang begitu luas. Takut karena merasa sangat
kecilnya manusia. Malu karena, betapa lemahnya manusia.
Tapi Engkau Maha Menepati janji, wahai Sang Pencipta. Yang lemah akan
menjadi kuat, dengan menyebut nama-Mu. Yang takut menjadi berani, dengan
menyebut nama-Mu. [Cyber Sabili, Rabu, 16 Juni 2010 04:41 Herry nurdi].
Makna
lain dari kalimat “Laa Ilaaha Illallah”, tidak ada Tuhan selain Allah adalah “Laa
Khaliq Illallah” artinya “Tidak ada Pencipta kecuali Allah”. Karena
memang di dunia ini selain Allah adalah makhluk artinya yang diciptakan,
termasuk di dalamnya adalah manusia,
tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya.
Allah
juga menciptakan makhluk lainnya seperti jin dan malaikat dengan kejadian yang
berbeda dan watak yang tidak sama pula, sehingga beragamlah makhluk Allah
tersebut.
Dengan
mempehatikan kejadian seluruh makhluk membuat kita semakin yakin bila Allah itu
Maha Perkasa, wajar bila seorang sufi mengatakan,”Barangsiapa yang mengenal asal kejadiannya maka dia akan mengetahui
siapa Tuhannya”
Allah
Swt Maha Kuasa, Ia menciptakan alam
semesta semuanya tidak menggunakan alat atau perkakas. Bila akan menjadikan
sesuatu, cukuplah dengan kalimat “Kun” jadilah, lalu terjadilah seperti firman
Allah dalam surat Yasin surat ke 36 ayat 82
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia
menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka
terjadilah ia”
Firman
Allah dalam hadits qudsi ;”Aku adalah
gudang yang tersembunyi, maka Aku suka agar Aku dikenal, lalu Aku ciptakan
makhluk supaya ia mengenalku Aku”
Dalam
surat Yunus 10;3 Allah menyatakan firman-Nya;
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas
'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at
kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu,
Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
Jadi
jelaslah yang mengatur semua kejadian alam, makhluk, manusia, binatang,
matahari, bulan dan bintang, hidup dan mati adalah Allah Swt [Al Baqarah 2;255]
”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161]
Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Tidak
semua orang mengakui kalau Allah adalah Pencipta karena dihalangi oleh beberapa
faktor diantaranya tidak mempunyai akal serta tidak diberdayakan akalnya ke
arah itu. Dalam mengenal Allah mempunyai dua cara;
- Dengan menggunakan akal fikiran dan memeriksa secara teliti apa saja yang telah diciptakan Allah, yang berupa benda-benda yang beraneka ragam.
- Dengan mengetahui nama-nama Allah serta sifat-sifat-Nya. Dengan menggunakan akal dari satu sudut dan dengan mema’rifati nama-nama dan sifat-sifat-Na dari sudut lain, akan dapat seseorang berma’rifah kepada Allah dan dia akan memperleh petunjuk ke arah itu.
Karenanya
islam menganjurkan kepada manusia agar memikirkan hal-hal yang diciptakan
Allah. Apa-apa yang di langit dan di
bumi. Dalam diri sendiri dan dalam masyarakat. Tidak sebuah pemikiranpun yang
dilarang, melainkan memikirkan zat Allah, sebab soal yang satu ini pasti berada di luar kekuatan akal
fikiran manusia, Rasulullah bersabda,”Berfikirlah perihal makhluk Allah. Dan
janganlah kamu berfikir tentang zat Allah. Sebab sesungguhnya kamu tentu tidak
dapat mencapai keadaan hakekat zat Allah”[HR.Abu Nu’aim]
Al
Qur’an banyak menunjukkan dengan beratus-ratus tanda bukti yang mengajak ummat
manusia untuk merenungkan keadaan alam yang terbuka lebar dan luas di hadapan
mereka, itu makanya hal yang dapat menghilangkan akal manusia harus
disingkirkan;
“ Mereka bertanya kepadamu tentang khamar
dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".
dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang
lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir,’[Al Baqarah
2;219]
Yang
diciptakan Allah bukanlah sebatas isi langit dan bumi tapi seluruh jagad raya
yang maha luas, hal ini digambarkan oleh seorang ilmuan yang bernama Albert
Einstein, ketika dia meneropong
bintang yang paling dekat dengan bumi,dia menemukan jarak satu juta tahun perjalanan cahaya, artinya bila kita
menyorotkan senter ke bintang tersebut maka akan sampai cahaya senter tersebut
setelah satu juta tahun lamanya. Dan ketika dia menyorotkan teropongnya pada
bintang yang paling jauh maka dia menemukan jarak yang luar biasa yaitu 20
nonya dibelakang, sehingga kekagumannya tadi terucap dengan pendapat,”Ilmu
tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta”.
Berfikir
sejenak atas peristiwa alam yang terjadi
sehari-hari akan membangkitkan kesadaran yang tinggi, bagaimana langit dan bumi
diciptakan serta rintik hujan sampai ke tanah yang dapat menyuburkan tanaman.
Di angkasa raya dengan kebesaran penciptaNya
berjuta-juta bintang berhamburan memberi warna indahnya di langit, pergantian
musim dan cuaca, gumpalan awan yang membawa hujan dan sungai yang mengaliri air [Ash Shaffat 37;6]
“ Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang
terdekat dengan hiasan, Yaitu bintang-bintang,
Kebesaran
Allah tidak ditemui tandingannya dan hal ini diakui dengan kerendahan hati oleh
orang-orang yang beriman yang mau mengetuk hatinya untuk membacakan segala
peristiwa dari alam ini, sejak dari biji yang tak berdaya, tumbuhan, hewan dan
manusia yang dihidupkan serta dimatikan dengan kekuasaan-Nya [Al An’am 6;95]
”Sesungguhnya Allah
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki
sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?”
Banyak
pelajaran yang dapat dipetik dari ciptaan Allah; lautan dengan segala
kekayaannya, binatang serangga dengan berbagai jenisnya, tumbuh-tumbuhan dengan
corak warnanya sampai kepada diri manusia itu sendiri [Al Jatsiyah 45;4]
“Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang
yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) untuk kaum yang meyakini”
Bagaimana
awal mula diciptakan manusia yang berasal dari air mani dengan segala proses
kejadiannya [As Sajdah 32;7-8]
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina”
Dengan Maha Penciptanya
Allah, maka hanya Allah saja yang mengerti tentang keadaan ciptaan-Nya, silfat
dan watak hamba-Nya, hak dan kewajiban hamba-Nya sehingga selayaknya bila mmat ini selain mengakui penciptaan-Nya
juga tidak mengabaikan pengabdian dalam seluruh asfek kehidupan, bila hanya
beriman kepada Allah atas Maha Penciptanya Allah tapi tidak mau mengabdi
kepada-Nya berarti sama dengan keimanan orang-orang kafir masa dulu, wallahu
a'lam [Cubadak Solok, 12 Muharam 1432.H/19 Desember 2010.M]
Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3. Cyber
Sabili. 2010
3. Al Awwal, Yang Mula-mula ada
AL AWWAL
[Yang mula-mula ada]
Oleh Drs. St. MUKHLIS DENROS
Nama-nama yang baik pada Allah diantara yang 99 itu adalah
Al Awwal artinya Yang mula-mula ada. Keberadaan Allah sebagai Tuhan yang
menciptakan segala sesuatunya, menciptakan dunia dengan segala isinya, sehingga
Dialah yang mula-mula ada dibandingkan makhluknya, keberadaannya tidak diawali
oleh yang lain dan tidak pula diakhiri oleh yang lain.
"Dialah
yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin, dan Dia Maha mengetahui
segala sesuatu"[Al Hadid 57;3]
Yang dimaksud dengan: yang Awal
ialah, yang Telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang Akhir ialah yang tetap
ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya Karena
banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat
zat-Nya oleh akal.
Allah yang mula-mula sebelum kata yang
mula-mula itu ada di dunia ini,
keberadaan-Nya tiada diawali oleh yang lain karena Dia adalah Tuhan yang
menjadikan segala sesuatu itu ada, tanpa ada sesuatu itu kalau bukan diciptakan
oleh sesuatu yang awal yang disebut dengan kausa prima. Selain dengan keimanan
yang mantap untuk mempercayai keberadaan Allah yang menjadi nama-nama yang
baik bagi-Nya dengan sebutan Asma ul
Husna maka untuk mengokohkan kepercayaan tadi harus pula ditopang dengan akal
yang cerdas.
Akal
yang cerdas tersebut adalah akal yang digunakan untuk tafakkur yaitu memikirkan
alam ini sebagai kajian yang hasilnya membuat akal tersebut semakin kagum
dengan kekuasaan Allah bukan malah merendahkannya. Banyak orang yang punya akal
yang digunakan untuk mempelajari alam raya ini akhirnya tunduk dan patuh kepada
kebenaran sehingga merubah posisinya dari non muslim siap menyerahkan diri
sebagai seorang muslim, dari muslim yang maksiat menjadi orang yang taat
[3;190-191]
" Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
Maka peliharalah kami dari siksa neraka".
Tentang kejadian makhluk Allah yaitu dunia dan segala
isinya bila dipelajri, dikaji dan difahami oleh akal yang cerdas maka akan
meningkatkan kualitas iman, tapi tentang keadaan Allah yang ada sebelum lainnya
ada, Dialah yang awal dari segala yang ada maka tidak boleh dikaji terlalu
mendalam karena Rasulullah menyatakan dalam hadiitsnya "Pelajarilah
tentang kejadian makhluk Allah tapi jangan dipejari tentang kejadian zat
Allah". Penciptaan Allah tentang
makhluknya manusia tidaklah tahu karena manusia ada setelah adanya makhluk yang
lain, bumi dengan segala ininya sudah ada sebelum manusia dijadikan, yang
kejadian manusia itu diawali dari penciptaan nabi Adam As. Kejadian itu saja
diragukan oleh orang-orang kafir sehingga mereka menanamkan doktrin kepada
masyarakat dengan dalih ilmu pengetahuan bahwa asal kejadian manusia itu
berasal dari kera;
"Maka
apakah kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam
keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru" [Qaf 50;15]
Karena keraguan itulah sehingga
mereka menjadikan akal sebagai primadona dalam kehidupan ini dengan menafikan
Allah, ajaran ini kita kenal dengan nama Positivisme. Ajaran ini ditokohkan oleh Aguste Comte yang
berpendapat bahwa kekuatan terbesar di dunia ini adalah fikiran, dengan fikiran
manusia dapat berbuat apa maunya untuk kesenangan dan kesejahteraan di dunia,
fikiran yang baik akan mencetuskan
ide-ide yang baik pula dengan hasil yang gemilang tanpa menggantungkan
diri kepada Tuhan. Orang yang mengakui Tuhan berarti fikirannya telah terikat
dan terbelenggu, dia tidak memanfaatkan kekuatan yang ada pada dirinya atau
fikiran, fikiranlah sebagai Tuhan, tiada lain Tuhan selain fikiran yang
menghasilkan teknologi, industri dan komputer.
Pengabdian manusia hanya kepada manusia
yang telah menggunakan fikirannya yang baik,bukan mengabdi kepada Tuhan karena
manusia lain telah berjasa besar dalam hidup kita melalui pengorbanan
fikirannya, adakah kekuatan lain sebagai ganti fikiran yang telah berhasil
menciptakan ilmu pengetahuan dengan teknologi yang canggih?
Allah adalah yang awal, yang menjadikan
adanya segala sesuatu dan yang mengakhirkan segala sesuatu itu kembali, Dia
berkuasa atas segala kehendak-Nya, Dia Maha Melihat dan mengawasi segala
ciptaan-Nya, awalnya tidak diawali oleh yang lain, awalnya tidak dapat
disamakan dengan penciptaan makhluk-Nya, awalnya hanya Dia saja yang tahu
bagaimana kejadian-Nya, kita sebagai makhluk hanya dituntut untuk mengimani
segala sifatnya-Nya tanpa bisa mengkaji lebih dalam tentang zat-Nya.
Allah yang awal, adalah sifat yang juga
ada pada manusia atau makhuknya yang lain tapi tidaklah sama dengan
kesempurnaan sifat Allah, awalnya manusia karena ada yang lebih awal dari
sebelumnya, awalnya manusia karena akan
binasa dengan segala keakhirannya ketika segala sesuatu yang akhir itu akan
binasa. Beriman dan mengagumi sifat yang baik bagi Allah ini seharusnya
meningkatkan keimanan kita menjadi muslim yang muttaqin, menyebut dengan lisan,
menghafal dengan perasaan tentang sifat Allah yang Awwal ini menjadikan hati
semakin tentram, menyejukk dan perasaan dan mendamaikan suasana.
Ya Allah, Engkaulah yang Maha sempurna atas segala
sifat dan zat kejadian-Mu, tiada kami mampu untuk mengetahui tentang batas
maksimal sifat Awal-Mu karena terbatasnya kemampuan yang kami miliki, kecuali
kami hanya dituntut untuk mengimani dan mengamalkannya, teguhkan hati kami,
fasihkan lisan kami dan bangkitkan daya tahan hafalan kami terhadap
sifat-sifat-Mu itu. Engkau yang Maha Perkasa atas segala sesuatu, kau ciptakan
awal makhluk-Mu dengan segala bekalnya hingga akhir kehidupan ini tiada lagi,
awalnya keberadaan makhluk-Mu karena kekuasaan-Mu, sehingga tidak layak manusia
dan makhluk-Mu yang lain mendurhakai keberadaan-Mu sebagai Khaliq, wallahu a'lam [[Cubadak Solok, 16 Muharam 1432.H/23
Desember 2010.M]
Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
Langganan:
Postingan (Atom)