ADH DHAAR
[ Yang Memudharatkan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Salah
satu syarat seseorang dikatakan telah memeluk agama islam, apabila ia telah
mengucapkan kalimah sahadat, kalimat persaksian bahwa, ”Tidak
ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah”. Ucapan ini ialah
pengakuan seorang hamba yang secara sadar mengakui ketiadaan sesuatu dan
mengakui keberadaan Allah.
Dengan persaksian diatas, maka seseorang telah
dapat dikatakan bebas merdeka, tidak diikat oleh suatu belenggu apapun, tidak
dijajah oleh suatu keterikatan kepada siapapun, selain keterikatan kepada Allah
Swt saja, maka ummat yang telah berikrar dengan syahadat itu bebas berbuat,
bebas beribadah dan menjalankan hukum Allah sesuai dengan kehendak Allah,
dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
" Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya
tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi
dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal'[Muhammad 47;19]
Allah dengan sifat-Nya Adh Dhaar, Yang
Memudharatkan adalah sebuah keimanan melalui asma wa sifat, nama-nama dan sifat
Allah yang terkandung dalam asmaul husna. Yang menggambarkan bahwa segala
hal-hal yang mudharat yang dialami oleh makhluk berupa ujian kehidupan dan azab
yang dirasakan maka itu semua dari Allah;
“Katakanlah:
"Akutidakberkuasamenarikkemanfaatanbagidirikudantidak (pula) menolakkemudharatankecuali
yang dikehendaki Allah. danSekiranyaakumengetahui yang ghaib,
tentulahakumembuatkebajikansebanyak-banyaknyadanakutidakakanditimpakemudharatan.
akutidak lain hanyalahpemberiperingatan, danpembawaberitagembirabagi
orang-orang yang beriman".[Al A’raf 7;188].
Manusiatidakmampumendatangkankemudharatankepada
orang laintanpaizindari Allah artinyakalau Allah
tidakberkenanmakakemudharatanitutidakakandatangkepadasiapapunwalaupunsemua
orang merancangkemudharatanitu. Kita sebagaihambahanyamenerimadanmenjalankan
proseskehidupaninitanpaadausahadarikitauntukmenskenariokannya,
semuanyaberada di tangan Allah.
Hadisriwayat
Ali ra., iaberkata: Kami sedangmengiringisebuahjenazah di BaqiGharqad
(sebuahtempatpemakaman di Madinah), laludatanglahRasulullah saw. menghampiri
kami. Beliausegeradudukdan kami pun ikutduduk di sekelilingbeliau yang
ketikaitumemegangsebatangtongkatkecil.Beliaumenundukkankepalanyadanmulailahmembuatgoresan-goresankecil
di tanahdengantongkatnyaitukemudianbeliaubersabda: Tidakadaseorang pun
darikamusekalianatautidakadasatujiwa pun yang hidupkecualitelah Allah
tentukankedudukannya di dalamsurgaataukah di
dalamnerakasertaapakahiasebagaiseorang yang sengsaraataukahsebagaiseorang yang
bahagia. Laluseoranglelakitiba-tibabertanya: WahaiRasulullah!
Kalaubegituapakahtidaksebaiknyakitaberserahdirikepadatakdirkitadanmeninggalkanamal-usaha?Rasulullahsaw.
bersabda: Barangsiapa yang telahditentukansebagai orang yang berbahagia,
makadiaakanmengarahkepadaperbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barangsiapa
yang telahditentukansebagai orang yang sengsara,
makadiaakanmengarahkepadaperbuatan orang-orang yang sengsara.
Kemudianbeliaumelanjutkansabdanya: Beramallah! Karenasetiap orang
akandipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukansebagai orang berbahagia,
makamerekaakandimudahkanuntukmelakukanamalan orang-orang bahagia. Adapun
orang-orang yang ditentukansebagai orang sengsara,
makamerekajugaakandimudahkanuntukmelakukanamalan orang-orang sengsara.
Kemudianbeliaumembacakanayatberikutini: Adapun orang yang memberikanhartanya di
jalan Allah danbertakwa, danmembenarkanadanyapahala yang terbaik (surga), maka
Kami kelakakanmenyiapkanbaginyajalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang
bakhildanmerasadirinyacukup, sertamendustakanpahala yang terbaik, makakelak Kami
akanmenyiapkanbaginyajalan yang sukar. (Shahih Muslim)
Allah
yang mendatangkansusahdansenang, yang menyehatkandanmemberipenyakit, yang
menghidupkandanmematikan, yang memberikanmanfaatdan yang mendatangkanmudharat.
PosisiTuhan yang beginilah yang dipertanyakanoleh Ibrahim kepadaummatnya,
apakahberhala yang
dijadikansebagaituhanitupunyakemampuanuntukmendatangkanmanfaatdanmemberikanmudharat;
“Ketikaia [Ibrahim]
berkatakepadabapaknyadankaumnya: "Apakah yang kamusembah?"
merekamenjawab: "Kami menyembahberhala-berhaladan Kami
Senantiasatekunmenyembahnya". berkata Ibrahim:
"Apakahberhala-berhalaitumendengar (doa)mu sewaktukamuberdoa (kepadanya)?,
atau (dapatkah) merekamemberimanfaatkepadamuataumemberimudharat?"
merekamenjawab: "(Bukankarenaitu) sebenarnya Kami mendapatinenekmoyang
Kami berbuatdemikian". Ibrahim berkata:
"MakaApakahkamutelahmemperhatikanapa yang selalukamusembah,kamudannenekmoyangkamu
yang dahulu?,karenaSesungguhnyaapa yang kamusembahituadalahmusuhku,
kecualiTuhansemestaalam,” [AsySyu’ara 26;70-77]
Semua yang terjadi di alam ini telah ada ketetapannya. Tidak ada satu
perkara pun yang bergeser dan menyimpang dari apa yang telah ditetapkan Allah
subhanahu wa ta’ala. Allah telah menetapkan takdir seluruh makhluk, semenjak
lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Rasulullah shOllallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: Allah telah
menetapkan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan
langit dan bumi. (HR. Muslim)
Dalam kaitan ini, maka wajib bagi seluruh manusia untuk beriman kepada
takdirAllah, yang baik maupun yang buruk. Allahlah yang telah membagi rezeki,
menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji hamba-Nya, menentukan apakah
seorang hamba tersebut termasuk yang bahagia atau sengsara ketika di dunia.
Allah juga telah menetapkan ajal seseorang, dan memastikan pula tempat
tinggalnya di akhirat kelak, surga ataukah neraka. Semua yang terjadi adalah
berdasarkan iradah-Nya, kehendak Allah.
Kemudian, sebagaimana yang kita rasakan, manusia
hidup di dunia ini, tak pernah lepas dari kesusahan, kesengsaraan dan
kesedihan. Ini semua merupakan ujian yang selalu datang silih berganti. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabaR.” (QS. Al Baqarah 2: 155)
Hikmah yang bisa
diambil dengan adanya berbagai cobaan ini, ialah untuk membedakan antara orang
yang benar dan orang yang dusta dalam pengakuannya terhadap keimanan kepada
Allah. Allah berfirman:
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?dan
Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.”(QS. Al Ankabut 29:2-3).
Dengan adanya cobaan, maka seseorang akan mengetahui tentang dirinya dan
hakikat keimanannya. Seseorang tidak bisa mengaku telah benar-benar beriman
kepada Allah, sebelum datang ujian kepada diRinya dan ia pun mampu untuk bertahan
dengan kesabaran. Ibnul Jauzi berkata, “Barangsiapa yang menginginkan selalu mendapatkan
kekekalan dan kesejahteraan tanpa merasakan cobaan, maka dia belum memahami hakikat
hidup dan penghambaan diri kepada Allah.”
Begitu pula dengan seorang mukmin. Dia pun mendapatkan ujian, dan tidak lain kecuali sebagai taRbiyah, bukan sebagai siksa. Allah Subhanahu wa Ta’ala membeRikan ujian, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Begitu pula dengan seorang mukmin. Dia pun mendapatkan ujian, dan tidak lain kecuali sebagai taRbiyah, bukan sebagai siksa. Allah Subhanahu wa Ta’ala membeRikan ujian, baik dalam keadaan suka maupun duka.
”Dan Kami bagi-bagi
mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang
yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan Kami coba mereka
dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka
kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al A’Raf /7: 168).
Setelah memahami, bahwa dunia ini penuh ujian, maka marilah kita
mempersiapkan diri sebelum cobaan itu benar-benar datang. Yaitu dengan mempertebal
keimanan kepada Allah. Sehingga saat menghadapi cobaan, kita tidak
berkeluh-kesah, dan semua akan terasa Ringan. Kita harus yakin, ujian atau
musibah itu pasti ada akhirnya. Jangan sampai musibah terebut membuat kita
menjadi gelap mata, sehingga mulut mengeluarkan perkataan yang dapat membinasakan.
Atau jangan sampai perbuatan kita membuat diri menjadi binasa. Ringankanlah
setiap beban dengan selalu mengingat pahala dan ridha yang dijanjikan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Ingatlah orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah,
ia dijanjikan Oleh Allah dengan pahala yang besar, bahkan akan dilipatgandakan
dengan yang lebih besar lagi. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “MeReka
itu dibeRi pahala dua kali disebabkan kesabaRan meReka,” (QS. Al
Qashash/28: 54).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang orang yang paling berat cobaannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Para nabi, kemudian orang yang terbaik lalu yang baik. Seseorang akan diberi cobaan sesuai dengan (kadar) dinnya (agamanya). Jika agamanya kuat, maka cobaan aka berat. Namun bila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan dinnya. Cobaan itu akan senantiasa ada pada diri seseorang mukmin, sehingga dirinya dibiarkan berjalan di muka bumi dengan tidak memiliki dosa.” (HR. at TiRmidzi: 8/417)
Cobaan itu memang berat dan menyesakkan sehingga tidak setiap orang mampu menghadapinya. Lihatlah, bagaimana berat dan sedihnya Nabi Adam ketika dikeluarkan dari surga untuk menempati dunia. Padahal beliau telah lama tinggal di surga dan sudah merasakan berbagai kenikmatan. Begitu juga Nabi Ibrahim. Yaitu tatkala beliau dibakar api oleh kaumnya, serta ketika disuruh menyembelih anak semata wayangnya yang paling beliau kasihi. Lihatlah Nabi Ayyub, ketika mendapat cobaan sakit sampai sekian tahun. Ingatlah ketika Nabi Yunus, ketika berada dalam perut ikan, ingatlah Nabi Yusuf, ketika difitnah dan dimasukkan penjara sampai sekian tahun. Begitu pula yang dialami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdakwah di tengah-tengah kaum jahiliyah kafiR Quraisy. Maka benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang orang yang paling berat cobaannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Para nabi, kemudian orang yang terbaik lalu yang baik. Seseorang akan diberi cobaan sesuai dengan (kadar) dinnya (agamanya). Jika agamanya kuat, maka cobaan aka berat. Namun bila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan dinnya. Cobaan itu akan senantiasa ada pada diri seseorang mukmin, sehingga dirinya dibiarkan berjalan di muka bumi dengan tidak memiliki dosa.” (HR. at TiRmidzi: 8/417)
Cobaan itu memang berat dan menyesakkan sehingga tidak setiap orang mampu menghadapinya. Lihatlah, bagaimana berat dan sedihnya Nabi Adam ketika dikeluarkan dari surga untuk menempati dunia. Padahal beliau telah lama tinggal di surga dan sudah merasakan berbagai kenikmatan. Begitu juga Nabi Ibrahim. Yaitu tatkala beliau dibakar api oleh kaumnya, serta ketika disuruh menyembelih anak semata wayangnya yang paling beliau kasihi. Lihatlah Nabi Ayyub, ketika mendapat cobaan sakit sampai sekian tahun. Ingatlah ketika Nabi Yunus, ketika berada dalam perut ikan, ingatlah Nabi Yusuf, ketika difitnah dan dimasukkan penjara sampai sekian tahun. Begitu pula yang dialami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdakwah di tengah-tengah kaum jahiliyah kafiR Quraisy. Maka benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan bagi diRinya, maka orang tersebut akan diberi cobaan.” (HR. Bukhari).[Ustadz Abu ZiyadAgusSantosoKumpulan Artikel Khutbah Jum’at, Al Sofwah]
Walaupunseorangnabi,
ketikadatanghal yang mudharatkepadadirinyaberupaujiandancobaanhidup,
merekatidakakanmampuuntukmenolaknyakarenasemuaitudari Allah, sebagaimana yang
diungkapkanolehnabi Ibrahim dalamfirman Allah tentangeksistensi Allah
sebagaiTuhan yang
berhakdankuasauntukmemberikanmanfaatdanmudharatkepadasiapapun;
“(YaituTuhan) yang telahmenciptakanAku,
MakaDialah yang menunjukiAku,
danTuhanku, yang DiamemberiMakandanminumkepadaKu, danapabilaakusakit,
Dialah yang menyembuhkanAku, dan yang akanmematikanAku,
kemudianakanmenghidupkanaku (kembali), dan yang Amatkuinginkanakanmengampunikesalahankupadaharikiamat".
(Ibrahim berdoa): "YaTuhanku,
berikanlahkepadakuHikmahdanmasukkanlahakukedalamgolongan orang-orang yang saleh,”[AsySyuara
26;78-83]
Sikapseorangmukmindikalamendapathalmudharatdari
Allah ialahsabardanikhlasmenerimanyawalaupunpedih, sakitdanmengeluarkan air
matasertadarahsekalipun agar
mudharatitubermanfaatbagidirinyasehinggamendapatbalasanpahaladari Allah,
dalamsebuahsabdanyaRasulullahbersabda,”Barangsiapa yang
terselandungkakinyakemudiandiasabardanikhlasmakaakandiampunidosa-dosanya yang
lalu”, ituhanyaterselandung, bagaimanakalaukitamendapatmudharat yang
lebihbesardariitu, tentulebihbesarlagibalasandari Allah,
dengansyaratsabardanikhlas.
Dari Abu Musa Al Asy'ari ra. bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda : "Apabila anak manusia
meninggal maka Allah berfirman kepada MalaikatNya : "Kamu matikan anak
hambaKu ?". Mereka menjawab, "Ya". Dia berfirman : "Kamu
matikan buah hatinya ?" Mereka menjawab : "Ya". Dia berfirman :
"Apakah yang diucapkan oleh hambaKu?" Mereka menjawab : "Memuji
dan mengembalikannya kepadaMu (membaca istirja')". Allah berfirman :
"Bangunlah rumah untuk hambaKu di sorga, dan berilah nama Baitul Hamdi
(rumah pujian)".(Hadits
ditakhrij oleh Tirmidzi).
YaAdhDhaar, Engkau Yang mendatangkanMudharatkepadahamba-Mu, berilah kami
mudharat yang kami sanggupuntukmenerimanyadengankeimanandankesabaran,
janganlahmudharat yang dating
memberikanpeluangbagisyaitanuntukmenggodadanmenyesatkan kami darijalan-Mu.
YaIlahi, EngkauMengetahuijalanhidup
yang hambalaluihinggaakhirnanti, tunjukilahhamba-Mu inijalan yang benar, jalan
yang lurussebagaimanajalan orang-orang terdahulu, kami
memangtidakmampumerubahtakdir yang sudahtermaktubdalamgenggaman-Mu,
tapiberilahkankepadahambainijalanhidup, takdir yang baik, takdir yang
menyelamatkan kami darikehancuran, selamatkanlahhambainiya Allah darisegala
yang mencelakakan, semuanyahambaserahkankepada-Mu, Wallahu a’lam [CubadakSolok,
15 JumadilAwal 1432.H/ 19 April 2011.M, Jam 10;00].
Referensi;
1.KuliahTafsir,
Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis,
Drs.MukhlisDenros, 2009
5.AhmadSunarto,
HimpunanHaditsQudsi, kompilasipakdenono, 2007
6.Hadits Web, SofyanEfendi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar