Minggu, 14 Juni 2015

68. Al Ghaffar, Yang Mengampuni









AL GHAFFAR
[ Yang Mengampuni]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


                Al Ghaffar, Allah yang Mengampuni dosa hamba-Nya. Manusia adalah makhluk yang dhaif, tempat salah, dosa dan maksiat, tanpa ampunan dari-Nya maka sia-sialah hidupnya, salah satu harapan bagi pembuat dosa dan maksiat adalah mohon ampunan kepada-Nya karena Dia Yang Mengampuni;
”Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Shaad 38;66]

                Terdapatberagamcorakdanperhatianmanusiadalamkehidupan.Ada yang cenderungkepadadunia, ada yang cenderungkepadaakhirat.Ada yang cenderungkepadasyahwatdanada yang cenderungkepadataat.Ada yang seluruhkesibukannyauntukmengejarreputasikarierdanada yang mampumenciptakankeseimbangandalamhidup.Semuanyaterpulangkepadapersepsidancarapandangmasing-masingterhadaphidupdankehidupan.

Bagi orang beriman, kehidupanduniahanyalahsatu episode dariperjalananhidup yang panjang, bukanakhirdarikehidupandansegalanya.Namun, di balikitu, masihterdapatalamkuburdanakhirat. Di sana, manusiaberjumpadenganTuhannya. Karenaitu, iaselaluberkomunikasidengan Allah, melaluiibadahdandoasetiapharidanwaktu agar perjumpaanituterlaksanasecarasuksesdanmenyenangkan.

Adapunbagi orang yang tidakberiman, duniaseolahmenjadititikhentiterakhir.Karenaitu, seluruhhidupnyadipertaruhkandandicurahkanhanyauntukmencarikepuasanataupopularitasdiri.Inilah yang Allah gambarkandalamAlquran, "Orang-orang yang tidakmengharapkanadanyaperjumpaandengan Kami, lalumerasapuasdengankehidupandunia, merasatenteramdengannya, serta orang-orang yang melalaikanayat-ayat Kami, tempatmerekaadalahnerakasesuaidenganapa yang merekalakukan." (QS Yunus {10}: 7).[Republika.co.id.MataGelapkarenaDuniaSelasa, 29 Maret 2011 08:46 WIB, OlehKH Bukhori Yusuf Lc MA]

            ketikaimanmasihadawalaupunsebesarzarrah, hatinuraniseorangmuslimmasihmenuntut agar dosanyadiampunioleh Allah dengantaubat yang dilakukan. Apalagihidup di zaman yang serbasanggihini, zaman modern namanyatapipeluanguntukberbuatdosaituterbukalebar.
Manusia modern dikelilingidengandosa.Hakikatnyamanusia modern samadenganmanusia di zamanjahiliyah. Merekamelakukandosadanmaksiatdengansengajadansadar.Merekatidaktakutdenganperbuatanmerekalakukanitu.Berbuatdosasepertimenjadipilihanhidupmereka.
Merekaberbuatdosa, karenaitumenjadikenikmatanhidupmereka.Berzina, minumminumankeras, memakanmakanan haram, danperbuatankejilainnya, semuanyamerekanikmati.Karenakemaksiatansesuaidengannafsumereka.
Sesungguhnyadosadanmaksiatitubertingkat-tingkat, dankerusakandanhukumannyaberbeda pula.Namun, akardanasal-usuldosaituadaduahal, pertama, meninggalkanperintah Allah, dankeduamelanggarlarangan Allah.Maka, hakikatnya orang-orang mukmin yang muttaqin, ialahmereka yang denganikhlasmelaksanakanperintah-Nyadanmeninggalkanlarangan-Nya.Inilahbentukketundukan, kepatuhan, danberserahdirisecara total kepada Allah AzzaWaJalla.[Era Muslim, Mashadi, Sumber-SumberDosaManusia?Senin, 20/09/2010 13:59 WIB]
Secaraumumperbuatandosaterbagimenjadidua, yang pertamaadalahdosabesar.Rasulullah dalam beberapa haditsnya secara ekspisit menjelaskan sejumlah dosa yang termasuk dalam kategori dosa besar. Seperti syirik, sihir, memakan harta riba, durhaka kepada orangtua, saksi palsu dan sebagainya. Dosa seperti ini, bila sipelaku tidak sempat bertaubat, akan mendatangkan balasan yang berat dan pedih dari Allah SWT. Artinya, taubat dari dosa besar, masih mungkin dilakukan selama yang bersangkutan sungguh-sungguh meninggalkan perkara dosa tersebut.

Disamping dosa besar, ada pula dosa kecil. Umumnya sedikit orang yang memperhatikan dosa kecil ini sebagai  suatu kemaksiatan. Padahal ampunan Allah terhadap hamba-Nya yang melakukan dosa, selama tidak dilakukan berulang, lebih besar kemungkinan terkabulnya dibandingkan ampunan terhadap dosa kecil yang dilakukan kembali secara berulang-ulang.
Dosa kecil akan menjadi besar apabila;

1.      Mengecilkan dan meremehkan dosa
Dosa yang dilakukan dianggap kecil akan menjadi besar oleh Allah, sebaliknya bila dosa dianggap besar, maka ia akan menjadi kecil dalam penilaian Allah, Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya seorang mukmin itu melihat dosa-dosanya sepertinya ia berada di bawah gunung besar yang ia takut menimpa dirinya. Sementara orang yang banyak dosa itu adalah orang yang melihat dosanya seperti lalat yang ada di hidungnya. Kemudian ia katakan begini [meremehkan].

      Anas bin Malik Ra, diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan hadist,”Sesungguhnya kalian akan melakukan suatu amal yang dalam pandangan kalian amalan tersebut lebih kecil dari rambut, sementara kami menganggapnya dizaman Rasulullah sebagai dosa besar”.
      Bilal bin Rabah mengatakan,”Jangan memandang kecilnya suatu kemaksiatan, tetapi lihatlah pada kebesaran Zat yang engkau lakukan maksiat terhadap-Nya”.

      Rasulullahpun telah berpesan,”Hati-hatilah terhadap dosa kecil, siapa tahu begitu kamu mengerjakan dosa kecil Allah mencatatmu sebagai penduduk neraka selama-lamanya dan hati-hatilah terhadap amal yang kecil, siapa tahu ketika kalian mengerjakan amal yang kecil itu dicatat Allah sebagai penghuni syurga selama-lamanya”.

2.      Membanggakan Dosa Kecil
Sebab lain yang menjadikan dosa kecil menjadi besar, adalah perasaan bahagia dan senang dengan dosa kecil, bahkan membanggakannya. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah bahwa Rasulullah telah bersabda,”Semua ummatku akan diampuni kecuali Mujahirun”, sahabat bertanya,”Apakah yang dimaksud dengan muhajirun itu ya Rasulullah?”. Rasul menjawab,”Yakni orang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, dan Allah telah menutupi kesalahannya, namun ketika pagi ia berkata kepada orang,”Tadi malam saya melakukan ini dan ini, Allah telah menutupi kesalahannya, tapi ia sendiri yang menyingkapnya” [HR. Bukhari dan Muslim].

3.      Dilakukan terus menerus
Dosa kecil yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi besar. Imam Al Gazali memberi pemisalan dalam hal ini seperti tetesan air yang jatuh ke atas sebuah batu secara berulang-ulang. Tetesan tersebut lama –kelamaan pasti akan memberi bekas kepada batu itu. Sementara bila tetesan air itu dikumpulkan, kemudian sekaligus ditumpahkan ke atas batu, niscaya tumpahan tidak memberi  bekas apa-apa.

4.      Dilakukan oleh orang alim
dosa kecil juga dapat menjadi besar bila dilakukan oleh seorang berilmu atau tokoh yang menjadi panutan bagi orang lain, Rasulullah bersabda,”Barangsiapa yang memulai perbuatan baik dalam islam, maka ia memperoleh pahala perbuatan itu, sekaligus pahala orang yang melakukannya. Dan orang yang memulai perbuatan buruk, maka ia akan memikul  dosa perbuatan itu dan dosa orang yang melakukannya” [HR.Muslim].

Allah akan mengampuni dosa hamba-Nya, salah satunya dari inisiatif sang hamba untuk bertaubat atas dosa-dosa yang dilakukan. Kata taubat berasal dari kata ”Tawaba” berarti kembali. Seseorang dikatakan kembali atau taubat apabila ia menjauhi semua perbuatan dosa. Maka arti taubat ialah kembali kepada Allah SWT dengan melepaskan seluruh ketekaitan hati dan dosa, kemudian kembali mengerjakan kewajibannya kepada Allah SWT.

Menurut syariat, taubat artinya meninggalkan seluruh perbuatan dosa dan menyesali semua kemaksiatan yang telah dikerjakannya karena Allah SWT, kemudian berusaha untuk tidak mengulanginya kapan dan dimana saja walaupun dia mampu dan tahu akan kemungkinan untuk mengulanginya.
”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” [An Nur 24;31]

            Bilahiduptetapbergelimangdosatanpamelakukanpenyadarandiridantidakbertaubatkepada Allah makamerugilah orang tersebut, masalaluadalahpelajaran yang perludiambilhikmahnyadengantidakmengulanginyalagi, sedangkansetelahtaubatkitamenatapmasadepan, selainoptimis Allah akanmengampunidosajugamasadepan yang cerahakanmenentukanhari-haribesoknyabersamaiman yang teguhdanamaliyah yang banyak;
”Katakanlah: ’Haihamba-hamba-Ku yang melampauibatasterhadapdirimerekasendiri, janganlahkamuberputusasadarirahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampunidosa-dosasemuanya.SesungguhnyaDia-lah Yang MahaPengampunlagiMahaPenyayang,” (QS AzZuma 39: 53).
Tidaklah sekali-kali taubat seseorang itu benar dan diterima oleh Allah SWT  kecuali setelah dia memenuhi syarat-syarat kebenaran taubat, diantara syarat-syarat itu ialah;

Semua itu dikerjakan bukan karena ingin mengikuti seseorang dan tidak ada unsur kesengajaan untuk menolak bala’ dunia. Sesungguhnya Allah tidak akan menerima perbuatan seseorang, kecuali yang dikerjakan dengan ikhlas karena-Nya semata, yaitu perbuatan baik dan benar sesuai dengan sunnah Rasul. Umar bin Khattab selalu berdo’a, ”Ya Allah jadikanlah seluruh perbuatan kami amal shaleh dan jadikanlah perubatan itu semata-mata untuk mencari keridhaan-Mu dan bukan mencari keridhaan orang lain”.

Seharusnya orang-orang yang bertaubat berusaha menghilangkan akar-akar kemaksiatan dari hatinya, agar kembali jernih dan suci, sehingga menjadi sumber semua perbuatan baik dengan niat semoga diterima Allah, sebagai hamba dia meninggalkan apa-apa yang diharamkan-Nya dan mengerjakan yang diwajibkannya, disamping itu menunaikan hak-hak kemanusiaan dan rela melepaskannya serta mengembalikan kepada yang berhak. Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat, kemudian bertaubat dari dosa-dosanya dan berjanji untuk tidak mengulanginya dihari yang akan datang.

Yaitu penyesalan atas semua kejahatan yang telah dikerjakan dimasa lampau, dan berusaha meninggalkannya, kemudian berjanji untuk tidak mengulanginya dihari yang akan datang. Tidaklah taubat seseorang dikatakan benar sehingga dia merasa sedih dan menyesali semua kejahatan yang telah dikerjakannya, yaitu penyesalan yang disertai dengan perasaan sedih di hadapan Allah SWT.

Yang dimaksud ”Pengulangan” disini  ialah keterkaitannya hati dengan nafsu berbuat dosa dan selalu menyeleweng serta berkeinginan untuk mengulangi terus perbuatan dosa adalah taubatnya orang-orang pendusta yang lari dari dosa untuk sementara waktu, dan menghabiskan waktunya untuk mengulangi dosa, karena kemanisannya telah melekat di hati, sehingga berusaha untuk melakukannya dengan jalan apa saja, dan Allah tidak akan mengampuni.

Harus dikerjakan pada waktunya, yaitu sebelum ajal tiba dan terbit matahari dari barat,”Dari Shafwan bin ’Asal berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda,”Sesungguhnya sebelum matahari terbit dari barat, ada sebuah pintu terbuka yang lebarnya 70 tahun, dan pintu itu akan selalu terbuka untuk bertaubat, sampai matahari terbit dari barat. Apabila sudah terbit dari barat maka tidaklah berguna jiwa dengan keimanannya yang tidak beriman sebelumnya atau berbuat kebaikan dengan keimanannya itu” [Sunan Ibnu Majah].
Dari Abdullah bin Umar Ra, dia berkata, Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima taubat hamba-Nya selama rohnya belum sampai di tenggorokan”.[Shaleh bin Ghanim As Sadlani, Dr. bagaimana Seharusnya Bertaubat, 1992]
Ya Rabbi, dengansegaladosadannodahina, hambamendekatkepada-Mu.Denganberlari, denganberjalan kaki, kami menyeretbergunung-gunungdosadanberdeburan, di belakang kami kesalahanlaksanaombak yang takpernahsurutmendatangipantai.Kami adalahhamba yang melampauibatasdantaktahudiri.Kami makhluk yang taktahuberterimakasihdengansegalakemaksiatan yang terusmenerus kami lakukan.Ya Rabbi, hanyakepada-Mu kami mengadukandiri.
Allahumaya Allah, dengansegalarupakesalahanhamba, janganlahEngkaucabutrahmatdanKautimpakanazab.HanyaEngkau yang mampumembersihkandiri kami, darisegaladosa yang melekaterat.HanyaEngkau yang mampu, wahaial Ghaffar.
Sungguhya Allah, kami pernahmendengarRasul-Mu bersabda, menjabarkanfirman-Mu yang mulia.”Wahaiparahamba-Ku, setiap kalian adalahtelanjangkecuali orang yang telahAkuberipakaian; makamintalahpakaiankepada-Ku, niscayaAkuberi kalian pakaian.”Makaya Allah, dengansegalarahmat-Mu, kami memintaperlindungan, busanadarisegalaaibatasdosa-dosa.
            Sungguhya Allah, kami pernahmendengarRasul-Mu bersabda, menjabarkanfirman-Mu yang mulia.”Wahaiparahamba-Ku, setiap kalian ituadalahlaparkecuali orang yang telahAkuberimakan; makamintalahmakankepada-Ku, niscayaAkuberi kalian makan.”Makaya Allah, ampuni kami yang terusmenerusmemintadanjugaterusmenerusbermaksiatkepada-Mu.
 Sungguhya Allah, kami pernahmendengarRasul-Mu bersabda, menjabarkanfirman-Mu yang mulia.”Wahaiparahamba-Ku, setiap kalian adalahsesatkecuali orang yang telahAkuberipetunjuk; makamintalahpetunjukkepada-Ku, niscayaAkuberi kalian petunjuk.”Makaya Allah, YaGhaffar, yang MahaPengampun, tunjukkanlahkepada kami jalan yang lurus, hidup yang tulus.Karenahanyadari-Mu segalabermuladandari-Mu segalaberakhir.
YaGhaffar, wahai yang MahaPengampun, ampuni kami yang taklagisanggupberkata-kata karenaterlalubesarnyadosa-dosa.[Cyber Sabili, HerrynurdiAsma al Husna al Ghaffar ,Rabu, 28 Juli 2010 10:12].
Ya Allah, tanpaampunandari-Mu, sungguhtermasuk orang-orang yang zhalimlah kami ini, tapidenganbesarnyarahmat-Mu, hambaberupayauntukbertaubatdengansegalakemampuandanilmu yang hambamilikiyaitutaubatnashuha, hambamengharapkansesuaidengannamabesar-Mu Al Ghaffar, tidakada yang akanmengampunidosahambakecualiEngkau, Wallahu a’lam [CubadakSolok, 17 JumadilAwal 1432.H/ 21 April 2011.M, Jam 12;55].

Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros, 2009
4.Era Muslim, Mashadi, Sumber-SumberDosaManusia?2010
5.CyberSabili, HerrynurdiAsma al Husna al Ghaffar , 2010
6.Shaleh bin Ghanim As Sadlani, Dr. bagaimana Seharusnya Bertaubat, 1992

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar