AL JAMII
[Yang
Mengumpulkan]
Oleh Drs.
St. MUKHLIS DENROS
Allah
telah menciptakan makhluk-Nya yang terdiri dari alam jagad raya dengan segala
isinya, terdapat didalamnya manusia yang dijadikan melalui proses yang
dikehendaki-Nya, firman Allah dalam surat Al Hujurat 49;13
“Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal”
Takdir menentukan bahwa kehidupan
manusia di dunia ini mengalami proses yang sangat panjang hingga mencapai
kehidupan akhir yaitu akherat, kehidupan awal di dunia ini manusia hadir hidup
secara pribadi, keluarga dan dalam komunitas;
“dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan
menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi”[Al Zukhruf 43;12]
Sebuah kekuasaan, rahmat dan nikmat yang diberikan Allah kepada
manusia adalah hidup berpasang-pasangan, dikumpulkan dalam sebuah rumah tangga
dengan kasih sayang, hidup dalam lindungan keluarga yang sakinah;
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir.”[Ar
Ruum 31;21].
Allah
berkuasa mengumpulkan manusia yang berlainan jenis, berbeda karakter, tidak
sama latar belakang dalam sebuah rumah tangga, yang masing-masing siap untuk
menyatukan hati, fikiran dan perasaannya untuk mengujudkan kehidupan rumah
tangga. Disamping itu Allah juga berkuasa untuk mengumpulkan manusia yang
beriman dalam sebuah ukhuwah islamiyyah, yang zaman dahulu keadaan ummat dalam
keadaan kacau balau dan pecah belah.
Ukhuwah Islamiyyah merupakan sikap
pribadi yang diajarkan Muhammad Saw kepada ummatnya dalam rangka menjaga
kehidupan yang harmonis antar sesama muslim, ukhuwah islamiyyah sebaiknya tidak
hanya sebatas hiasan. Banyak ayat yang menganjurkan hal itu diantaranya surat
Ali Imran 3;103
''Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk'
Ayat
diatas mengandung beberapa hal yaitu;
a.Berpegang
teguh pada agama Allah, artinya menjaga kesucian Islam, dan menjauhkan diri
dari faham yang menyesatkan.
b.Jangan
bercerai berai, maksudnya kita boleh berbeda suku, golongan dan partai tapi
ukhuwah tetap dijaga.
c.Persaudaraan
adalah nikmat Allah selain nikmat lain
seperti kehidupan, kesehatan, kemerdekaan dan
dan keimanan.
d.Permusuhan
dilaknat Allah, sebagai penyulut
permusuhan itu diantaranya tidak menjalankan ukhuwah sesuai dengan rukunnya.
Allah juga mengumpulkan manusia
sesuai dengan komunitasnya, sesuai menurut kecendrungannya, kecendrungan
orang-orang beriman adalah berkumpul bersama-sama dengan orang-orang yang
beriman pula dan sebaliknya;
“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” [Al Hujurat 49;10].
Hijrah merupakan sarana bagi ummat
islam untuk berkumpul dalam lingkungan iman di Madinah Al Munawarah, begitu
dahsyatnya kebiadaban yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap ummat
islam di Mekkah, akhirnya Allah mengumpulkan orang-orang beriman di Madinah dan
berkumpul pula orang-orang yang kafir di Mekkah.
Salah satu sebab Rasul dan para sahabatnya serta ummat
islam secara keseluruhan harus mencari peluang untuk hijrah ke Thaif, Habsyi
dan ke Madinah karena untuk menjaga iman yang sudah mulai tumbuh, banyak
gangguan yang harus dihadapi bila tetap bertahan di Mekkah, konsep hijrah
inilah sebagai warisan dari Rasulullah yang mengajak ummat islam untuk
meninggalkan kekafiran kepada keimanan, konsekwensinya harus meninggalkan
Mekkah dan pergi ke Madinah.
Allah Al Jami, artinya Yang
mengumpulkan, mengumpulkan manusia dalam sebuah keluarga untuk hidup bersama,
bergaul dalam komunitas masyarakat dengan interaksi dan terjalin dalam
persaudaraan iman dalam rengkuhan ukhuwah islamiyyah dan kelak Allahpun
mengumpulkan manusia sesuai dengan imam masing-masing, keimanan yang tauhid
dengan amaliyah ibadah yang shahih akan dikumpulkan Allah dalam sebuah tempat
yang disebut dengan syurga, begitu juga orang-orang yang kafir, ingkar, dan
berdosa kelak akan dikumpulkan dalam neraka.
Ingatlah saatnya nanti kita dipikul di
atas pundak dan akan ditinggalkan sendiri tanpa ada yang menemani dan tanpa
membawa harta. Allah berfirman,
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا
خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاء
ظُهُورِكُمْ وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ
فِيكُمْ شُرَكَاء لَقَد تَّقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنكُم مَّا كُنتُمْ
تَزْعُمُونَ (الأنعام: 94)
“Dan Sesungguhnya kamu
datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya,
dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan
kepadamu.” (QS. al-An’am: 94)
Saat itu, yang menjadi penentu adalah amal kita
dalam kehidupan. Jika amal kita baik, maka kebaikanlah yang akan kita rasakan
sampai hari kiamat datang. Sebaliknya, jika amal seseorang penuh dengan catatan
hitam, maka penderitaan dan kepedihan akan mendera tanpa putus. Begitulah
penyesalan sudah tiada berguna. Karenanya, hendaklah kita menyadari sebelum terlambat
. Hendaklah kita mengingat peristiwa saat sangkakala
ditiup pertama kali, sehingga semua makhluk yang ada di langit meninggal dunia,kecuali
yang dikehendaki oleh Allah. kemudian ditiup lagi untuk kedua kalinya,
tiba-tiba semua manusia bangkit, mulai dari manusia pertama sampai manusia
terakhir. Dengan tanpa beralas kaki, tanpa busana dan dalam keadaan utuh sebagaimana
saat diciptakan, manusia seluruhnya berjalan menuju Rabb sang penguasa. Saat
itu, masing-masing sibuk dengan diri sendiri, tak mempunyai kesempatan untuk
memperhatikan orang lain. Allah subhanahu wat’ala berfirman,
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ
يُغْنِيهِ (عبس: 37)
“Setiap orang dari mereka pada hari itu
mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 37)
يَوْمَ تَرَوْنَهَا
تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ
حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ
اللَّهِ شَدِيدٌ (الحج: 2)
“(ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu,
lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah
kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan mabuk,
Padahal sebenaRnya meReka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat
keRas.” (QS. al-Hajj: 2)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan
Kami masukkan mereka ke dalam neraka.Setiap kali kulit mereka hangus, Kami
ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab.Sesungguhnya
Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (An-Nisa`: 56).
Hiruk pikuk kehidupan akherat yang
diawali dengan kiamat yang menghancurkan seluruh jagad raya ini sehingga sulit
untuk menentukan sebuah benda itu berbentuk apa, bahkan manusia sendiripun
ketika itu tidak ada ujudnya, ibarat debu atau tanah yang tidak berbentuk,
namun dengan kekuasaan Allah semuanya dapat dikumpulkan kembali sesuai ujudnya,
sebagaimana yang diungkapkan dalam kisah Nabi Ibrahim;
Nabi
Ibrahim yang sudah berketetapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan
berhala yang berlaku dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan
iman dan keyakinannya, menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari
keragu-raguan yang mungkin esekali mangganggu fikirannya dengan memohon kepada
Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali
makhluk-makhluk yang sudah mati.Berserulah ia kepada Allah: " Ya Tuhanku!
Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah
mati."Allah menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman
dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul,
wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu,
namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku
mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan
kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.".
Allah
memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat
ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung
itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian tubuh
burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak
setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah
dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi
Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah
jauh tiap-tiap bahagian tubuh burung dari bahagian yang lain.
Dengan
izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam
keadaan utuh bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan
Nabi Ibrahim kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di
depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah YAng Maha
Berkuasa dpt menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia
menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa
yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan
menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa
kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang
dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang
difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki "
Fayakun".
”Karena itu janganlah sekali-kali
kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; Sesungguhnya
Allah Maha perkasa, lagi mempunyai pembalasan. (yaitu) pada hari (ketika) bumi
diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya
(di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi
Maha Perkasa.”[Ibrahim 14;47-48]
Ya
Al Jamii, kumpulkanlah kami di dunia ini bersama orang-orang yang baik lagi
shaleh, dalam sebuah jamaah atau organisasi yang hanya semata-mata untuk
memperjuangkan agama-Mu, meninggikan Syariat-Mu, kumpulkan hamba bersama-sama
dengan orang-orang yang amanah dalam menjalankan tugas kehidupannya, kumpulkan
hamba bersama-sama dengan orang-orang yang punya sikap dan akhlak terpuji
sehingga hidup hamba selalu bersama dengan mereka dalam ridha-Mu.
Ya
Al Jamii, Allah yang mengumpulkan, kumpulkanlah hamba di akherat kelak bersama
dengan orang-orang yang shaleh, mereka telah mengorbankan seluruh potensi
hidupnya untuk menebar kebaikan kepada keluarga, masyarakat dan ummat manusia
semuanya. Ya Ilahi, walaupun hamba bukanlah seorang Nabi, bukan pula syuhada’
tapi kumpulkanlah hamba bersama dengan mereka ya Allah, begitu besar harapan
hamba kepada-Mu karena hamba begitu cinta kepada orang-orang yang shaleh, hamba
begitu mencintai para syuhada dan para nabi-Mu, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 18
Rabiul Akhir 1432.H/ 23 Maret 2011.M, Jam 10;00]
Referensi;
1.Kisah
Nabi Ibrahim, by Heksa
2.Agus hasan Bashori, Lc,
kumpulan khutbah jum’at ,
3.Film
Karya Harun Yahya, Bencana Kaum Sodom].
5.
Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar