Jumat, 19 Juni 2015

11. Al Jami' , Yang Mengumpulkan






AL JAMII
[Yang Mengumpulkan]
Oleh Drs. St.  MUKHLIS DENROS

            Allah telah menciptakan makhluk-Nya yang terdiri dari alam jagad raya dengan segala isinya, terdapat didalamnya manusia yang dijadikan melalui proses yang dikehendaki-Nya, firman Allah dalam surat Al Hujurat 49;13
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”

            Takdir menentukan bahwa kehidupan manusia di dunia ini mengalami proses yang sangat panjang hingga mencapai kehidupan akhir yaitu akherat, kehidupan awal di dunia ini manusia hadir hidup secara pribadi, keluarga dan dalam komunitas;
“dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi”[Al Zukhruf 43;12]

            Sebuah kekuasaan,  rahmat dan nikmat yang diberikan Allah kepada manusia adalah hidup berpasang-pasangan, dikumpulkan dalam sebuah rumah tangga dengan kasih sayang, hidup dalam lindungan keluarga yang sakinah;
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”[Ar Ruum 31;21].

Allah berkuasa mengumpulkan manusia yang berlainan jenis, berbeda karakter, tidak sama latar belakang dalam sebuah rumah tangga, yang masing-masing siap untuk menyatukan hati, fikiran dan perasaannya untuk mengujudkan kehidupan rumah tangga. Disamping itu Allah juga berkuasa untuk mengumpulkan manusia yang beriman dalam sebuah ukhuwah islamiyyah, yang zaman dahulu keadaan ummat dalam keadaan kacau balau dan pecah belah.

Ukhuwah Islamiyyah merupakan sikap pribadi yang diajarkan Muhammad Saw kepada ummatnya dalam rangka menjaga kehidupan yang harmonis antar sesama muslim, ukhuwah islamiyyah sebaiknya tidak hanya sebatas hiasan. Banyak ayat yang menganjurkan hal itu diantaranya surat Ali Imran 3;103
''Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk'

Ayat diatas mengandung beberapa hal yaitu;
a.Berpegang teguh pada agama Allah, artinya menjaga kesucian Islam, dan menjauhkan diri dari faham yang menyesatkan.

b.Jangan bercerai berai, maksudnya kita boleh berbeda suku, golongan dan partai tapi ukhuwah tetap dijaga.

c.Persaudaraan adalah nikmat Allah selain nikmat  lain seperti kehidupan, kesehatan, kemerdekaan dan  dan keimanan.

d.Permusuhan dilaknat Allah, sebagai  penyulut permusuhan itu diantaranya tidak menjalankan ukhuwah sesuai dengan rukunnya.

            Allah juga mengumpulkan manusia sesuai dengan komunitasnya, sesuai menurut kecendrungannya, kecendrungan orang-orang beriman adalah berkumpul bersama-sama dengan orang-orang yang beriman pula dan sebaliknya;
“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” [Al Hujurat 49;10].

            Hijrah merupakan sarana bagi ummat islam untuk berkumpul dalam lingkungan iman di Madinah Al Munawarah, begitu dahsyatnya kebiadaban yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap ummat islam di Mekkah, akhirnya Allah mengumpulkan orang-orang beriman di Madinah dan berkumpul pula orang-orang yang kafir di Mekkah.

Salah satu sebab Rasul dan para sahabatnya serta ummat islam secara keseluruhan harus mencari peluang untuk hijrah ke Thaif, Habsyi dan ke Madinah karena untuk menjaga iman yang sudah mulai tumbuh, banyak gangguan yang harus dihadapi bila tetap bertahan di Mekkah, konsep hijrah inilah sebagai warisan dari Rasulullah yang mengajak ummat islam untuk meninggalkan kekafiran kepada keimanan, konsekwensinya harus meninggalkan Mekkah dan  pergi ke Madinah.

            Allah Al Jami, artinya Yang mengumpulkan, mengumpulkan manusia dalam sebuah keluarga untuk hidup bersama, bergaul dalam komunitas masyarakat dengan interaksi dan terjalin dalam persaudaraan iman dalam rengkuhan ukhuwah islamiyyah dan kelak Allahpun mengumpulkan manusia sesuai dengan imam masing-masing, keimanan yang tauhid dengan amaliyah ibadah yang shahih akan dikumpulkan Allah dalam sebuah tempat yang disebut dengan syurga, begitu juga orang-orang yang kafir, ingkar, dan berdosa kelak akan dikumpulkan dalam neraka.

            Ingatlah saatnya nanti kita dipikul di atas pundak dan akan ditinggalkan sendiri tanpa ada yang menemani dan tanpa membawa harta. Allah berfirman,
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاء ظُهُورِكُمْ وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاء لَقَد تَّقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنكُم مَّا كُنتُمْ تَزْعُمُونَ (الأنعام: 94)
“Dan Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu.” (QS. al-An’am: 94)
Saat itu, yang menjadi penentu adalah amal kita dalam kehidupan. Jika amal kita baik, maka kebaikanlah yang akan kita rasakan sampai hari kiamat datang. Sebaliknya, jika amal seseorang penuh dengan catatan hitam, maka penderitaan dan kepedihan akan mendera tanpa putus. Begitulah penyesalan sudah tiada berguna. Karenanya, hendaklah kita menyadari sebelum terlambat
. Hendaklah kita mengingat peristiwa saat sangkakala ditiup pertama kali, sehingga semua makhluk yang ada di langit meninggal dunia,kecuali yang dikehendaki oleh Allah. kemudian ditiup lagi untuk kedua kalinya, tiba-tiba semua manusia bangkit, mulai dari manusia pertama sampai manusia terakhir. Dengan tanpa beralas kaki, tanpa busana dan dalam keadaan utuh sebagaimana saat diciptakan, manusia seluruhnya berjalan menuju Rabb sang penguasa. Saat itu, masing-masing sibuk dengan diri sendiri, tak mempunyai kesempatan untuk memperhatikan orang lain. Allah subhanahu wat’ala berfirman,
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (عبس: 37)
“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 37)
يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ (الحج: 2)
“(ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan mabuk, Padahal sebenaRnya meReka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keRas.” (QS. al-Hajj: 2)

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka.Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (An-Nisa`: 56).
            Hiruk pikuk kehidupan akherat yang diawali dengan kiamat yang menghancurkan seluruh jagad raya ini sehingga sulit untuk menentukan sebuah benda itu berbentuk apa, bahkan manusia sendiripun ketika itu tidak ada ujudnya, ibarat debu atau tanah yang tidak berbentuk, namun dengan kekuasaan Allah semuanya dapat dikumpulkan kembali sesuai ujudnya, sebagaimana yang diungkapkan dalam kisah Nabi Ibrahim;

Nabi Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati."Allah menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.".

Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah YAng Maha Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun".
”Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; Sesungguhnya Allah Maha perkasa, lagi mempunyai pembalasan. (yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.”[Ibrahim 14;47-48]

Ya Al Jamii, kumpulkanlah kami di dunia ini bersama orang-orang yang baik lagi shaleh, dalam sebuah jamaah atau organisasi yang hanya semata-mata untuk memperjuangkan agama-Mu, meninggikan Syariat-Mu, kumpulkan hamba bersama-sama dengan orang-orang yang amanah dalam menjalankan tugas kehidupannya, kumpulkan hamba bersama-sama dengan orang-orang yang punya sikap dan akhlak terpuji sehingga hidup hamba selalu bersama dengan mereka dalam ridha-Mu.

Ya Al Jamii, Allah yang mengumpulkan, kumpulkanlah hamba di akherat kelak bersama dengan orang-orang yang shaleh, mereka telah mengorbankan seluruh potensi hidupnya untuk menebar kebaikan kepada keluarga, masyarakat dan ummat manusia semuanya. Ya Ilahi, walaupun hamba bukanlah seorang Nabi, bukan pula syuhada’ tapi kumpulkanlah hamba bersama dengan mereka ya Allah, begitu besar harapan hamba kepada-Mu karena hamba begitu cinta kepada orang-orang yang shaleh, hamba begitu mencintai para syuhada dan para nabi-Mu, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 18 Rabiul Akhir 1432.H/ 23 Maret 2011.M, Jam 10;00]
           
Referensi;
1.Kisah Nabi Ibrahim, by Heksa
2.Agus hasan Bashori, Lc, kumpulan khutbah jum’at ,
3.Film Karya Harun Yahya, Bencana Kaum Sodom].
4. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
5. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar