Rabu, 10 Juni 2015

93. Al Muta'ali, Yang Meninggikan



AL MUTA’ALI
[ Yang Meninggikan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


            Allah mempunyaibanyaknama yang jugamerupakansifat-Nya, mempelajarinyadalamrangkameningkatkankualitasimanseseorang, karenasalahsatuuntukmengenal Allah adalahmelaluinama-namadansifat-sifat-Nya. 

Kita berimanbahwa Allah memilikinama-nama yang Diatelahmenamakandiri-Nyadan yang telahdinamakanolehRasul-Nya.Dan berimanbahwa Allah memilikisifat-sifat yang tinggi yang telahDiasifatidiri-Nyadan yang telahdisifatiolehRasul-Nya. Allah memilikinama-nama yang muliadansifat yang tinggiberdasarkanfirman Allah…

Dalamhalini, kitaharusberimankepadanama-namadansifat-sifat Allah sesuaidenganapa yang dimaukan Allah danRasul-Nyadantidakmenyelewengkannyasedikitpun. Imam Syafi’imeletakkankaidahdasarketikaberbicaratentangnama-namadansifat-sifat Allah sebagaiberikut: “Akuberimankepada Allah danapa-apa yang datangdari Allah dansesuaidenganapa yang dimaukanoleh Allah. AkuberimankepadaRasulullahdanapa-apa yang datangdariRasulullahsesuaidenganapa yang dimaukanolehRasulullah”

Ketikaberbicaratentangsifat-sifatdannama-nama Allah yang menyimpangdari yang dimaukanoleh Allah danRasul-Nya, makakitatelahberbicaratentang Allah tampadasarilmu. Tentu yang demikianitudiharamkandandibencidalam agama. Allah berfirman:

“Katakanlah: ‘Tuhankuhanyamengharamkanperbuatan yang keji, baik yang nampakataupun yang tersembunyi, danperbuatandosa, melanggarhakmanusiatampaalasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengansesuatu yang Allah tidakmenurunkanhujjah (keterangan) untukitudan (mengharamkan) kalian berbicaratentang Allah tampadasarilmu.” (QS. Al A’raf: 33)
 “Dan janganlahkamumengatakanapa yang kamutidakmemilikiilmupadanya, sesungguhnyapendengaran, penglihatan, danhatisemuanyaakandimintapertanggunganjawaban.” (QS. Al Isra: 36)[www.Asy Syariah, Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah an Nawawi,Mengenal Allah Selasa, 27 Mei 2003 - 09:10:04]

Allah ituMahaTinggi, tidakada yang mampumenyamaiketinggian-Nya, Allah Itu Al Muta’ali, Diaberhakuntukmeninggikanhamba-Nyadengansebab-sebabtertentu;
”Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; yang Maha besar lagi Maha Meninggikan.”[Ar Ra’d 13;9]

                Allah meninggikan manusia karena keimanan yang dimilikinya, imanlah yang membedakan manusia satu dengan lainnya, tanpa iman maka tidak ada bedanya manusia itu dengan binatang melata bahkan lebih rendah lagi dari itu, iman yang diiringi dengan amal shalehlah yang bermanfaat bagi seorang mukmin, karena iman bukanlah sebatas mimpi dan angan-angan saja;
“Dan sampaikanlahberitagembirakepadamereka yang berimandanberbuatbaik, bahwabagimerekadisediakansurga-surga yang mengalirsungai-sungai di dalamnya.Setiapmerekadiberirezkibuah-buahandalamsurga-surgaitu, merekamengatakan : "Inilah yang pernahdiberikankepada Kami dahulu." merekadiberibuah-buahan yang serupadanuntukmereka di dalamnyaadaisteri-isteri yang sucidanmerekakekal di dalamnya”[Al Baqarah 2;25]

            Iman yang hanya sekedar terhunjam di hati tanpa terucap dilisan dan tidak teraplikasi melalui amal perbuatan, inilah imannya Fir’aun dan iblis [10;90, 15;39-40]
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"[Yunus 10;90]
 “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".” [Al hijr 15;39-40]

 Iman yang hanya terucap di bibir tanpa terhunjam di hati, tanpa goresan amal, maka inilah imannya orang-orang munafiq [Al Baqarah 2;8].
 “Di antaramanusiaada yang mengatakan: "Kami berimankepada Allah danharikemudian," padahalmerekaituSesungguhnyabukan orang-orang yang beriman”

            Nyatalah bahwa Allah menempatkan posisi seorang mukmin itu tinggi dibandingkanposisi orang-orang yang tidak beriman, kita mengenal seorang budak bernama Bilal bin Rabah, sangat rendah derajatnya dimana manusia ketika itu, tapi dikala dia sudah masuk islam maka menjadi mulia dikalangan orang-orang beriman lainnya, selain dari itu antara orang yang beriman juga berbeda level atau derajat yang dimiliki, Allah menempatkan lebik tinggi dengan kemuliaan di sisi Allah bagi yang menunjukan kualitas imannya hingga kepada level taqwa;
”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”[Al Hujurat 49;13].

Diantara janji Allah yang disebutkan dalam Al Qur'an  yaitu bahwa ummat islam ini adalah ummat yang terbaik dibandingkan ummat-ummat lainnya, ummat terbaik itu memiliki ciri khas, bila ciri khas itu maka prediket ummat terbaik akan hapus dari kehidupannya;

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" [Ali Imran 3;110].

Dari ayat diatas Allah menyatakan bahwa ummat terbaik itu adalah ummat  islam, padahal kenyataannya sejak zaman dahulu seperti ketika kita dizaman Belanda dijajah, dalam penjajahan yang lamanya 350 tahun demikian pula negara-negar islam lainnya dalam jajahan bangsa lain, kinipun ummat islam selalu ditindas seperti di Bosnia, Kashmir, Moro, Pattani dan Palestina. Dengan kenyataan ini apakah janji Allah itu tidak tepat sehingga dimana-mana ummat islam selalu dihina dan dianiaya? Padahal diungkapkan dalam beberapa ayat tentang kepastian janji Allah;
" Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah" [Fathir 35;5]
"Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi" [Al Mursalat 77;7]

Ada kemungkinan Allah belum menepati janji-Nya karena kesalahan ummat islam sendiri, tidak mau menagih janji itu dan tidak mau berbuat yang maksimal untuk menggapai janji itu dengan keimanan yang teguh, dan tidak melakukan amar ma’ruf nahi mungkar secara optimal, namun demikian Rasulullah  mempunyai sebuah prediksi tentang akan munculnya generasi terbaik itu sebagaimana sabda beliau berikut ini;

            "Sebaik-baik generasi adalah pada abadku, kemudian abad yang berikutnya, kemudian yang berikutnya, kemudian setelah itu akan ada satu kaum yang maju menjadi saksi walaupun tidak diminta,  dan berkhianat tidak amanah, kalau bernazar tidak menepati, dan tampak mereka itu gemuk badan dan besar perutnya" [HR. Bukhari dan Muslim].

            Apakah kini kita masih menunggu generasi  terbaik yang digambarkan oleh Rasulullah pada abad ketiga, atau generasi  terbaik itu sudah berlalu sehingga kita berada pada generasi terburuk dengan karakter yang menakutkan. Usaha mukmin untuk memperoleh posisi tinggi seiring dengan sifat Allah yang menghendaki agar mukmin itu tetap pada posisi yang tinggi, karena janji Allah harus sesuai dengan usaha dan keinginan sang mukmin.
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antarakamu yang murtaddariagamanya, Makakelak Allah akanmendatangkansuatukaum yang Allah mencintaimerekadanmerekapunmencintaiNya, yang bersikaplemahLembutterhadap orang yang mukmin, yang bersikapkerasterhadap orang-orang kafir, yang berjihaddijalan Allah, dan yang tidaktakutkepadacelaan orang yang sukamencela. Itulahkarunia Allah, diberikan-Nyakepadasiapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), lagiMahaMengetahui.[Al Maidah 5;54]
                                                                                                                                                Salah satubentukkeimanandanpengabdianmanusiakepada yang disembahnyaadalahcinta, siapasaja yang menyembahsesuatumakadiaujudkandalambentukmencintaisesuatuitu, begitu pula keimanandanpengabdianseorangmuslimkepada Allah harusdisertaicinta yang mendalam. Orang yang tidaklagimencintai Allah makamerekaakandigantidenganmukmin lain yang lebihmencintai Allah danAllahpunmencintainya;
                                                                                                                                       
"Dan diantaramanusiaada orang-orang yang menyembahtandingan-tandinganselain Allah; merekamencintainyasebagaimanamerekamencintai Allah.adapun orang-orang yang berimanamatsangatcintanyakepada Allah. danjikaseandainya orang-orang yang berbuatzalimitumengetahuiketikamerekamelihatsiksa (padaharikiamat), bahwakekuatanitukepunyaan Allah semuanya, danbahwa Allah amatberatsiksaan-Nya (niscayamerekamenyesal).[Al Baqarah 2;165]

            Allah akan meninggikan hamba-Nya dikala terjalin  hubungan yang kuat sehingga menimbulkan saling mencintai, dengan cinta itulah posisi hamba tinggi dan mulia di hadapan Allah, tapi dikala cinta sudah tidak terjalin lagi antara hamba dengan Allah maka akan tampil orang lain akan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran di dunia ini.

            Allah Al Muta’ali, Yang Meninggikan, Engkau tinggikan derajat hamba-Mu dengan iman dan islam, tanpa itu maka tidak berarti hidup ini, tak bedanya hidup hamba dengan binatang melata yang tersebar didunia ini, berilah kami kemampuan dan bimbinglah kami untuk meraih ketinggian derajat di sisi-Mu.

Engkau Yang Meninggikan, Engkau letakkan posisi tinggi itu bukan pada harta dan kekuasaan, bila ketinggian  berdasarkan itu maka sungguh tidak adil karena sediki sekali orang yang mampu meraihnya, Engkau letakkan ketinggian bagi hamba-Mu berdasarkan taqwa, apapun profesi seseorang, apapun suku bangsa yang dia sandang, semua bisa meraihnya yang diawali dengan iman dan kesadaran untuk meningkatkan kualitas iman, Wallahu a’lam [CubadakSolok, 26 JumadilAwal 1432.H/ 30 April 2011.M, Jam 11;00].

Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros, 2009
4.Abu Usamah bin Rawiyah an Nawawi www.Asy Syariah, 2003 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar