Minggu, 14 Juni 2015

61. Adh Dhaar, Yang Memudharatkan




ADH DHAAR
[ Yang Memudharatkan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

Salah satu syarat seseorang dikatakan telah memeluk agama islam, apabila ia telah mengucapkan kalimah sahadat, kalimat persaksian bahwa,   ”Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah”. Ucapan ini ialah pengakuan seorang hamba yang secara sadar mengakui ketiadaan sesuatu dan mengakui keberadaan Allah.

Dengan persaksian diatas, maka seseorang telah dapat dikatakan bebas merdeka, tidak diikat oleh suatu belenggu apapun, tidak dijajah oleh suatu keterikatan kepada siapapun, selain keterikatan kepada Allah Swt saja, maka ummat yang telah berikrar dengan syahadat itu bebas berbuat, bebas beribadah dan menjalankan hukum Allah sesuai dengan kehendak Allah, dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
" Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal'[Muhammad 47;19]

Allah dengan sifat-Nya Adh Dhaar, Yang Memudharatkan adalah sebuah keimanan melalui asma wa sifat, nama-nama dan sifat Allah yang terkandung dalam asmaul husna. Yang menggambarkan bahwa segala hal-hal yang mudharat yang dialami oleh makhluk berupa ujian kehidupan dan azab yang dirasakan maka itu semua dari Allah;
“Katakanlah: "Akutidakberkuasamenarikkemanfaatanbagidirikudantidak (pula) menolakkemudharatankecuali yang dikehendaki Allah. danSekiranyaakumengetahui yang ghaib, tentulahakumembuatkebajikansebanyak-banyaknyadanakutidakakanditimpakemudharatan. akutidak lain hanyalahpemberiperingatan, danpembawaberitagembirabagi orang-orang yang beriman".[Al A’raf 7;188].

Manusiatidakmampumendatangkankemudharatankepada orang laintanpaizindari Allah artinyakalau Allah tidakberkenanmakakemudharatanitutidakakandatangkepadasiapapunwalaupunsemua orang merancangkemudharatanitu. Kita sebagaihambahanyamenerimadanmenjalankan  proseskehidupaninitanpaadausahadarikitauntukmenskenariokannya, semuanyaberada di tangan Allah.

Hadisriwayat Ali ra., iaberkata: Kami sedangmengiringisebuahjenazah di BaqiGharqad (sebuahtempatpemakaman di Madinah), laludatanglahRasulullah saw. menghampiri kami. Beliausegeradudukdan kami pun ikutduduk di sekelilingbeliau yang ketikaitumemegangsebatangtongkatkecil.Beliaumenundukkankepalanyadanmulailahmembuatgoresan-goresankecil di tanahdengantongkatnyaitukemudianbeliaubersabda: Tidakadaseorang pun darikamusekalianatautidakadasatujiwa pun yang hidupkecualitelah Allah tentukankedudukannya di dalamsurgaataukah di dalamnerakasertaapakahiasebagaiseorang yang sengsaraataukahsebagaiseorang yang bahagia. Laluseoranglelakitiba-tibabertanya: WahaiRasulullah! Kalaubegituapakahtidaksebaiknyakitaberserahdirikepadatakdirkitadanmeninggalkanamal-usaha?Rasulullahsaw. bersabda: Barangsiapa yang telahditentukansebagai orang yang berbahagia, makadiaakanmengarahkepadaperbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barangsiapa yang telahditentukansebagai orang yang sengsara, makadiaakanmengarahkepadaperbuatan orang-orang yang sengsara. Kemudianbeliaumelanjutkansabdanya: Beramallah! Karenasetiap orang akandipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukansebagai orang berbahagia, makamerekaakandimudahkanuntukmelakukanamalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukansebagai orang sengsara, makamerekajugaakandimudahkanuntukmelakukanamalan orang-orang sengsara. Kemudianbeliaumembacakanayatberikutini: Adapun orang yang memberikanhartanya di jalan Allah danbertakwa, danmembenarkanadanyapahala yang terbaik (surga), maka Kami kelakakanmenyiapkanbaginyajalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhildanmerasadirinyacukup, sertamendustakanpahala yang terbaik, makakelak Kami akanmenyiapkanbaginyajalan yang sukar. (Shahih Muslim)

            Allah yang mendatangkansusahdansenang, yang menyehatkandanmemberipenyakit, yang menghidupkandanmematikan, yang memberikanmanfaatdan yang mendatangkanmudharat. PosisiTuhan yang beginilah yang dipertanyakanoleh Ibrahim kepadaummatnya, apakahberhala yang dijadikansebagaituhanitupunyakemampuanuntukmendatangkanmanfaatdanmemberikanmudharat;
“Ketikaia [Ibrahim] berkatakepadabapaknyadankaumnya: "Apakah yang kamusembah?" merekamenjawab: "Kami menyembahberhala-berhaladan Kami Senantiasatekunmenyembahnya". berkata Ibrahim: "Apakahberhala-berhalaitumendengar (doa)mu sewaktukamuberdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) merekamemberimanfaatkepadamuataumemberimudharat?" merekamenjawab: "(Bukankarenaitu) sebenarnya Kami mendapatinenekmoyang Kami berbuatdemikian". Ibrahim berkata: "MakaApakahkamutelahmemperhatikanapa yang selalukamusembah,kamudannenekmoyangkamu yang dahulu?,karenaSesungguhnyaapa yang kamusembahituadalahmusuhku, kecualiTuhansemestaalam,” [AsySyu’ara 26;70-77]
Semua yang terjadi di alam ini telah ada ketetapannya. Tidak ada satu perkara pun yang bergeser dan menyimpang dari apa yang telah ditetapkan Allah subhanahu wa ta’ala. Allah telah menetapkan takdir seluruh makhluk, semenjak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Rasulullah shOllallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah telah menetapkan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. (HR. Muslim)
Dalam kaitan ini, maka wajib bagi seluruh manusia untuk beriman kepada takdirAllah, yang baik maupun yang buruk. Allahlah yang telah membagi rezeki, menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji hamba-Nya, menentukan apakah seorang hamba tersebut termasuk yang bahagia atau sengsara ketika di dunia. Allah juga telah menetapkan ajal seseorang, dan memastikan pula tempat tinggalnya di akhirat kelak, surga ataukah neraka. Semua yang terjadi adalah berdasarkan iradah-Nya, kehendak Allah.
Kemudian, sebagaimana yang kita rasakan, manusia hidup di dunia ini, tak pernah lepas dari kesusahan, kesengsaraan dan kesedihan. Ini semua merupakan ujian yang selalu datang silih berganti. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
 Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabaR.” (QS. Al Baqarah 2: 155)
Hikmah yang bisa diambil dengan adanya berbagai cobaan ini, ialah untuk membedakan antara orang yang benar dan orang yang dusta dalam pengakuannya terhadap keimanan kepada Allah. Allah berfirman:
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”(QS. Al Ankabut 29:2-3).
Dengan adanya cobaan, maka seseorang akan mengetahui tentang dirinya dan hakikat keimanannya. Seseorang tidak bisa mengaku telah benar-benar beriman kepada Allah, sebelum datang ujian kepada diRinya dan ia pun mampu untuk bertahan dengan kesabaran.  Ibnul Jauzi berkata, “Barangsiapa yang menginginkan selalu mendapatkan kekekalan dan kesejahteraan tanpa merasakan cobaan, maka dia belum memahami hakikat hidup dan penghambaan diri kepada Allah.”

Begitu pula dengan seorang mukmin. Dia pun mendapatkan ujian, dan tidak lain kecuali sebagai taRbiyah, bukan sebagai siksa. Allah Subhanahu wa Ta’ala membeRikan ujian, baik dalam keadaan suka maupun duka.
”Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al A’Raf /7: 168).
Setelah memahami, bahwa dunia ini penuh ujian, maka marilah kita mempersiapkan diri sebelum cobaan itu benar-benar datang. Yaitu dengan mempertebal keimanan kepada Allah. Sehingga saat menghadapi cobaan, kita tidak berkeluh-kesah, dan semua akan terasa Ringan. Kita harus yakin, ujian atau musibah itu pasti ada akhirnya. Jangan sampai musibah terebut membuat kita menjadi gelap mata, sehingga mulut mengeluarkan perkataan yang dapat membinasakan. Atau jangan sampai perbuatan kita membuat diri menjadi binasa. Ringankanlah setiap beban dengan selalu mengingat pahala dan ridha yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingatlah orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah, ia dijanjikan Oleh Allah dengan pahala yang besar, bahkan akan dilipatgandakan dengan yang lebih besar lagi. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:  MeReka itu dibeRi pahala dua kali disebabkan kesabaRan meReka,” (QS. Al Qashash/28: 54).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang orang yang paling berat cobaannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Para nabi, kemudian orang yang terbaik lalu yang baik. Seseorang akan diberi cobaan sesuai dengan (kadar) dinnya (agamanya). Jika agamanya kuat, maka cobaan aka berat. Namun bila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan dinnya. Cobaan itu akan senantiasa ada pada diri seseorang mukmin, sehingga dirinya dibiarkan berjalan di muka bumi dengan tidak memiliki dosa.” (HR. at TiRmidzi: 8/417)

            Cobaan itu memang berat dan menyesakkan sehingga tidak setiap orang mampu menghadapinya. Lihatlah, bagaimana berat dan sedihnya Nabi Adam ketika dikeluarkan dari surga untuk menempati dunia. Padahal beliau telah lama tinggal di surga dan sudah merasakan berbagai kenikmatan. Begitu juga Nabi Ibrahim. Yaitu tatkala beliau dibakar api oleh kaumnya, serta ketika disuruh menyembelih anak semata wayangnya yang paling beliau kasihi. Lihatlah Nabi Ayyub, ketika mendapat cobaan sakit sampai sekian tahun. Ingatlah ketika Nabi Yunus, ketika berada dalam perut ikan, ingatlah Nabi Yusuf, ketika difitnah dan dimasukkan penjara sampai sekian tahun. Begitu pula yang dialami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdakwah di tengah-tengah kaum jahiliyah kafiR Quraisy. Maka benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan bagi diRinya, maka orang tersebut akan diberi cobaan.” (HR. Bukhari).[Ustadz Abu ZiyadAgusSantosoKumpulan Artikel Khutbah Jum’at, Al Sofwah]
Walaupunseorangnabi, ketikadatanghal yang mudharatkepadadirinyaberupaujiandancobaanhidup, merekatidakakanmampuuntukmenolaknyakarenasemuaitudari Allah, sebagaimana yang diungkapkanolehnabi Ibrahim dalamfirman Allah tentangeksistensi Allah sebagaiTuhan yang berhakdankuasauntukmemberikanmanfaatdanmudharatkepadasiapapun;
“(YaituTuhan) yang telahmenciptakanAku, MakaDialah yang menunjukiAku,  danTuhanku, yang DiamemberiMakandanminumkepadaKu, danapabilaakusakit, Dialah yang menyembuhkanAku, dan yang akanmematikanAku, kemudianakanmenghidupkanaku (kembali), dan yang Amatkuinginkanakanmengampunikesalahankupadaharikiamat". (Ibrahim berdoa): "YaTuhanku, berikanlahkepadakuHikmahdanmasukkanlahakukedalamgolongan orang-orang yang saleh,”[AsySyuara 26;78-83]

Sikapseorangmukmindikalamendapathalmudharatdari Allah ialahsabardanikhlasmenerimanyawalaupunpedih, sakitdanmengeluarkan air matasertadarahsekalipun agar mudharatitubermanfaatbagidirinyasehinggamendapatbalasanpahaladari Allah, dalamsebuahsabdanyaRasulullahbersabda,”Barangsiapa yang terselandungkakinyakemudiandiasabardanikhlasmakaakandiampunidosa-dosanya yang lalu”, ituhanyaterselandung, bagaimanakalaukitamendapatmudharat yang lebihbesardariitu, tentulebihbesarlagibalasandari Allah, dengansyaratsabardanikhlas.

Dari Abu Musa Al Asy'ari ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : "Apabila anak manusia meninggal maka Allah berfirman kepada MalaikatNya : "Kamu matikan anak hambaKu ?". Mereka menjawab, "Ya". Dia berfirman : "Kamu matikan buah hatinya ?" Mereka menjawab : "Ya". Dia berfirman : "Apakah yang diucapkan oleh hambaKu?" Mereka menjawab : "Memuji dan mengembalikannya kepadaMu (membaca istirja')". Allah berfirman : "Bangunlah rumah untuk hambaKu di sorga, dan berilah nama Baitul Hamdi (rumah pujian)".(Hadits ditakhrij oleh Tirmidzi).

YaAdhDhaar, Engkau Yang mendatangkanMudharatkepadahamba-Mu, berilah kami mudharat yang kami sanggupuntukmenerimanyadengankeimanandankesabaran, janganlahmudharat yang dating memberikanpeluangbagisyaitanuntukmenggodadanmenyesatkan kami darijalan-Mu.
YaIlahi, EngkauMengetahuijalanhidup yang hambalaluihinggaakhirnanti, tunjukilahhamba-Mu inijalan yang benar, jalan yang lurussebagaimanajalan orang-orang terdahulu, kami memangtidakmampumerubahtakdir yang sudahtermaktubdalamgenggaman-Mu, tapiberilahkankepadahambainijalanhidup, takdir yang baik, takdir yang menyelamatkan kami darikehancuran, selamatkanlahhambainiya Allah darisegala yang mencelakakan, semuanyahambaserahkankepada-Mu, Wallahu a’lam [CubadakSolok, 15 JumadilAwal 1432.H/ 19 April 2011.M, Jam 10;00].

Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros, 2009
4.Ustadz Abu ZiyadAgusSantosoKumpulan Artikel Khutbah Jum’at, Al Sofwah
5.AhmadSunarto, HimpunanHaditsQudsi, kompilasipakdenono, 2007
6.Hadits Web, SofyanEfendi

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar