ASH SHAMAD
[Tempat Bergantung]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak
berbilang dan jangan diperbilangkan, karena mustahil bila Tuhan itu lebih dari
satu, tentu terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan sifat ketuhanan itu.
Keberadaan Allah inilah yang digugat oleh orang kafir Quraisy kepada Nabi
Muhammad, sebab mereka selama ini mempunyai tuhan lebih dari satu, sehingga ada
Latta, Uzza dan Hubal yang mereka lambangkan dengan patung, sehingga datanglah
protes kepada Nabi, banyak saja tuhan tidak bisa menyelesaikan kehidupan
manusia apalagi kalau Tuhan itu hanya satu tentu tidak mampu berbuat banyak.
Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, karena sesuatu itu
tidak ada artinya tanpa bantuan dari Allah, sejak dari kehidupan, rezeki dan
masa depan manusia, semuanya tergantung kepada Allah, manusia sebagai makhluk
hanya mengikuti scenario hidup yang dirancang-Nya, inilah keyakinan tauhid bagi
seorang muslim.
Jika tauhid
difahami secara benar, maka manusia akan terbebas dari penyembahan selain Allah
SWT: manusia akan bebas terhadap rasa takut dari kematian, kekhuatiran atas
rezeki, manusia akan terbebas dari sikap bakhil dan ketakutan terhadap
hari-hari yang akan datang.
Muhammad bin
Abdillah datang untuk menyerukan bahawa hanya Allah SWT yang patut disembah dan
bahawa semua manusia adalah hamba- hamba-Nya. Dengan membebaskan manusia dari
menyembah sesama mereka, maka kebebasan yang hakiki telah dimulai. Rasulullah
saw memberitahu bahawa kematian adalah perpindahan dari satu rumah ke rumah
yang lain. Ia bukan akhiran yang misteri dari kehidupan yang tidak dapat
difahami, tetapi ia hanya sekadar perpindahan. Takut kepada kematian tidak akan
menyelamatkan dari kematian itu sendiri, dan cinta kepada kehidupan tidak akan
memanjangkan ajal. Pada setiap ajal ada ketentuannya.Maka keberanian merupakan
unsur dari unsur-unsur pembentukan keperibadian Islam dan bahagian dari
bahagian-bahagian sel yang ada dalam tubuh seorang Muslim.
Rasulullah saw
juga menyatakan bahawa rezeki di dunia sudah dijamin dan ditentukan oleh Allah
SWT:
"Dan
tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah- lah yang memberi
rezekinya. " (QS. Hud
11: 6)
Jibril
mewahyukan kepada Rasul saw bahawa suatu jiwa tidak akan memenuhi ajalnya
sehingga rezekinya disempurnakan. Jika demikian halnya, maka tidak ada alasan
bagi manusia untuk khawatir terhadap rasa lapar dan gelisah terhadap hari
esok.Semua ini terjadi dalam ruang lingkup mengambil atau melalui jalan-jalan
menuju sebab.Yakni berusaha untuk mencapai rezeki yang merupakan kewajipan bagi
orang Muslim dan percaya terhadap kedermawan Allah SWT yang juga merupakan
suatu kewajipan bagi orang Muslim untuk mempercayainya. Allah SWT berfirman:
"Dan
di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang
dijanjikan kepadamu. "
(QS. adz-Dzariat 51: 22)
Allah SWT
telah menjamin rezeki di dunia dan memerintahkan manusia untuk berusaha
mencapai rezeki di akhirat.Rezeki di dunia adalah sesuatu yang sudah dijamin,
sehingga manusia tidak perlu melakukan usaha yang terlalu sengit untuk
mencapainya.Cukup baginya untuk berusaha secara benar dan seimbang.[Pak
Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah,29 Jun 2007].
Allah
tempat bergantung, Dialah Ash Shamad, semuanya menyandarkan kebutuhan dan
kepentingan kepada-Nya, rezeki yang disediakan tinggal dicari dan digali saja
lagi, pengetahuan yang dibentangkan seluas lautan tinggal di kaji, kesehatan
yang disediakan harus dijaga untuk kepentingan kehidupan yang lebih baik,
ketergantungan kepada Allah tidak boleh dibebankan kepada yang lain;
1. Katakanlah:
"Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." [Al
Ikhlas 112;1-4]
Ketika
terjadi musibah, kadangkala membuat kita tidak tahu arah yang harus dilalui,
ucapan keluar terkesan jauh dari Allah, seolah-olah selama ini kita tidak
menjadikan Allah sebagai tempat bergantung, padahal semuanya yang ada pada kita
tidak berdaya kita pertahankan tanpa adanya Allah, dengarlah ucapan dikala
musibah datang, kematian seorang suami yang menjadi tumpuan harapan dari
keluarganya, atau kematian seorang tokoh penting dalam masyarakat yang
membimbing dan mengarahkan mereka selama ini, tanpa disangka meluncur kalimat
“Sudah putus tali tempat bergantung, sudah rubuh dinding tempat bersandar”,
tidaklah harus demikian, karena suami atau tokoh penting yang meninggal
bukanlah segala-galanya bagi kita, jadikanlah Allah segala-galanya dalam hidup
ini, karena suami dan tokoh tadi merekapun tidak berdaya tanpa adanya gantungan
dari Allah.
Ketergantungan
kepada Allah akan memberikan kemudahan kepada manusia sehingga terjaga dan
berada dalam pengawasan-Nya dimanapun berada, dilindungi, diberi pertolongan
dan diselamatkan dari kejahatan siapapun.
Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma,
beliau berkata : Suatu saat saya berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa
sallam, maka beliau bersabda : Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu
beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah
niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada
Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat
kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun
kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk
mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali
kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran
telah kering.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : Haditsnya hasan shahih).
Dalam sebuah riwayat selain Turmuzi dikatakan : Jagalah Allah, niscaya engkau
akan mendapatkan-Nya didepanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia
akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput
darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang ditetapkan akan menimpamu
tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan
kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).[Hadits Arbain,Imam An Nawawi]
Allah
adalah tempat bergantung bagi makhluk-Nya karena diri manusia bahkan dunia ini
dalam genggaman-Nya, apa yang dilakukan oleh manusia akan dibalas sesuai dengan
kualitasnya, dan Allah tidak membutuhkan tempat bergantung dari yang lain, Dia
mampu berbuat sekehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh siapapun;
“Dan Barangsiapa yang
berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya
sendiri.Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam.dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar
akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri
mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”[Al Ankabut
29;6-7]
Allah
Ash Shamad, tempat bergantung makhluk-Nya, yang menandakan kejernihan iman dan
kebersihan tauhid sehingga harus menjauhkan segala sesuatu yang mengaku-ngaku
sebagai tempat bergantung. Rusaknya iman seseorang karena masih mencari yang
lain untuk turut campur dalam urusan Allah, apa yang kurang dari Allah, semua
disediakan untuk manusia sebagai sarana dan fasilitas untuk meninggikan agama
Allah melalui pengakuan iman dan pengamalan ibadah kepada-Nya.
Bagaimana
kita tidak bergantung kepada Allah, apa jadinya bila besok pagi kita tidak mampu
lagi membuka mata kita karena sakit atau kematian yang menjemput, kemana kita
akan bergantung bila esok hari, fajar tidak lagi muncul sehingga siang akan
dialami selama-lamanya, bagaimana kita tidak bergantung kepada Allah sedangkan
hidup dan mati kita berada dalam tangan-Nya, ujud ketergantungan kepada Allah
patut kita syukuri sehingga akan diberikan yang lebih baik lagi dari yang sudah
ini, terpaksa atau suka rela kita memang menggantungkan diri kepada-Nya, Dialah
Yang Maha Kuasa, Dialah Yang Mengatur alam ini sekehendak-Nya sehingga
ketidakberdayaan manusia menjadi bukti kelemahan makhluk-Nya.
“Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus
menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan
malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan?" dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan
siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari
sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur
kepada-Nya.”[Al Qashash 28;72-73]
Diciptakan manusia di dunia ini oleh Allah dibawah
lindungan dan pengawasannya,sejak manusia dipertemukan di alam rahim antara
sperma dan sel telur, ditiupkannya ruh pada bulan keempat sampai kepada rezeki,
usia, jodoh, qada dan qadarnya telah ditentukan Allah, sekali-kali Dia tidak
akan menyia-nyiakan hamba-Nya, dalam kondisi apapun dijamin akan diperoleh
pertolongan-Nya sebagai mana firman Allah dalam surat Al Baqarah 2;257
“Allah
pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya
ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan
(kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
Kemurnian tauhid seorang mukmin nampak ketika
ucapan syahadat mengejawantah pada sebuah pengakuan yaitu “Laa Waliy Illallah”
artinya, tidak ada Penolong kecuali Allah. Bila hal ini tidak terukir dalam
kehidupan sehari-hari berarti diragukan kemurnian tauhid seseorang, bahkan
dapat melencengkan syahadatnya yang otomatis keluar dari bingkai mukmin.
Segala permohonan dan permintaan yang hakiki hanya
ditujukan kepada Allah karena Dialah yang punya hak untuk memberikan pertolongan kepada hamba-Nya;
“Hadits
Zaid bin Khalid mengatakan,”Kami shalat subuh di Hudaibiyyah bersama
Rasulullah, ada bekas hujan pada malam harinya. Setelah selesai shalat
Rasulullah menghadap orang banyak seraya berkata,”Tahukah kamu apa yang
difirmankan oleh Tuhanmu?” mereka menjawab,”Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui” Nabi bersabda,”Pagi ini hamba-Ku ada yang beriman dan ada yang
kafir. Barangsiapa mengatakan kami diberi hujan dengan rahmat dan fadhilah
Allah, berarti dia beriman kepada-Ku dan tidak percaya kepada bintang, dan
barangsiapa yang mengatakan kami dihujani oleh letak bulan ini dan tempat bulan
itu maka berarti dia tak percaya
kepada-Ku, tetapi beriman kepada bintang” [HR.Bukhari dan Muslim]
“Dari
Abu Malik Al Asy Ari mengatakan bahwa Rasulullah bersabda.”Empat perkara
jahiliyah ada pada ummatku yang tidak akan mereka tinggalkan; sombong dengan
kedudukan, mencela keturunan, minta hujan kepada bintang dan meratapi orang
mati”[HR.Muslim]
Watak
jahiliyyah itu diantaranya menggantungkan harapan kepada makhluk lain seperti
jin dan manusia, dan menyandarkan keberhasilannya yang merupakan karunia Allah
kepada yang lain, menghilangkan sedikit saja peran Allah atas usaha yang
dilakukan maka usaha itu terputus, artinya terputus dari rahmat Allah, itulah
maka Rasul mengajarkan kepada kita ketika akan bekerja dan melakukan aktivitas
apa saja dengan mengucapkan “basmalah” dan mengakhirinya dengan menyebut
“hamdalah”, agar sandaran dan ketergantungan kepada Allah tidak putus
selama-lamanya.
Ya
Ilahi, Allah Ash Shamad, Engkaulah Tuhan kami, tempat kami bergantung, tempat
kami menggantungkan segala harapan dalam hidup kami ini, kami adalah hamba-Mu yang tidak punya daya dan upaya
tanpa bantuan dari-Mu, jauhkanlah kami dari ketergantungan kepada makhluk lain
yang sebenarnya bukanlah kapasitasnya, janganlah Engaku biarkan kami dalam
kesesatan ini, berilah pelajaran kepada kami agar tidak melepaskan
ketergantungan ini, betapa banyak ya Allah, orang yang lari dari permasalahan
hidupnya dengan mencari tempatlain sebagai tempat bergantung.[Cubadak Solok, 01 Jumadil Awal
1432.H/ 05 April 2011.M Jam; 10;48]
Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3.Hadits Arbain,Imam An Nawawi
4.Pak
Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah,29
Jun 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar