Kamis, 11 Juni 2015

80. Al Waajid, Yang Menemukan



AL WAAJID
[ Yang Menemukan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


Ketika manusia masih di dalam rahim sang ibunya sudah ada perjanjian dengan Allah bahwa dia akan menjadi hamba yang taat dan mengabdi hanya kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al A'raf 7;172
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)",

            Demikian Allah mengingatkan perjanjian kepada hamba-Nya tentang sesuatu yang mungkin kelak setelah di dunia  didustakan, sejak dari alam rahim atau alam ruh manusia sudah dibekali sesuatu sebagai pegangan hidupnya yaitu bekal Tauhid, Mengesakan Allah saja dan menjauhkan syirik. Hingga di dunia ini, Allah juga tidak membiarkan demikian saja hamba-Nya, selalu dipantau dengan nilai-nilai yang luhur, tetap diberikan bekal sebagai pegangan untuk berbuat, yang sebenarnya manusia itu tidak memiliki apa-apa ketika lahir, tak satupun yang bisa dia banggakan dan tidak satupun yang dia punyai, semuanya dibekali Allah di dunia ini.

            Allah Al Waajid, Yang Menemukan atau yang mendapati posisi hamba-Nya apa adanya, Dialah yang memberikan sesuatu sehingga manusia berguna dan bermakna dalam hidupnya, inilah yang digambarkan Allah kepada nabi Muhammad Saw;
“BukankahDiamendapatimusebagaiseorangyatim, laluDiamelindungimu?danDiamendapatimusebagaiseorang yang bingung, laluDiamemberikanpetunjuk. danDiamendapatimusebagaiseorang yang kekurangan, laluDiamemberikankecukupan’’.[AdhDhuhaa 93;6-8]

Allah akanmelindungi, memberikanpetunjukdanmemberikankecukupankepadahamba-Nya di duniainidengansyaratbersyukurataskarunia yang dilimpahkan, syukuritudiujudkandalampengabdiankepada Allah denganmenjauhkansyirik.

Allah mendapati manusia di dunia ini dalam keadaan zhalim, sesat, tidak ada petunjuk, walaupun ada maka  petunjuk itu mengajak kepada kehancuran, maka Dia tunjuki ummat ini dengan iman dan islam, ditunjuki jalan yang lurus; maksudnya adalah jalan yang menuju kebenaran dan keshalehan. Satu ketika Rasulullah pernah membuat garis lurus pada sebuah tanah, lalu beliau berkata,”Ini adalah jalan yang lurus, barangsiapa yang bergerak dari jalur ini berarti telah mengikuti jalan-jalan syaitan”, syaitan berupaya agar setiap mukmin mengikuti mereka dengan sasaran memurtadkan dari agama tauhid ini siapa saja yang mengikuti gerak langkahnya [Al Hijr 15;39-40]
”Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka."

Tidak sedikit manusia yang dibelokkan dari jalan lurus bahkan mukminpun diupayakan agar jauh dari jalan yang lurus ini, yang dimaksud dengan jalan lurus itu adalah ISLAM dengan segala SYARI’AT nya. Orang muslim yang komitmen keimanannya akan ditunjuki Allah selalu jalan-jalan yang layak dia lalui dalam seluruh asfek kehidupan;
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka” [An Nisa’ 4;168]

Manusia itu miskin, tidak punya apa-apa, dengan rahmat Allah ummat ini diberikan sebuah amanah yaitu sebagai pewaris di bumi; yang layak mewarisi  bumi ini adalah orang-orang beriman karena mereka mampu mengelola dan memakmurkannya tanpa mengadakan kerusakan, sedangkan orang diluar itu senantiasa membuat kerusakan sejak dari  tumbuh-tumbuhan, hewan bahkan lahan yang tersedia di bumi inipun penuh dengan pencemaran;
 “Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh” [Al Anbiya’ 21;105]

Manusia itu dalam keadaan tertindas oleh penguasa-penguasa masa lalu, dengan keimanannya Allah memberikan kepada mereka kekuasaan. hal ini pernah terujud dikala Rasulullah memimpin ummat ini dan dilanjutkan oleh para khalifah-khalifah beliau. Namun kepenguasaan tersebut telah diambil alih oleh orang-orang non muslim karena kelalaian ummat islam sendiri, ummat ini telah terjangkit penyakit yang diramalkan Rasul yaitu penyakit “Al Wahn” yaitu penyakit mental dengan kriteria “Hubbuddunya wakarahiyatul maut” yaitu terlalu cinta kepada dunia dan takut akan kematian. Untuk meraihnya kembali harus dengan usaha keras termasuk membenahi iman ummat ini, kalau tidak maka tetap beginilah nasib kita;
“Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa’’ [An Nur 24;55]

Dahulu orang-orang beriman itu selalu dimusuhi oleh kekafiran dengan berbagai cara, hingga terjadi baku hantam dalam peperangan, maka orang yang beriman akan ditolong atas musuh-musuhnya dalam segala kesempatan. Saat perang Badar akan dihadapi, Rasulullah melihat pasukan Quraisy dengan 1000 orang sedangkan ummat  islam hanya 300 orang dengan peralatan yang sangat sederhana;
“(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut" [Al Anfal 8;9]

Didapatikondisiummatislammasihterhinadandihinakanoleh orang-orang yang tidaksenangkepadaislam, kemudian Allah memberikanizzahataukemuliaanbaik di duniadenganprestasidanprestiseataupunakhiratdengansyahiddansyurganya. Semboyan orang yang berimanitucukupbagus “izkarimanaumutsyahidan” hidupmulia di duniaataumatisyahid di akherat, semuanyaitubaikbagi orang-orang yang beriman.
  “Jikalausekiranyapenduduknegeri-negeriberimandanbertakwa, Pastilah kami akanmelimpahkankepadamerekaberkahdarilangitdanbumi, tetapimerekamendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksamerekadisebabkanperbuatannya”[Al A’raf 7;96].

Ketika di duniamungkintidakmampuuntukmeraihkebahagiaansehinggahidupselaludalampenderitaan, tapidenganiman, yang konsekwen, tidakmengotoriimannyadengansyirikdannifaqsertamampumengaplikasikanmelaluiujudamaliyahsehari-harimakaakhirnyamerekaakandimasukkankedalamsyurga yang tidakterkiraharganya;
“ Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.  Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal,“ Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”[At Taubah 9;20-22]

            Allah Al Waajid, DiaMendapatidanMenemukan, artinyaperan Allah menaikkanposisimanusiadari yang tidakadaapa-apanyaakhirnyamenjadiseseorang yang diperhitungkanolehkawandanlawan, yang tidakpunyasiapa-siapaakhirnyadijadikanhidupbersaudaradalamukhuwahislamiyyah, dari yang tidakpunyahartamenjadi orang yang berharta, dari yang tidakberilmusamasekaliakhirnyamenjadiseorangilmuanyang disegani, dari orang yang biasa-biasasaja, bukanketurunanterpandangakhirnyadiadipandangolehsiapapun, demikianperanbesar Allah dalamhidupmanusia. Diaberhakuntukmerubahkondisimanusiamenjadibaiktanpaada yang bias menghalangi-Nya, walaupunmanusia lain tidakmenerimakeadaanitu.

            Kehidupanseorangnabi, banyakdarimerekaadalah orang-orang yang biasasaja, orang-orang rendahan di masyarakat, tidakmempunyaihartadankurangnyakekayaan, tidakpunyakemampuanilmupengetahuan yang memadai, tapidenganizin Allah semuanyabisaberubah, halinilah yang membuatujianbagi orang-orang kafiruntuktidakmaumenerimaajarantauhidsejakzamandahulukecuali yang diberihidayaholeh Allah.

Pengikut Rasulullah  banyak terdiri dari orang-orang yang lemah seperti Bilal bin Rabah, Zaid bin Haritsah, demikian pula pengikut nabi-nabi sebelumnya;
" Ketika saudara mereka (Nuh) Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?Sesungguhnya Aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan Aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku". Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?".[Asy Syu'ara 26;106-111].

Kalangan kafir Quraisy enggan menerima ajaran islam dari nabi Muhammad karena mereka tahu bahwa nabi Muhamma itu hanya seorang penggembala kambing ketika kecil, anak buah Khadijah ketika remaja, diapun tidaklah keturunan mulia karena keturunan dari nabi-nabi sebelumnya sebagaimana nabi ismail dan nabi Sulaiman.

Para ahli kitab merasa bangga dan mulia dari orang Arab, sebab mereka keturunan para Nabi dan menerima kitab Taurat, Zabur dan Injil, Rasulullah bersabda;"Hai sekalian orang Quraisy, sesungguhnya orang yang paling dekat kepada  Nabi ialah orang yang bertaqwa".

            Rasulullah tidak dapat menyelamatkan orang lain, karena berdasarkan keturunan, sabdanya; "Wahai Fatimah binti Muhammad, aku tidak dapat menyelamatkan engkau sedikitpun juga dari siksa Allah".

            Allah berfirman dalam surat Al Hujurat 49;13;
            "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal"

Pepatah Arab mengatakan;"Jadilah engkau orang yang terhormat bukan karena keturunan dan janganlah engkau menjadi orang yang Cuma membanggakan keturunan", "Sesungguhnya pemuda itu adalah orang berkata,"Inilah aku". Bukannya pemuda itu orang yang berkata,"Begitulah ayahku dahulu".

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 2;134
"Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang Telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang Telah mereka kerjakan"[Al Baqarah 2;134]


Al Waajid, Dia menemukan dan yang mendapati hamba-Nya pada posisi yang serba kekurangan maka Dia mencukupi dengan rezeki hingga menjadi harta yang berlimpah, Dia mendapati ummat ini lemah, Dia berikan kekuatan dengan islam, Dia yang mendapati ummat ini dalam perpecahan, Dia satukan dengan Ukhuwah, Dia yang mendapati ummat ini hina, Dia muliakan dengan ketaqwaa.

Allah yang memberikan sesuatu sehingga sesuatu itu berharga, Dia yang memberikan seseorang sehingga seseorang itu memiliki, Allah Al Waajid, kami hina, dengan-Mulah kami mulia, kami miskin, dengan-Mulah kami kaya, kami bodoh, dengan-Mu kami berilmu, tanpa-Mu tidak ada artinya keberadaan kami yang hina, miskin, lemah, dan bodoh ini, sertailah kami dalam bimbingan-Mu ya Allah.Wallahu a’lam [CubadakSolok, 22 JumadilAwal 1432.H/ 26 April 2011.M, Jam 12;48].

Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros, 2009



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar