AL MUGHNI
[Yang Mengayakan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Kunci
Brankas langit dan bumi ini milik Allah, Dialah Al Ghani, Yang Maha Kaya, dia
juga Al Mughni, Yang Mengayakan makhluk-Nya. Kekayaan diberikan kepada siapapun
yang dikehendaki-Nya tanpa memandang apakah iman atau kafir, fasiq atau zhalim
bahkan kita lihat sejarah terlalu banyak dari pada nabi dan rasul yang diutus,
ummat yang mengikutinya dari orang- orang yang rendahan, keturunan budak dan
miskin harta sehingga membuat para pembesar dan orang kaya ketika itu tidak mau
mengikuti kebenaran itu, mereka berdalih dengan kekayaan yang dimiliki.
Pengikut
Rasulullah banyak terdiri dari
orang-orang yang lemah seperti Bilal bin Rabah, Zaid bin Haritsah, demikian
pula pengikut nabi-nabi sebelumnya;
" Ketika saudara mereka (Nuh) Berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya Aku adalah
seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, Maka bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku. Dan Aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas
ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku". Mereka berkata:
"Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah
orang-orang yang hina?".[Asy
Syu'ara 26;106-111]
Ketika
nabi dan rasul yang diutus Allah dari kalangan orang yang punya kekuasaan dan
kekayaan maka tetap saja ada alasan bagi orang kafir untuk menolak kerasulan
itu.Allah berhak memberikan kekayaan kepada siapapun yang Dia kehendaki,
sebagaimana kekayaan dan kejayaan itu pernah diberikan kepada nabi Daud dan
nabi Sulaiman As.
Nabi Daud dapat
melunakkan besi dan membuat darinya baju besi yang ringan.Ini adalah kemajuan
penting yang Allah s.w.t berikan kepada Daud dan tenteranya.Kemajuan ini kini
dimiliki oleh Sulaiman.Demikianlah Sulaiman memiliki pasukan yang dahsyat yang
melebihi pasukan mana pun di bumi saat itu. Bahkan Allah s.w.t menambah
kurnia-Nya kepada Sulaiman:
"Dan
Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi
pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya
(semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml 27: 16)
Ketika kita
membuka lembaran-lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman yang diungkap oleh
Al-Quran, maka kita akan mengetahui bahawa kita berada di masa keemasan Bani
Israil, yaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka Sulaiman. Sulaiman tidak
merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya dari Daud. Ambisinya mendorongnya
untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.
Pada suatu
hari ia menadah tangannya dan berdoa kepada Allah s.w.t. Antara hati Nabi dan
Allah s.w.t tidak ada penghalang, jarak, atau waktu. Tak seorang pun dari para
nabi yang berdoa kepada Allah s.w.t kecuali doanya pasti terkabul. Kejernihan
hati ketika mencapai puncak tertentu, maka ia akan menggapai apa saja yang
diinginkan di jalan Allah s.w.t. Dalam doanya, Nabi Sulaiman berkata:
"Ia
berkata: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan yang
tidak dimiliki oleh seseorangpun sesudahku." (QS. Shad 38: 35).
Beliau
mewarisi Daud dalam sisi kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta kerana
para nabi tidak mewariskan.Sebab sepeninggal mereka, harta mereka menjadi
sedekah bagi orang-orang yang ada di sekitar mereka, yaitu orang-orang fakir
dan orang yang membutuhkan.Dan harta para nabi tidak dikhususkan bagi kalangan
keluarganya. Rasulullah saw bersabda: "Kami para nabi tidak
mewariskan." Sulaiman mewarisi kenabian dari Daud.Ini adalah hal yang
jelas.Allah s.w.t telah memilihnya sebagai Nabi dari Bani Israil. Begitu juga,
Allah s.w.t telah memberinya kekuasaan (kerajaan) sehingga ia menjadi pimpinan
Bani Israil. Barangkali sesuatu yang paling penting yang diwarisi oleh Sulaiman
dari Daud adalah tradisi militer.Kemajuan militer yang dahsyat ini telah
berpindah kepada Sulaiman. Daud sebenarnya adalah seorang penggembala kambing
yang miskin, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, ia menjadi komandan
pasukan yang tiada tandingannya. Perubahan keadaan ini adalah sebagai bentuk
ilham dari Allah s.w.t dan sebagai dukungan dari-Nya.[Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah29
Jun 2007]
Allah juga
memberikan kekuasaan dan kekayaan kepada Iskandar Zulkarnainin, yang
kekuasaannya terbentang sejak dari Barat hingga ke Timur dengan benteng yang
kokoh untuk melindungi kekuasaan itu;
“Mereka akan bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan
kepadamu cerita tantangnya".Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan
kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk
mencapai) segala sesuatu,”[Al Kahfi 18;83-84].
Allah yang
memberikan rezeki kepada hamba-Nya, bahkan ulat yang didalam batupun tetap
diberi rezeki sebagai bahan untuk hidup dan berkembang, intinya rezeki itu
dibentangkan Allah sejak dari atas, dalam dan sela-sela bumi ini, ada yang
hanya sebatas menerima rezeki tanpa kelebihan tapi ada juga yang mendapat
rezeki lebih dari cukup sehingga dia menjadi orang yang kaya;
“Dan Dia mendapatimu
sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”[Adh Dhuha
93;8]
Seiiring
dengan ketentuan Allah memberikan rezeki dan kekayaan kepada hamba-Nya maka
usaha kearah itu harus ada karena memang Allah tidak pernah memberikan rezeki
lansung di tampung dari langit tanpa usaha dari manusia.Siti Maryam, dikala dia
akan melahirkan anaknya, di tempat yang sepi tanpa ada yang bisa membantunya,
haus dan lapar datang ketika itu, walaupun dia berada di bawah pohon kurma tapi
buah kurma tidak jatuh demikian saja, Allah memerintahkan Maryam agar
mengguyang batang kurma itu, walaupun tidak ada kekuatan untuk itu, tapi usaha
memang harus sehingga hanya dengan meletakkan tangannya saja, buah kurma itu
berguguran;
“Maka rasa
sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia
berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi
barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".Maka Jibril menyerunya dari
tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu
telah menjadikan anak sungai di bawahmu.dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,Maka
makan, minum dan bersenang hatilah kamu…”[Maryam 19;23-26
Begitu juga
perjalanan kehidupan yang dilalui oleh nabi Muhammad yang diberi kesempatan
oleh Allah mendapatkan rezeki dan kekayaan yang banyak.Di usia 25 tahun, usia
yang masih relatif muda, Muhammad menikah dengan Khadijah, seorang pengusaha
sukses Mekah. Secara otomatis Muhammad menjadi pemilik sekaligus pengelola dari
kekayaan Khadijah.Penggabungan dua kekayaan melalui pernikahan tersebut
tentunya semakin menambah usaha perdagangan mereka baik secara modal maupun
penguasaan pangsa pasar.Pada tahapan ini Muhammad sudah menjadi business
owner.
Setelah Muhammad menikah dengan
Khadijah, beliau semakin gencar mengembangkan bisnisnya melalui dengan
ekspedisi bisnis secara rutin di pusat-pusat perdagangan yang ada di jazirah
Arab, beliau intens mengunjungi pasar-pasar regional maupun Internasional demi
mempertahankan pelanggan dan mitra bisnisnya.Jaringan perdagangan beliau telah
mencapai Yaman, Suriah, Busara, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kota
perdagangan Arab lainnya.
Saat menjelang masa kenabian (berumur 38
tahun) di mana waktunya banyak dihabiskan untuk merenung beliau telah sukses
menjadi pedagang regional dimana wilayah perdagangannya meliputi Yaman, Suriah,
Busra, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan Jazirah Arab lainnya.
Pada tahapan in beliau telah memasuki fase yang menurut Robert T Kiyosaki
disebut financial freedom.
Kehebatan berbisnis Muhammad bisa
dilihat dalam sebuah riwayat yang menceritakan bahwa beliau pernah menerima
utusan dari Bahrain, Muhammad menanyakan kepada Al-Ashajj berbagai hal dan
orang-orang yang terkemuka serta kota-kota yang terkemuka di Bahrain.Pemimpin
kabilah tersebut sangat terkejut atas luasnya pengetahuan geografis serta
sentral-sentral komersial Muhammad.Kemudian al-Ashajj berkata “sungguh Anda
lebih mengetahu tentang negeri saya daripada saya sendiri dan anda pula lebih
banyak mengetahui pusat-pusat bisnis kota saya dibanding apa yang saya
ketahu.Muhammad menjawab “saya telah diberi kesempatan untuk menjelajahi negeri
anda dan saya telah melakukannya dengan baik.”(Syafi’i Antonio, 2007).[Hidayatullah.comRabu, 16 Februari 2011]
Islam
menekankan setiap Muslim agar menjemput rezeki dengan menggunakan semua potensi
dan kekuatan yang dimilikinya.Yang pasti, dua kebaikan perlu diperhatikan.
Pertama, rezeki yang didapatkan adalah yang baik.;
“Hai, orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian.” (QS
Al-Baqarah 2:172).
Terkait ayat di atas, Ahmad Musthafa Al-Maraghi menyatakan betapa pentingnya seorang Muslim mengonsumsi makanan yang halal, bersih, dan lurus.Halal maksudnya adalah tidak mengandung kedurhakaan terhadap Allah SWT.Bersih bermakna tidak mengandung perkara yang melupakan Allah.Sedangkan, lurus berarti rezeki tersebut mampu menahan nafsu dan memelihara akal.
Kedua, untuk mendapatkan rezeki yang baik, hendaknya proses yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang baik pula. Islam melarang segala bentuk upaya mendapatkan rezeki dengan cara-cara yang zalim (Al-Baqarah [2]: 279), riba (Al-Baqarah [2]: 278-279), judi (Al-Maidah [5]: 90), penipuan (gharar), suap (risywah), dan maksiat.
Mengapa Islam menekankan pentingnya rezeki yang halal? Karena, setiap asupan yang masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhinya, baik secara fisik, emosional, psikologis, maupun spiritual. Rezeki yang halal menghadirkan ketenangan jiwa. Hidup akan lebih terarah dan menjadikan pintu-pintu keberkahan terbuka semakin lebar. Selain itu, rezeki yang halal merupakan syarat diterimanya setiap doa oleh Allah SWT. Rezeki yang halal akan menciptakan tatanan mayarakat dan bangsa yang kuat.
Saat ini, sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sepatutnya kita tidak memfasilitasi setiap anak negeri mengais rezeki dengan cara-cara yang dilarang Allah SWT.Mengikuti arus global, kapitalisme, dan melupakan cara-cara nenek moyang dahulu melakukan aktivitas ekonomi.Yakni, sistem bagi hasil, maro, atau paron ditinggalkan.Manipulatif, spekulatif, dan ribawi dipraktikkan.Karena itu, kini, kita selalu berada dalam sistem ekonomi yang sangat rentan dan goyah.Krisis demi krisis selalu siap menerjang sepanjang waktu. Petaka demi petaka berlangsung di depan mata.[A Riawan Amin Senin, 23 Agustus 2010, 11:20 WIB Nunu/Republika, Syarat yang Harus Dipenuhi untuk Menjemput Rezeki].
Allah
memberikan kekayaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya melalui peluang-peluang
usaha yang mendatangkan banyak rezeki, hal itu boleh saja, asal jangan
melupakan hak dan kewajiban sebagai orang yang kaya untuk menggunakan harta itu
dijalan yang benar sesuai yang dikehendaki Pemberi Kekayaan. Untuk diketahui,
harta yang dimiliki itu hanya sementara, bila masih menumpuk saat kematian menjemput
maka tidaklah akan bisa dibawa ke alam barzakh. Hadis riwayat Anas bin Malik
ra., ia berkata: Rasulullah bersabda: Tiga
perkara yang akan mengiringi mayit, yang dua akan kembali dan yang satu akan
menetap. Ia akan diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amal perbuatannya.
Keluarga dan hartanya akan kembali dan tinggallah amal perbuatannya.
(Shahih Muslim)
Kekayaan
memang diperlukan bagi perlengkapan hidup manusia, dia hanya sarana bukan
tujuan, kadangkala dengan kekayaan semuanya bisa berubah, inilah yang membuat
nabi Muhammad mengingatkan kepada sahabatnya.Hadis riwayat Amru bin Auf ra., ia
berkata: Bahwa Rasulullah mengutus Abu
Ubaidah bin Jarrah ke Bahrain untuk memungut jizyahnya (upeti), karena
Rasulullah telah mengadakan perjanjian damai dengan penduduk Bahrain dan
mengangkat Alaa' bin Hadhrami sebagai gubernurnya. Kemudian Abu Ubaidah kembali
dengan membawa harta dari Bahrain.Orang-orang Ansar mendengar kedatangan Abu
Ubaidah lalu melaksanakan salat Subuh bersama Rasulullah.Setelah salat, beliau
beranjak lalu mereka menghalanginya.
Ketika melihat mereka beliau tersenyum dan
bersabda: Aku tahu kalian telah mendengar bahwa Abu Ubaidah telah tiba dari
Bahrain dengan membawa harta upeti. Mereka berkata: Benar, wahai Rasulullah.
Beliau bersabda: Bergembiralah dan berharaplah agar mendapatkan sesuatu yang
menyenangkan kamu sekalian. Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan
terhadap kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah jika kekayaan dunia
dilimpahkan kepada kalian sebagaimana telah dilimpahkan kepada orang-orang
sebelum kalian, kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana
mereka berlomba-lomba dan akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia
telah membinasakan mereka. (Shahih Muslim)
Ya
Al Mughni, Tuhan yang memberikan kekayaan kepada hamba-Nya, Engkau memberikan
kekayaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan memberikan kefakiran kepada
siapa yang Engkau kehendaki.Rezeki yang sudah Engkau berikan kepada kami,
jadikanlah sebagai harta kekayaan bagi kami yang mendatangkan berkah dan
keselamatan bagi diri, keluarga dan bangsa kami.
Al
Allah, Al Mughni, setiap rezeki dan kekayaan yang Engkau berikan kepada kami
menjadi berkah hendaknya, jauhkan dari laknat yang akan merusak kepribadian
kami, sering terjadi dikala ujian miskin menimpa, kami mampu menghadapi ujian
itu dengan sabar dan berhasil, tapi dikala ujian kekayaan yang Engkau
bentangkan, banyak diantara kami yang tidak sanggup menerimanya sehingga banyak
diantara kami yang mengalami kehancuran pribadi, kehancuran keluarga dan
kehancuran masyarakat hanya gara-gara sedikit kelebihan harta.
Ya Ilahi, bimbingalah kami ke
jalan-Mu, walaupun hidup kami berlimpah harta kekayaan dan kekuasaan tapi tetap
berada dalam jalan yang benar dengan syukur yang benar pula, begitu bila kami
harus hidup dalam kekurangan, kemiskinan tapi tetaplah mempunyai kekayaan di
hatinya yaitu kekayaan iman dan islam, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 02 Jumadil
Awal 1432.H/ 06 April 2011.M, Jam 13;40].
Referensi;
1. Al Qur’an dan terjemahannya,
Depag RI 1994/1995
2. KumpulanCeramah Praktis,
Mukhlis Denros, 2009
3A Riawan Amin, Republika.co.id,
2010
4.Hidayatullah.com, 2011
5.Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi
Allah, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar