AL WAAJID
[ Yang Menemukan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Ketika manusia masih di dalam rahim sang ibunya
sudah ada perjanjian dengan Allah bahwa dia akan menjadi hamba yang taat dan
mengabdi hanya kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al A'raf
7;172
"Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",
Demikian Allah
mengingatkan perjanjian kepada hamba-Nya tentang sesuatu yang mungkin kelak
setelah di dunia didustakan, sejak dari
alam rahim atau alam ruh manusia sudah dibekali sesuatu sebagai pegangan
hidupnya yaitu bekal Tauhid, Mengesakan Allah saja dan menjauhkan syirik.
Hingga di dunia ini, Allah juga tidak membiarkan demikian saja hamba-Nya,
selalu dipantau dengan nilai-nilai yang luhur, tetap diberikan bekal sebagai
pegangan untuk berbuat, yang sebenarnya manusia itu tidak memiliki apa-apa
ketika lahir, tak satupun yang bisa dia banggakan dan tidak satupun yang dia
punyai, semuanya dibekali Allah di dunia ini.
Allah Al Waajid, Yang
Menemukan atau yang mendapati posisi hamba-Nya apa adanya, Dialah yang
memberikan sesuatu sehingga manusia berguna dan bermakna dalam hidupnya, inilah
yang digambarkan Allah kepada nabi Muhammad Saw;
“BukankahDiamendapatimusebagaiseorangyatim,
laluDiamelindungimu?danDiamendapatimusebagaiseorang yang bingung,
laluDiamemberikanpetunjuk. danDiamendapatimusebagaiseorang yang kekurangan,
laluDiamemberikankecukupan’’.[AdhDhuhaa 93;6-8]
Allah
akanmelindungi, memberikanpetunjukdanmemberikankecukupankepadahamba-Nya di
duniainidengansyaratbersyukurataskarunia yang dilimpahkan,
syukuritudiujudkandalampengabdiankepada Allah denganmenjauhkansyirik.
Allah mendapati manusia di dunia ini dalam keadaan
zhalim, sesat, tidak ada petunjuk, walaupun ada maka petunjuk itu mengajak kepada kehancuran, maka
Dia tunjuki ummat ini dengan iman dan islam, ditunjuki jalan yang lurus;
maksudnya adalah jalan yang menuju kebenaran dan keshalehan. Satu ketika
Rasulullah pernah membuat garis lurus pada sebuah tanah, lalu beliau berkata,”Ini adalah jalan yang lurus, barangsiapa
yang bergerak dari jalur ini berarti telah mengikuti jalan-jalan syaitan”,
syaitan berupaya agar setiap mukmin mengikuti mereka dengan sasaran memurtadkan
dari agama tauhid ini siapa saja yang mengikuti gerak langkahnya [Al Hijr
15;39-40]
”Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa
aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat)
di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hamba
Engkau yang mukhlis di antara mereka."
Tidak sedikit manusia yang dibelokkan dari jalan
lurus bahkan mukminpun diupayakan agar jauh dari jalan yang lurus ini, yang
dimaksud dengan jalan lurus itu adalah ISLAM dengan segala SYARI’AT nya. Orang muslim
yang komitmen keimanannya akan ditunjuki Allah selalu jalan-jalan yang layak
dia lalui dalam seluruh asfek kehidupan;
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan
mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka”
[An Nisa’ 4;168]
Manusia itu miskin, tidak punya apa-apa, dengan
rahmat Allah ummat ini diberikan sebuah amanah yaitu sebagai pewaris di bumi;
yang layak mewarisi bumi ini adalah
orang-orang beriman karena mereka mampu mengelola dan memakmurkannya tanpa
mengadakan kerusakan, sedangkan orang diluar itu senantiasa membuat kerusakan sejak
dari tumbuh-tumbuhan, hewan bahkan lahan
yang tersedia di bumi inipun penuh dengan pencemaran;
“Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur
sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini dipusakai
hamba-hambaKu yang saleh” [Al Anbiya’ 21;105]
Manusia itu dalam keadaan tertindas oleh
penguasa-penguasa masa lalu, dengan keimanannya Allah memberikan kepada mereka
kekuasaan. hal ini pernah terujud dikala Rasulullah memimpin ummat ini dan
dilanjutkan oleh para khalifah-khalifah beliau. Namun kepenguasaan tersebut
telah diambil alih oleh orang-orang non muslim karena kelalaian ummat islam sendiri,
ummat ini telah terjangkit penyakit yang diramalkan Rasul yaitu penyakit “Al
Wahn” yaitu penyakit mental dengan kriteria “Hubbuddunya wakarahiyatul maut”
yaitu terlalu cinta kepada dunia dan takut akan kematian. Untuk meraihnya
kembali harus dengan usaha keras termasuk membenahi iman ummat ini, kalau tidak
maka tetap beginilah nasib kita;
“Dan
Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa’’ [An Nur 24;55]
Dahulu orang-orang beriman itu selalu dimusuhi
oleh kekafiran dengan berbagai cara, hingga terjadi baku hantam dalam
peperangan, maka orang yang beriman akan ditolong atas musuh-musuhnya dalam
segala kesempatan. Saat perang Badar akan dihadapi, Rasulullah melihat pasukan
Quraisy dengan 1000 orang sedangkan ummat
islam hanya 300 orang dengan peralatan yang sangat sederhana;
“(ingatlah),
ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut" [Al Anfal 8;9]
Didapatikondisiummatislammasihterhinadandihinakanoleh
orang-orang yang tidaksenangkepadaislam, kemudian Allah memberikanizzahataukemuliaanbaik
di duniadenganprestasidanprestiseataupunakhiratdengansyahiddansyurganya.
Semboyan orang yang berimanitucukupbagus “izkarimanaumutsyahidan” hidupmulia di
duniaataumatisyahid di akherat, semuanyaitubaikbagi orang-orang yang beriman.
“Jikalausekiranyapenduduknegeri-negeriberimandanbertakwa, Pastilah kami
akanmelimpahkankepadamerekaberkahdarilangitdanbumi, tetapimerekamendustakan
(ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksamerekadisebabkanperbuatannya”[Al A’raf
7;96].
Ketika di
duniamungkintidakmampuuntukmeraihkebahagiaansehinggahidupselaludalampenderitaan,
tapidenganiman, yang konsekwen,
tidakmengotoriimannyadengansyirikdannifaqsertamampumengaplikasikanmelaluiujudamaliyahsehari-harimakaakhirnyamerekaakandimasukkankedalamsyurga
yang tidakterkiraharganya;
“
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan
harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan
Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan
memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya
kesenangan yang kekal,“ Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya
di sisi Allah-lah pahala yang besar.”[At Taubah 9;20-22]
Allah
Al Waajid, DiaMendapatidanMenemukan, artinyaperan Allah
menaikkanposisimanusiadari yang tidakadaapa-apanyaakhirnyamenjadiseseorang yang
diperhitungkanolehkawandanlawan, yang
tidakpunyasiapa-siapaakhirnyadijadikanhidupbersaudaradalamukhuwahislamiyyah,
dari yang tidakpunyahartamenjadi orang yang berharta, dari yang
tidakberilmusamasekaliakhirnyamenjadiseorangilmuanyang disegani, dari orang
yang biasa-biasasaja, bukanketurunanterpandangakhirnyadiadipandangolehsiapapun,
demikianperanbesar Allah dalamhidupmanusia. Diaberhakuntukmerubahkondisimanusiamenjadibaiktanpaada
yang bias menghalangi-Nya, walaupunmanusia lain tidakmenerimakeadaanitu.
Kehidupanseorangnabi,
banyakdarimerekaadalah orang-orang yang biasasaja, orang-orang rendahan di
masyarakat, tidakmempunyaihartadankurangnyakekayaan, tidakpunyakemampuanilmupengetahuan
yang memadai, tapidenganizin Allah semuanyabisaberubah, halinilah yang
membuatujianbagi orang-orang
kafiruntuktidakmaumenerimaajarantauhidsejakzamandahulukecuali yang
diberihidayaholeh Allah.
Pengikut
Rasulullah banyak terdiri dari
orang-orang yang lemah seperti Bilal bin Rabah, Zaid bin Haritsah, demikian
pula pengikut nabi-nabi sebelumnya;
"
Ketika saudara mereka (Nuh) Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak
bertakwa?Sesungguhnya Aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu, Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan Aku
sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain
hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku". Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu,
padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?".[Asy
Syu'ara 26;106-111].
Kalangan
kafir Quraisy enggan menerima ajaran islam dari nabi Muhammad karena mereka
tahu bahwa nabi Muhamma itu hanya seorang penggembala kambing ketika kecil,
anak buah Khadijah ketika remaja, diapun tidaklah keturunan mulia karena
keturunan dari nabi-nabi sebelumnya sebagaimana nabi ismail dan nabi Sulaiman.
Para ahli
kitab merasa bangga dan mulia dari orang Arab, sebab mereka keturunan para Nabi
dan menerima kitab Taurat, Zabur dan Injil, Rasulullah bersabda;"Hai
sekalian orang Quraisy, sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Nabi ialah orang yang bertaqwa".
Rasulullah
tidak dapat menyelamatkan orang lain, karena berdasarkan keturunan, sabdanya; "Wahai
Fatimah binti Muhammad, aku tidak dapat menyelamatkan engkau sedikitpun juga
dari siksa Allah".
Allah
berfirman dalam surat Al Hujurat 49;13;
"Hai
manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal"
Pepatah Arab mengatakan;"Jadilah engkau orang yang
terhormat bukan karena keturunan dan janganlah engkau menjadi orang yang Cuma
membanggakan keturunan", "Sesungguhnya pemuda itu adalah orang
berkata,"Inilah aku". Bukannya pemuda itu orang yang
berkata,"Begitulah ayahku dahulu".
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 2;134
"Itu
adalah umat yang lalu; baginya apa yang Telah diusahakannya dan bagimu apa yang
sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang
apa yang Telah mereka kerjakan"[Al Baqarah 2;134]
Al Waajid, Dia
menemukan dan yang mendapati hamba-Nya pada posisi yang serba kekurangan maka
Dia mencukupi dengan rezeki hingga menjadi harta yang berlimpah, Dia mendapati
ummat ini lemah, Dia berikan kekuatan dengan islam, Dia yang mendapati ummat
ini dalam perpecahan, Dia satukan dengan Ukhuwah, Dia yang mendapati ummat ini
hina, Dia muliakan dengan ketaqwaa.
Allah
yang memberikan sesuatu sehingga sesuatu itu berharga, Dia yang memberikan
seseorang sehingga seseorang itu memiliki, Allah Al Waajid, kami hina,
dengan-Mulah kami mulia, kami miskin, dengan-Mulah kami kaya, kami bodoh,
dengan-Mu kami berilmu, tanpa-Mu tidak ada artinya keberadaan kami yang hina,
miskin, lemah, dan bodoh ini, sertailah kami dalam bimbingan-Mu ya Allah.Wallahu a’lam [CubadakSolok,
22 JumadilAwal 1432.H/ 26 April 2011.M, Jam 12;48].
Referensi;
1.KuliahTafsir,
Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis,
Drs.MukhlisDenros, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar