Jumat, 19 Juni 2015

28. Ash Shamad, Tempat Bergantung




ASH SHAMAD
[Tempat Bergantung]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

            Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak berbilang dan jangan diperbilangkan, karena mustahil bila Tuhan itu lebih dari satu, tentu terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan sifat ketuhanan itu. Keberadaan Allah inilah yang digugat oleh orang kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad, sebab mereka selama ini mempunyai tuhan lebih dari satu, sehingga ada Latta, Uzza dan Hubal yang mereka lambangkan dengan patung, sehingga datanglah protes kepada Nabi, banyak saja tuhan tidak bisa menyelesaikan kehidupan manusia apalagi kalau Tuhan itu hanya satu tentu tidak mampu berbuat banyak.

            Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, karena sesuatu itu tidak ada artinya tanpa bantuan dari Allah, sejak dari kehidupan, rezeki dan masa depan manusia, semuanya tergantung kepada Allah, manusia sebagai makhluk hanya mengikuti scenario hidup yang dirancang-Nya, inilah keyakinan tauhid bagi seorang muslim.

Jika tauhid difahami secara benar, maka manusia akan terbebas dari penyembahan selain Allah SWT: manusia akan bebas terhadap rasa takut dari kematian, kekhuatiran atas rezeki, manusia akan terbebas dari sikap bakhil dan ketakutan terhadap hari-hari yang akan datang.

Muhammad bin Abdillah datang untuk menyerukan bahawa hanya Allah SWT yang patut disembah dan bahawa semua manusia adalah hamba- hamba-Nya. Dengan membebaskan manusia dari menyembah sesama mereka, maka kebebasan yang hakiki telah dimulai. Rasulullah saw memberitahu bahawa kematian adalah perpindahan dari satu rumah ke rumah yang lain. Ia bukan akhiran yang misteri dari kehidupan yang tidak dapat difahami, tetapi ia hanya sekadar perpindahan. Takut kepada kematian tidak akan menyelamatkan dari kematian itu sendiri, dan cinta kepada kehidupan tidak akan memanjangkan ajal. Pada setiap ajal ada ketentuannya.Maka keberanian merupakan unsur dari unsur-unsur pembentukan keperibadian Islam dan bahagian dari bahagian-bahagian sel yang ada dalam tubuh seorang Muslim.

Rasulullah saw juga menyatakan bahawa rezeki di dunia sudah dijamin dan ditentukan oleh Allah SWT:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah- lah yang memberi rezekinya. " (QS. Hud 11: 6)

Jibril mewahyukan kepada Rasul saw bahawa suatu jiwa tidak akan memenuhi ajalnya sehingga rezekinya disempurnakan. Jika demikian halnya, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk khawatir terhadap rasa lapar dan gelisah terhadap hari esok.Semua ini terjadi dalam ruang lingkup mengambil atau melalui jalan-jalan menuju sebab.Yakni berusaha untuk mencapai rezeki yang merupakan kewajipan bagi orang Muslim dan percaya terhadap kedermawan Allah SWT yang juga merupakan suatu kewajipan bagi orang Muslim untuk mempercayainya. Allah SWT berfirman:
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. " (QS. adz-Dzariat 51: 22)

Allah SWT telah menjamin rezeki di dunia dan memerintahkan manusia untuk berusaha mencapai rezeki di akhirat.Rezeki di dunia adalah sesuatu yang sudah dijamin, sehingga manusia tidak perlu melakukan usaha yang terlalu sengit untuk mencapainya.Cukup baginya untuk berusaha secara benar dan seimbang.[Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah,29 Jun 2007].

            Allah tempat bergantung, Dialah Ash Shamad, semuanya menyandarkan kebutuhan dan kepentingan kepada-Nya, rezeki yang disediakan tinggal dicari dan digali saja lagi, pengetahuan yang dibentangkan seluas lautan tinggal di kaji, kesehatan yang disediakan harus dijaga untuk kepentingan kehidupan yang lebih baik, ketergantungan kepada Allah tidak boleh dibebankan kepada yang lain;
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." [Al Ikhlas 112;1-4]


            Ketika terjadi musibah, kadangkala membuat kita tidak tahu arah yang harus dilalui, ucapan keluar terkesan jauh dari Allah, seolah-olah selama ini kita tidak menjadikan Allah sebagai tempat bergantung, padahal semuanya yang ada pada kita tidak berdaya kita pertahankan tanpa adanya Allah, dengarlah ucapan dikala musibah datang, kematian seorang suami yang menjadi tumpuan harapan dari keluarganya, atau kematian seorang tokoh penting dalam masyarakat yang membimbing dan mengarahkan mereka selama ini, tanpa disangka meluncur kalimat “Sudah putus tali tempat bergantung, sudah rubuh dinding tempat bersandar”, tidaklah harus demikian, karena suami atau tokoh penting yang meninggal bukanlah segala-galanya bagi kita, jadikanlah Allah segala-galanya dalam hidup ini, karena suami dan tokoh tadi merekapun tidak berdaya tanpa adanya gantungan dari Allah.

            Ketergantungan kepada Allah akan memberikan kemudahan kepada manusia sehingga terjaga dan berada dalam pengawasan-Nya dimanapun berada, dilindungi, diberi pertolongan dan diselamatkan dari kejahatan siapapun.
            Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : Suatu saat saya berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda : Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : Haditsnya hasan shahih). Dalam sebuah riwayat selain Turmuzi dikatakan : Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya didepanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang  ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).[Hadits Arbain,Imam An Nawawi]
            Allah adalah tempat bergantung bagi makhluk-Nya karena diri manusia bahkan dunia ini dalam genggaman-Nya, apa yang dilakukan oleh manusia akan dibalas sesuai dengan kualitasnya, dan Allah tidak membutuhkan tempat bergantung dari yang lain, Dia mampu berbuat sekehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh siapapun;
“Dan Barangsiapa yang berjihad, Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri.Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”[Al Ankabut 29;6-7]

                Allah Ash Shamad, tempat bergantung makhluk-Nya, yang menandakan kejernihan iman dan kebersihan tauhid sehingga harus menjauhkan segala sesuatu yang mengaku-ngaku sebagai tempat bergantung. Rusaknya iman seseorang karena masih mencari yang lain untuk turut campur dalam urusan Allah, apa yang kurang dari Allah, semua disediakan untuk manusia sebagai sarana dan fasilitas untuk meninggikan agama Allah melalui pengakuan iman dan pengamalan ibadah kepada-Nya.

            Bagaimana kita tidak bergantung kepada Allah, apa jadinya bila besok pagi kita tidak mampu lagi membuka mata kita karena sakit atau kematian yang menjemput, kemana kita akan bergantung bila esok hari, fajar tidak lagi muncul sehingga siang akan dialami selama-lamanya, bagaimana kita tidak bergantung kepada Allah sedangkan hidup dan mati kita berada dalam tangan-Nya, ujud ketergantungan kepada Allah patut kita syukuri sehingga akan diberikan yang lebih baik lagi dari yang sudah ini, terpaksa atau suka rela kita memang menggantungkan diri kepada-Nya, Dialah Yang Maha Kuasa, Dialah Yang Mengatur alam ini sekehendak-Nya sehingga ketidakberdayaan manusia menjadi bukti kelemahan makhluk-Nya.
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?" dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”[Al Qashash 28;72-73]

Diciptakan manusia di dunia ini oleh Allah dibawah lindungan dan pengawasannya,sejak manusia dipertemukan di alam rahim antara sperma dan sel telur, ditiupkannya ruh pada bulan keempat sampai kepada rezeki, usia, jodoh, qada dan qadarnya telah ditentukan Allah, sekali-kali Dia tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya, dalam kondisi apapun dijamin akan diperoleh pertolongan-Nya sebagai mana firman Allah dalam surat Al Baqarah 2;257
“Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Kemurnian tauhid seorang mukmin nampak ketika ucapan syahadat mengejawantah pada sebuah pengakuan yaitu “Laa Waliy Illallah” artinya, tidak ada Penolong kecuali Allah. Bila hal ini tidak terukir dalam kehidupan sehari-hari berarti diragukan kemurnian tauhid seseorang, bahkan dapat melencengkan syahadatnya yang otomatis keluar dari bingkai mukmin.

Segala permohonan dan permintaan yang hakiki hanya ditujukan kepada Allah karena Dialah yang punya hak untuk memberikan  pertolongan kepada hamba-Nya;
“Hadits Zaid bin Khalid mengatakan,”Kami shalat subuh di Hudaibiyyah bersama Rasulullah, ada bekas hujan pada malam harinya. Setelah selesai shalat Rasulullah menghadap orang banyak seraya berkata,”Tahukah kamu apa yang difirmankan oleh Tuhanmu?” mereka menjawab,”Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui” Nabi bersabda,”Pagi ini hamba-Ku ada yang beriman dan ada yang kafir. Barangsiapa mengatakan kami diberi hujan dengan rahmat dan fadhilah Allah, berarti dia beriman kepada-Ku dan tidak percaya kepada bintang, dan barangsiapa yang mengatakan kami dihujani oleh letak bulan ini dan tempat bulan itu maka berarti dia tak  percaya kepada-Ku, tetapi beriman kepada bintang” [HR.Bukhari dan Muslim] 

“Dari Abu Malik Al Asy Ari mengatakan bahwa Rasulullah bersabda.”Empat perkara jahiliyah ada pada ummatku yang tidak akan mereka tinggalkan; sombong dengan kedudukan, mencela keturunan, minta hujan kepada bintang dan meratapi orang mati”[HR.Muslim]

Watak jahiliyyah itu diantaranya menggantungkan harapan kepada makhluk lain seperti jin dan manusia, dan menyandarkan keberhasilannya yang merupakan karunia Allah kepada yang lain, menghilangkan sedikit saja peran Allah atas usaha yang dilakukan maka usaha itu terputus, artinya terputus dari rahmat Allah, itulah maka Rasul mengajarkan kepada kita ketika akan bekerja dan melakukan aktivitas apa saja dengan mengucapkan “basmalah” dan mengakhirinya dengan menyebut “hamdalah”, agar sandaran dan ketergantungan kepada Allah tidak putus selama-lamanya.

                Ya Ilahi, Allah Ash Shamad, Engkaulah Tuhan kami, tempat kami bergantung, tempat kami menggantungkan segala harapan dalam hidup kami ini, kami adalah  hamba-Mu yang tidak punya daya dan upaya tanpa bantuan dari-Mu, jauhkanlah kami dari ketergantungan kepada makhluk lain yang sebenarnya bukanlah kapasitasnya, janganlah Engaku biarkan kami dalam kesesatan ini, berilah pelajaran kepada kami agar tidak melepaskan ketergantungan ini, betapa banyak ya Allah, orang yang lari dari permasalahan hidupnya dengan mencari tempatlain sebagai tempat bergantung.[Cubadak Solok, 01 Jumadil Awal 1432.H/ 05 April  2011.M Jam; 10;48]
Referensi;
1. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3.Hadits Arbain,Imam An Nawawi
4.Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah,29 Jun 2007.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar