AL GHAFFAR
[ Yang Mengampuni]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Al Ghaffar, Allah yang Mengampuni dosa
hamba-Nya. Manusia adalah makhluk yang dhaif, tempat salah, dosa dan maksiat,
tanpa ampunan dari-Nya maka sia-sialah hidupnya, salah satu harapan bagi
pembuat dosa dan maksiat adalah mohon ampunan kepada-Nya karena Dia Yang
Mengampuni;
”Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya yang
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Shaad 38;66]
Terdapatberagamcorakdanperhatianmanusiadalamkehidupan.Ada
yang cenderungkepadadunia, ada yang cenderungkepadaakhirat.Ada yang
cenderungkepadasyahwatdanada yang cenderungkepadataat.Ada yang seluruhkesibukannyauntukmengejarreputasikarierdanada
yang
mampumenciptakankeseimbangandalamhidup.Semuanyaterpulangkepadapersepsidancarapandangmasing-masingterhadaphidupdankehidupan.
Bagi orang beriman, kehidupanduniahanyalahsatu episode dariperjalananhidup yang panjang, bukanakhirdarikehidupandansegalanya.Namun, di balikitu, masihterdapatalamkuburdanakhirat. Di sana, manusiaberjumpadenganTuhannya. Karenaitu, iaselaluberkomunikasidengan Allah, melaluiibadahdandoasetiapharidanwaktu agar perjumpaanituterlaksanasecarasuksesdanmenyenangkan.
Adapunbagi orang yang tidakberiman, duniaseolahmenjadititikhentiterakhir.Karenaitu, seluruhhidupnyadipertaruhkandandicurahkanhanyauntukmencarikepuasanataupopularitasdiri.Inilah yang Allah gambarkandalamAlquran, "Orang-orang yang tidakmengharapkanadanyaperjumpaandengan Kami, lalumerasapuasdengankehidupandunia, merasatenteramdengannya, serta orang-orang yang melalaikanayat-ayat Kami, tempatmerekaadalahnerakasesuaidenganapa yang merekalakukan." (QS Yunus {10}: 7).[Republika.co.id.MataGelapkarenaDuniaSelasa, 29 Maret 2011 08:46 WIB, OlehKH Bukhori Yusuf Lc MA]
ketikaimanmasihadawalaupunsebesarzarrah, hatinuraniseorangmuslimmasihmenuntut agar dosanyadiampunioleh Allah dengantaubat yang dilakukan. Apalagihidup di zaman yang serbasanggihini, zaman modern namanyatapipeluanguntukberbuatdosaituterbukalebar.
Manusia modern
dikelilingidengandosa.Hakikatnyamanusia modern samadenganmanusia di
zamanjahiliyah.
Merekamelakukandosadanmaksiatdengansengajadansadar.Merekatidaktakutdenganperbuatanmerekalakukanitu.Berbuatdosasepertimenjadipilihanhidupmereka.
Merekaberbuatdosa,
karenaitumenjadikenikmatanhidupmereka.Berzina, minumminumankeras,
memakanmakanan haram, danperbuatankejilainnya,
semuanyamerekanikmati.Karenakemaksiatansesuaidengannafsumereka.
Sesungguhnyadosadanmaksiatitubertingkat-tingkat,
dankerusakandanhukumannyaberbeda pula.Namun, akardanasal-usuldosaituadaduahal,
pertama, meninggalkanperintah Allah, dankeduamelanggarlarangan Allah.Maka,
hakikatnya orang-orang mukmin yang muttaqin, ialahmereka yang
denganikhlasmelaksanakanperintah-Nyadanmeninggalkanlarangan-Nya.Inilahbentukketundukan,
kepatuhan, danberserahdirisecara total kepada Allah AzzaWaJalla.[Era Muslim, Mashadi, Sumber-SumberDosaManusia?Senin,
20/09/2010 13:59 WIB]
Secaraumumperbuatandosaterbagimenjadidua,
yang pertamaadalahdosabesar.Rasulullah
dalam beberapa haditsnya secara ekspisit menjelaskan sejumlah dosa yang
termasuk dalam kategori dosa besar. Seperti syirik, sihir, memakan harta riba, durhaka kepada orangtua, saksi
palsu dan sebagainya. Dosa
seperti ini, bila sipelaku tidak sempat bertaubat, akan mendatangkan balasan
yang berat dan pedih dari Allah SWT. Artinya, taubat dari dosa besar, masih
mungkin dilakukan selama yang bersangkutan sungguh-sungguh meninggalkan perkara
dosa tersebut.
Disamping dosa besar, ada pula dosa kecil. Umumnya
sedikit orang yang memperhatikan dosa kecil ini sebagai suatu kemaksiatan. Padahal ampunan Allah
terhadap hamba-Nya yang melakukan dosa, selama tidak dilakukan berulang, lebih
besar kemungkinan terkabulnya dibandingkan ampunan terhadap dosa kecil yang
dilakukan kembali secara berulang-ulang.
Dosa kecil akan menjadi
besar apabila;
1.
Mengecilkan dan meremehkan dosa
Dosa yang dilakukan dianggap
kecil akan menjadi besar oleh Allah, sebaliknya bila dosa dianggap besar, maka
ia akan menjadi kecil dalam penilaian Allah, Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya
seorang mukmin itu melihat dosa-dosanya sepertinya ia berada di bawah gunung
besar yang ia takut menimpa dirinya. Sementara orang yang banyak dosa itu
adalah orang yang melihat dosanya seperti lalat yang ada di hidungnya. Kemudian
ia katakan begini [meremehkan].
Anas
bin Malik Ra, diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan hadist,”Sesungguhnya kalian
akan melakukan suatu amal yang dalam pandangan kalian amalan tersebut lebih
kecil dari rambut, sementara kami menganggapnya dizaman Rasulullah sebagai dosa
besar”.
Bilal
bin Rabah mengatakan,”Jangan memandang kecilnya suatu kemaksiatan, tetapi
lihatlah pada kebesaran Zat yang engkau lakukan maksiat terhadap-Nya”.
Rasulullahpun
telah berpesan,”Hati-hatilah terhadap dosa kecil, siapa tahu begitu kamu
mengerjakan dosa kecil Allah mencatatmu sebagai penduduk neraka selama-lamanya
dan hati-hatilah terhadap amal yang kecil, siapa tahu ketika kalian mengerjakan
amal yang kecil itu dicatat Allah sebagai penghuni syurga selama-lamanya”.
2.
Membanggakan Dosa Kecil
Sebab lain yang menjadikan
dosa kecil menjadi besar, adalah perasaan bahagia dan senang dengan dosa kecil,
bahkan membanggakannya. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Rasulullah
telah bersabda,”Semua ummatku akan diampuni kecuali Mujahirun”, sahabat
bertanya,”Apakah yang dimaksud dengan muhajirun itu ya Rasulullah?”. Rasul
menjawab,”Yakni orang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, dan Allah
telah menutupi kesalahannya, namun ketika pagi ia berkata kepada orang,”Tadi
malam saya melakukan ini dan ini, Allah telah menutupi kesalahannya, tapi ia
sendiri yang menyingkapnya” [HR. Bukhari dan Muslim].
3.
Dilakukan terus menerus
Dosa kecil yang dilakukan secara berulang-ulang
akan menjadi besar. Imam Al Gazali memberi pemisalan dalam hal ini seperti
tetesan air yang jatuh ke atas sebuah batu secara berulang-ulang. Tetesan
tersebut lama –kelamaan pasti akan memberi bekas kepada batu itu. Sementara
bila tetesan air itu dikumpulkan, kemudian sekaligus ditumpahkan ke atas batu,
niscaya tumpahan tidak memberi bekas
apa-apa.
4.
Dilakukan oleh orang alim
dosa kecil juga dapat menjadi besar bila dilakukan
oleh seorang berilmu atau tokoh yang menjadi panutan bagi orang lain,
Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang
memulai perbuatan baik dalam islam, maka ia memperoleh pahala perbuatan itu,
sekaligus pahala orang yang melakukannya. Dan orang yang memulai perbuatan
buruk, maka ia akan memikul dosa
perbuatan itu dan dosa orang yang melakukannya” [HR.Muslim].
Allah akan mengampuni dosa hamba-Nya, salah
satunya dari inisiatif sang hamba untuk bertaubat atas dosa-dosa yang
dilakukan. Kata taubat berasal dari kata ”Tawaba” berarti kembali. Seseorang dikatakan kembali atau taubat
apabila ia menjauhi semua perbuatan dosa. Maka arti taubat ialah kembali kepada
Allah SWT dengan melepaskan seluruh ketekaitan hati dan dosa, kemudian kembali
mengerjakan kewajibannya kepada Allah SWT.
Menurut syariat, taubat artinya meninggalkan seluruh
perbuatan dosa dan menyesali semua kemaksiatan yang telah dikerjakannya karena
Allah SWT, kemudian berusaha untuk tidak mengulanginya kapan dan dimana saja
walaupun dia mampu dan tahu akan kemungkinan untuk mengulanginya.
”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung” [An Nur 24;31]
Bilahiduptetapbergelimangdosatanpamelakukanpenyadarandiridantidakbertaubatkepada
Allah makamerugilah orang tersebut, masalaluadalahpelajaran yang
perludiambilhikmahnyadengantidakmengulanginyalagi,
sedangkansetelahtaubatkitamenatapmasadepan, selainoptimis Allah
akanmengampunidosajugamasadepan yang
cerahakanmenentukanhari-haribesoknyabersamaiman yang teguhdanamaliyah yang
banyak;
”Katakanlah: ’Haihamba-hamba-Ku yang
melampauibatasterhadapdirimerekasendiri, janganlahkamuberputusasadarirahmat
Allah.Sesungguhnya Allah mengampunidosa-dosasemuanya.SesungguhnyaDia-lah Yang
MahaPengampunlagiMahaPenyayang,” (QS AzZuma 39: 53).
Tidaklah sekali-kali taubat seseorang itu benar
dan diterima oleh Allah SWT kecuali
setelah dia memenuhi syarat-syarat kebenaran taubat, diantara syarat-syarat itu
ialah;
Semua itu dikerjakan bukan karena ingin mengikuti
seseorang dan tidak ada unsur kesengajaan untuk menolak bala’ dunia.
Sesungguhnya Allah tidak akan menerima perbuatan seseorang, kecuali yang
dikerjakan dengan ikhlas karena-Nya semata, yaitu perbuatan baik dan benar
sesuai dengan sunnah Rasul. Umar bin Khattab selalu berdo’a, ”Ya Allah
jadikanlah seluruh perbuatan kami amal shaleh dan jadikanlah perubatan itu semata-mata
untuk mencari keridhaan-Mu dan bukan mencari keridhaan orang lain”.
Seharusnya orang-orang yang bertaubat berusaha
menghilangkan akar-akar kemaksiatan dari hatinya, agar kembali jernih dan suci,
sehingga menjadi sumber semua perbuatan baik dengan niat semoga diterima Allah,
sebagai hamba dia meninggalkan apa-apa yang diharamkan-Nya dan mengerjakan yang
diwajibkannya, disamping itu menunaikan hak-hak kemanusiaan dan rela
melepaskannya serta mengembalikan kepada yang berhak. Bertekad untuk tidak mengulangi
perbuatan maksiat, kemudian bertaubat dari dosa-dosanya dan berjanji untuk
tidak mengulanginya dihari yang akan datang.
Yaitu penyesalan atas semua kejahatan yang telah
dikerjakan dimasa lampau, dan berusaha meninggalkannya, kemudian berjanji untuk
tidak mengulanginya dihari yang akan datang. Tidaklah taubat seseorang
dikatakan benar sehingga dia merasa sedih dan menyesali semua kejahatan yang
telah dikerjakannya, yaitu penyesalan yang disertai dengan perasaan sedih di
hadapan Allah SWT.
Yang dimaksud ”Pengulangan” disini ialah keterkaitannya hati dengan nafsu
berbuat dosa dan selalu menyeleweng serta berkeinginan untuk mengulangi terus
perbuatan dosa adalah taubatnya orang-orang pendusta yang lari dari dosa untuk
sementara waktu, dan menghabiskan waktunya untuk mengulangi dosa, karena
kemanisannya telah melekat di hati, sehingga berusaha untuk melakukannya dengan
jalan apa saja, dan Allah tidak akan mengampuni.
Harus dikerjakan pada waktunya, yaitu sebelum ajal
tiba dan terbit matahari dari barat,”Dari Shafwan bin ’Asal berkata, bahwa
Rasulullah telah bersabda,”Sesungguhnya sebelum matahari terbit dari barat, ada
sebuah pintu terbuka yang lebarnya 70 tahun, dan pintu itu akan selalu terbuka
untuk bertaubat, sampai matahari terbit dari barat. Apabila sudah terbit dari
barat maka tidaklah berguna jiwa dengan keimanannya yang tidak beriman
sebelumnya atau berbuat kebaikan dengan keimanannya itu” [Sunan Ibnu Majah].
Dari Abdullah bin Umar Ra, dia berkata, Rasulullah
bersabda,”Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima taubat hamba-Nya selama rohnya
belum sampai di tenggorokan”.[Shaleh bin Ghanim As Sadlani, Dr.
bagaimana Seharusnya Bertaubat, 1992]
Ya Rabbi, dengansegaladosadannodahina,
hambamendekatkepada-Mu.Denganberlari, denganberjalan kaki, kami menyeretbergunung-gunungdosadanberdeburan,
di belakang kami kesalahanlaksanaombak yang takpernahsurutmendatangipantai.Kami
adalahhamba yang melampauibatasdantaktahudiri.Kami makhluk yang
taktahuberterimakasihdengansegalakemaksiatan yang terusmenerus kami lakukan.Ya
Rabbi, hanyakepada-Mu kami mengadukandiri.
Allahumaya Allah,
dengansegalarupakesalahanhamba,
janganlahEngkaucabutrahmatdanKautimpakanazab.HanyaEngkau yang
mampumembersihkandiri kami, darisegaladosa yang melekaterat.HanyaEngkau yang
mampu, wahaial Ghaffar.
Sungguhya Allah, kami
pernahmendengarRasul-Mu bersabda, menjabarkanfirman-Mu yang mulia.”Wahaiparahamba-Ku,
setiap kalian adalahtelanjangkecuali orang yang telahAkuberipakaian;
makamintalahpakaiankepada-Ku, niscayaAkuberi kalian pakaian.”Makaya Allah, dengansegalarahmat-Mu,
kami memintaperlindungan, busanadarisegalaaibatasdosa-dosa.
Sungguhya
Allah, kami pernahmendengarRasul-Mu bersabda, menjabarkanfirman-Mu yang mulia.”Wahaiparahamba-Ku,
setiap kalian ituadalahlaparkecuali orang yang telahAkuberimakan;
makamintalahmakankepada-Ku, niscayaAkuberi kalian makan.”Makaya Allah,
ampuni kami yang terusmenerusmemintadanjugaterusmenerusbermaksiatkepada-Mu.
Sungguhya Allah, kami
pernahmendengarRasul-Mu bersabda, menjabarkanfirman-Mu yang mulia.”Wahaiparahamba-Ku,
setiap kalian adalahsesatkecuali orang yang telahAkuberipetunjuk;
makamintalahpetunjukkepada-Ku, niscayaAkuberi kalian petunjuk.”Makaya
Allah, YaGhaffar, yang MahaPengampun, tunjukkanlahkepada kami jalan yang
lurus, hidup yang tulus.Karenahanyadari-Mu segalabermuladandari-Mu
segalaberakhir.
YaGhaffar, wahai yang
MahaPengampun, ampuni kami yang taklagisanggupberkata-kata
karenaterlalubesarnyadosa-dosa.[Cyber Sabili, HerrynurdiAsma al Husna al
Ghaffar ,Rabu, 28 Juli 2010 10:12].
Ya
Allah, tanpaampunandari-Mu, sungguhtermasuk orang-orang yang zhalimlah kami
ini, tapidenganbesarnyarahmat-Mu,
hambaberupayauntukbertaubatdengansegalakemampuandanilmu yang
hambamilikiyaitutaubatnashuha, hambamengharapkansesuaidengannamabesar-Mu Al
Ghaffar, tidakada yang akanmengampunidosahambakecualiEngkau, Wallahu a’lam [CubadakSolok,
17 JumadilAwal 1432.H/ 21 April 2011.M, Jam 12;55].
Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN
RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag
RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros,
2009
4.Era Muslim, Mashadi, Sumber-SumberDosaManusia?2010
5.CyberSabili,
HerrynurdiAsma al Husna al Ghaffar , 2010
6.Shaleh bin Ghanim As Sadlani, Dr. bagaimana
Seharusnya Bertaubat, 1992
Tidak ada komentar:
Posting Komentar