Rabu, 10 Juni 2015

87. Al Walii, Yang Mengelola



AL WALII
[ Yang Mengelola]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


                Allah adalah Al Walii, Yang Melindungi, Yang Memerintah dan Yang Mengelola, merupakan sifat yang dimiliki Allah terhadap makhluk-Nya, sehingga makhluk berlindung kepada-Nya karena memang Dialah yang berhak untuk melindungi, Dia pula yang berhak untuk memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya yang sekaligus Dialah yang mengelola alam raya ini tanpa campur tangan siapapun;
”Atau Patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang- orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”[Asy Syuura 42;9]

                Allah menjadikan dunia bukanlah tempat yang selama-lamanya walaupun usia dunia ini sudah lama, mungkin sudah bermilyar-milyar tahun yang lalu sudah ada kehidupan di dunia ini, boleh jadi lembah yang kita turuni, bukit yang kita daki, hamparan kota yang kita lalui, semua itu tempat nenek moyang kita yang lalu juga pernah hidup disana. Entah generasi yang keberapa kita hari ini berada di tempat ini, bahkan boleh jadi tempat ini dahulu sebuah perkampungan atau sebuah kota yang ramai sekali, tapi karena keingkaran penghuninya sehingga ditenggelamkan oleh bencana yang dahsyat, bukankah kita mendengar ada beberapa fosil masa lalu yang ditemukan.

            Dunia disikapi oleh seorang mukmin bukanlah tujuan akhir dari kehidupannya tapi hanya sebuah hamparan sementara yang akan berakhir dan kita tidak tahu kapan akhir itu dimasuki, hanya Allah saja yang mengatur dan mengelola kehidupan di dunia ini tanpa ada rasa kantuk dan Dia tidak lalai atas pengelolaan-Nya.
Hakekatnya dunia bukanlah surga tempat kenikmatan dan juga bukan tempat yang abadi.Ia hanya berupa cobaan dan pembebanan (taklif). Manusia diciptakan di dalamnya untuk diuji guna memeprsiapkan kehidupan yang abadi di akhirat. Siapa yang telah mengetahui watak kehidupan dunia seperti ini, maka ia tidak akan dikejutkan oeh "malapetaka" dunia. Sesuatu yang datang dari dalam kehidupannya, maka tak asing lagi bagi kehidupannya.
Tetapi bagi orang-orang yang memandang kehidupan dunia ini sebagai jalan llyang penuh ditaburi bunga dan aroma, maka apabila ia tergelincir sedikit saja, akan dirasakannya sangat berat dan sulit, karena sebelumnya tidak pernah membayangkannya. Al-Qur'an mengisyarakatkan bahwa kehidupan manusia ini diliputi oleh berbagai kesengsaraan dan derita. Firman Allah SWT:
"Sungguh Kami telah ciptakan manusia berada dalam susah payah." (QS. al-Balad [90] : 4)
Selain itu juga diisyaratkan bahwa watak kehidupan ini tida pernah konstan dalam suatu keadaan.Hari membawa kebaikan dan esok har membawa kesengsaraan.Allah Ta'ala berfirman :
"Jika kamu mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun mendapat lukayang serupa.Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran." (QS. Ali Imran [3] : 140)
Allah menciptakan kehidupan ini dengan memasukkan antara kesenangan dan kesengsaraan, antara kecintaan dan kebencian.Tidak ada kesenangan dan kenikmatan tanpa ada kesengsaraan dan kepedihan, tidak ada kesehatan tanpa diganggu rasa sakit, atau kebahagiaan tanpa kesedihan atau keamanan tanpa ketakutan.Sebab hal ini menyalahi kodrat kehidupan dan peranan manusia di dalamnya.Kenyataan inilah yang disadari oelh para filsuf, penyair dan pemikir sejak dahulu kala, sehingga banyak kita temui ungkapan mereka yang mengenai hal ini.
Ali bin Ali Talib pernah ditanya tentang dunia, kemudian menjawab, "Apa yang dapat aku katakan tentang dunia yang awalnya tangis, tengahnya kesengsaraan, dan ujungnya ketidak abadian ?"
Di dalam kitab Zadul Ma'ad, Ibn Qayyim menjelaskan tentang 'obat' panas dan sedihnya musibah :"Diantara penyembuhannya ialah, hendaknya ia memadamkan api musibah itu dengan kesejukan meneledani orang-orang yang mengalami musibah. Hendaknya diketahui bahwa di setiap lembah itu mash terdapat orang-orang yang bahagia, tetapi hendaknya pula ia menoleh ke kanan melihat kesengsaraan yang ada dan menoleh ke kiri melihat derita yang menimpa. Kalau saja ia menjelejahi dunia, niscaya akan mendapati bahwa tidak ada orang yang luput dari cobaan. Baik dengan kehilangan kekasih maupun menderita sesuatu yang tidak disukai.
Sesungguhnya kebahagiaan dunia itu laksana mimpi orang-orang yang sedang tidur seperti bayangan. Jika membuatnya tertawa sejenak maka akan membuatnya bahagia sehari, maka akan membuatnya sengsara setahun. Jika menghiburnya sebentar, maka akan menyedihkannya secara berkepanjangan.
Berkata Ibn Mas'ud : "Setiap kebahagiaan pasti mengandung kesedihan, tidak ada kebahagiaan tanpa kesedihan."
Berkata Ibn Sirin : "Sesuatu yang berwujud gelak tawa semata, niscaya pada akhirnya membawa tangis."
Berkata Hindun binti Nu'man bin al-Mundzir (seorang raja Arab), "Kami pernah menjadi orangyang paling berwibawa dan paling kuat pemerintahannya, tetapisebelum matahari terbenam kami telah menjadi orang yang paling sedikit dan lemah. Sesungguhnya Allah tidak memberikan kemegahan kepada sesuatu negeri kecuali dijadikan sebagai pelajaran dan peringatan."
Pada suatu hari Hindun pernah ditanya tentang nasibnya, maka dia menjawab : "Sekarang tak seorangpun dari bangsa Arab yang berharap kepada kami bahkan tak seorang pun dari bangsa Arab yang mengasihi kami."
Tak ada yang kekal di dunia ini, dan yang kekal hanyalah Allah Azza Wa Jalla, setiap saat kehidupan ini berubah, dan selalu berganti-ganti. Adakalahnya sedih dan adakalnya bergembira.Kehidupan yang kekal hanyalah di akhirat. Janganlah terpedaya dengan kehidupan dunia yang palsu ini.[Sheikh Yusuf Qardawi, Ketahuilah Dunia Bukan Tempat Kenikmatan,Eramuslim, Senin, 18/04/2011 13:58 WIB].

                Demikian rumitnya cara Allah mengelola kehidupan ini yang harus dilalui oleh manusia, kerumitan itu hanya karena kita saja yang memandangnya dan hal itu mudah sekali bagi Allah, ada orang yang hari ini kaya raya dan dalam waktu sekian menit menjadi orang yang miskin, ada-ada saja  kasus yang harus dilalui sehingga memutar kehidupan menjadi seratus delapan puluh derajat. Benar apa yang dikatakan oleh Rasulullah, ”Ada orang yang beriman pagi hari, pada siang harinya sudah kafir, ada juga yang kafir pada siang hari, besok paginya sudah menjadi orang beriman”. Itu baru tentang diri manusia, apalagi kita melihat karya Allah yang lebih besar lagi yaitu alam raya ini, semuanya berada dalam pengaturan dan pengelolaan Allah.

            Di alam ciptaan Allah SWT ini, memiliki banyak sekali hikmah yang dapat dipetik bila kita mau merenunginya.Firman-Nya juga merupakan sumber ilmu yang sangat luas.Kebenaran-kebenaran di dalamnya sudah dibuktikan dengan berbagai penelitian-penelitian ilmiah.

Allah Yang Maha Mengatur, sudah menciptakan alam semesta ini dengan ukuran (takaran) yang pas. Sesuai firman-Nya:
“Sungguh, Kami Menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar 54: 49).

Coba kita bayangkan, jika bumi sedikit lebih dekat saja ke matahari, apa yang terjadi? Tak ada kehidupan, karena panasnya membakar habis apa yang ada di bumi. Atau, jika bumi sedikit lebih jauh dari matahari, apa yang terjadi? Tak ada kehidupan, karena semuanya membeku.

Allah SWT jugalah yang mengatur segala gerak-gerik aktivitas makhluk-Nya di dunia ini.Mulai dari orbit-orbit pada atom yang begitu kecil, hingga mengatur planet-planet dan benda-benda angkasa lainnya supaya tak terjadi tabrakan. Coba kita bayangkan lagi, jika ada satu saja partikel subatom yang melenceng keluar dari lintasannya, apa yang terjadi? Dunia ini akan mengalami kekacauan. Atau, jika satu planet tak mengikuti orbitnya, apa yang terjadi? Akan terjadi tabrakan yang begitu dahsyatnya.


Jika saja Allah biarkan ,sedetik saja, matahari tak bersinar, apa akibatnya? Kehidupan akan kacau-balau. Inilah kekuasaan Allah SWT.Dia mengatur semuanya, hingga detail sekecil apapun. Kalau saja ada perhitungan yang meleset (walaupun ini tidak mungkin bagi Allah SWT), kita tidak dapat membayangkan kekacauan apa yang akan terjadi.

Maka itu, Allah sering menyuruh kita untuk merenungi ciptaan-Nya, mengambil hikmah darinya.;
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri.Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS Adz-Dzaariyaat 51: 20-21).

Pada ayat lain Allah berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS Ali ‘Imraan 3: 190).
 
Kita sebagai orang beriman, tujuan kita menuntut ilmu adalah untuk menambah iman kita kepada Allah SWT, bukan sebaliknya.Coba bayangkan, ketika pelajaran tentang atom, munculkah perasaan kagum kita pada Allah SWT. Betapa Dia menciptakan dan mengatur atom-atom itu, beserta putaran-putaran partikel subatom di dalamnya, tanpa kesalahan sedikitpun! Tak ada tabrakan antar atom tersebut. Lebih hebatnya lagi, tak ada tabrakan antar elektron-elektron yang mengorbit di dalam atom tersebut!

betapa hukum-hukum-Nya begitu mempesona. Gravitasi, gerak, optik, kalor, usaha, energi, semua Dia ciptakan beserta rumus-rumusnya!

Sudah begitu banyaknya Ia hamparkan bukti-bukti kekuasaan-Nya, maka keterlaluan jika kita masih menafikan keberadaan-Nya. Apalagi menyebut bahwa semua ciptaan ini hanya berasal dari ketidaksengajaan semata, seperti yang diungkapkan para evolusionis.[Republika Online,Muhammad Fatih, Bertafakkur, Rabu, 13 April 2011 06:07 WIB].

Allah Al Walii, Yang Mengatur, Yang Mengelola kehidupan makhluk-Nya agar serasi dan seimbang sehingga mendatangkan keharmonisan, ada cuaca yang panas, membuat kita gerah tapi diberi pula cuaca yang sejuk sehingga menyenangkan, ada kemarahan yang membuat gejolak emosi memuncak sehingga dapat merusak semua tatanan keserasian, tapi ada kesantunan dan kesopanan yang terbingkai dalam ukhuwah islamiyyah. Demikianlah kehidupan yang diciptakan Allah, rela tidak rela kita harus menjalaninya sesuai dengan sunnatullah, bila kita langgar maka kerusakan, kehancuran dan ketidakteraturan akan kita temui, padahal hidup di dunia hanya sementara tentu kita tidak mau dalam kesementaraan ini berada dalam ketidakharmonisan.

Allah Yang Mengelola, Engkaulah yang mengatur dan mengelola kehidupan ini sehingga nampak baik dan serasi, tanpa dibawah pengelolaan-Mu maka berantakanlah kehidupan ini, berilah kami kemampuan untuk memahami arti kehidupan ini ya Allah agar kami bisa menjalani hidup ini dengan baik, menjadi orang yang tawadhu’ [rendah hati] dan tawakal [berserah diri kepada Allah] sehingga tidak terlalu ambisius mencari isi dunia, yang kadangkala membuat kami lalai untuk mengingat-Mu dan lupa untuk mensyukurinya.

Ya Ilahi, jauhkanlah kami dari segala sikap sombong dan angkuh terhadap sesuatu yang kami miliki, karena semua itu merupakan amanah dari-Mu yang harus dikelola dengan baik, ampunilah hamba ya Allah, yang kadangkala lupa memandang keteraturan ciptaan-Mu, yang tidak mampu memahami hasil yang Engkau kelola, berilah pengetahuan kepada kami ya Allah, dengan ilmu itu kami jadi orang yang tunduk atas kemahaperkasaan-Mu, Wallahu a’lam [Sungai Lasi Solok, 24 Jumadil Awal 1432.H/ 28 April 2011.M, Jam 12;16].

Referensi;
1.Kuliah Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Hadits Arbain An Nawawi, Sofyan Efendi, HaditsWeb 3.0,
5.Sheikh Yusuf Qardawi, Eramuslim, Senin, 18/04/2011
6.Republika Online,Muhammad Fatih, Republika Online13 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar