Kamis, 18 Juni 2015

32. Al Mughni, Yang Mengayakan





AL MUGHNI
[Yang Mengayakan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

            Kunci Brankas langit dan bumi ini milik Allah, Dialah Al Ghani, Yang Maha Kaya, dia juga Al Mughni, Yang Mengayakan makhluk-Nya. Kekayaan diberikan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya tanpa memandang apakah iman atau kafir, fasiq atau zhalim bahkan kita lihat sejarah terlalu banyak dari pada nabi dan rasul yang diutus, ummat yang mengikutinya dari orang- orang yang rendahan, keturunan budak dan miskin harta sehingga membuat para pembesar dan orang kaya ketika itu tidak mau mengikuti kebenaran itu, mereka berdalih dengan kekayaan yang dimiliki.

Pengikut Rasulullah  banyak terdiri dari orang-orang yang lemah seperti Bilal bin Rabah, Zaid bin Haritsah, demikian pula pengikut nabi-nabi sebelumnya;
" Ketika saudara mereka (Nuh) Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya Aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan Aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku". Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?".[Asy Syu'ara 26;106-111]

            Ketika nabi dan rasul yang diutus Allah dari kalangan orang yang punya kekuasaan dan kekayaan maka tetap saja ada alasan bagi orang kafir untuk menolak kerasulan itu.Allah berhak memberikan kekayaan kepada siapapun yang Dia kehendaki, sebagaimana kekayaan dan kejayaan itu pernah diberikan kepada nabi Daud dan nabi Sulaiman As.
Nabi Daud dapat melunakkan besi dan membuat darinya baju besi yang ringan.Ini adalah kemajuan penting yang Allah s.w.t berikan kepada Daud dan tenteranya.Kemajuan ini kini dimiliki oleh Sulaiman.Demikianlah Sulaiman memiliki pasukan yang dahsyat yang melebihi pasukan mana pun di bumi saat itu. Bahkan Allah s.w.t menambah kurnia-Nya kepada Sulaiman:
"Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml 27: 16)
Ketika kita membuka lembaran-lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman yang diungkap oleh Al-Quran, maka kita akan mengetahui bahawa kita berada di masa keemasan Bani Israil, yaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka Sulaiman. Sulaiman tidak merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya dari Daud. Ambisinya mendorongnya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.

Pada suatu hari ia menadah tangannya dan berdoa kepada Allah s.w.t. Antara hati Nabi dan Allah s.w.t tidak ada penghalang, jarak, atau waktu. Tak seorang pun dari para nabi yang berdoa kepada Allah s.w.t kecuali doanya pasti terkabul. Kejernihan hati ketika mencapai puncak tertentu, maka ia akan menggapai apa saja yang diinginkan di jalan Allah s.w.t. Dalam doanya, Nabi Sulaiman berkata:
"Ia berkata: Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorangpun sesudahku." (QS. Shad 38: 35).

Beliau mewarisi Daud dalam sisi kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta kerana para nabi tidak mewariskan.Sebab sepeninggal mereka, harta mereka menjadi sedekah bagi orang-orang yang ada di sekitar mereka, yaitu orang-orang fakir dan orang yang membutuhkan.Dan harta para nabi tidak dikhususkan bagi kalangan keluarganya. Rasulullah saw bersabda: "Kami para nabi tidak mewariskan." Sulaiman mewarisi kenabian dari Daud.Ini adalah hal yang jelas.Allah s.w.t telah memilihnya sebagai Nabi dari Bani Israil. Begitu juga, Allah s.w.t telah memberinya kekuasaan (kerajaan) sehingga ia menjadi pimpinan Bani Israil. Barangkali sesuatu yang paling penting yang diwarisi oleh Sulaiman dari Daud adalah tradisi militer.Kemajuan militer yang dahsyat ini telah berpindah kepada Sulaiman. Daud sebenarnya adalah seorang penggembala kambing yang miskin, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, ia menjadi komandan pasukan yang tiada tandingannya. Perubahan keadaan ini adalah sebagai bentuk ilham dari Allah s.w.t dan sebagai dukungan dari-Nya.[Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah29 Jun 2007]

Allah juga memberikan kekuasaan dan kekayaan kepada Iskandar Zulkarnainin, yang kekuasaannya terbentang sejak dari Barat hingga ke Timur dengan benteng yang kokoh untuk melindungi kekuasaan itu;
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya".Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,”[Al Kahfi 18;83-84].

Allah yang memberikan rezeki kepada hamba-Nya, bahkan ulat yang didalam batupun tetap diberi rezeki sebagai bahan untuk hidup dan berkembang, intinya rezeki itu dibentangkan Allah sejak dari atas, dalam dan sela-sela bumi ini, ada yang hanya sebatas menerima rezeki tanpa kelebihan tapi ada juga yang mendapat rezeki lebih dari cukup sehingga dia menjadi orang yang kaya;
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”[Adh Dhuha 93;8]

Seiiring dengan ketentuan Allah memberikan rezeki dan kekayaan kepada hamba-Nya maka usaha kearah itu harus ada karena memang Allah tidak pernah memberikan rezeki lansung di tampung dari langit tanpa usaha dari manusia.Siti Maryam, dikala dia akan melahirkan anaknya, di tempat yang sepi tanpa ada yang bisa membantunya, haus dan lapar datang ketika itu, walaupun dia berada di bawah pohon kurma tapi buah kurma tidak jatuh demikian saja, Allah memerintahkan Maryam agar mengguyang batang kurma itu, walaupun tidak ada kekuatan untuk itu, tapi usaha memang harus sehingga hanya dengan meletakkan tangannya saja, buah kurma itu berguguran;
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu…”[Maryam 19;23-26

Begitu juga perjalanan kehidupan yang dilalui oleh nabi Muhammad yang diberi kesempatan oleh Allah mendapatkan rezeki dan kekayaan yang banyak.Di usia 25 tahun, usia yang masih relatif muda, Muhammad menikah dengan Khadijah, seorang pengusaha sukses Mekah. Secara otomatis Muhammad menjadi pemilik sekaligus pengelola dari kekayaan Khadijah.Penggabungan dua kekayaan melalui pernikahan tersebut tentunya semakin menambah usaha perdagangan mereka baik secara modal maupun penguasaan pangsa pasar.Pada tahapan ini Muhammad sudah menjadi business owner.
Setelah Muhammad menikah dengan Khadijah, beliau semakin gencar mengembangkan bisnisnya melalui dengan ekspedisi bisnis secara rutin di pusat-pusat perdagangan yang ada di jazirah Arab, beliau intens mengunjungi pasar-pasar regional maupun Internasional demi mempertahankan pelanggan dan mitra bisnisnya.Jaringan perdagangan beliau telah mencapai Yaman, Suriah, Busara, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan Arab lainnya.
Saat menjelang masa kenabian (berumur 38 tahun) di mana waktunya banyak dihabiskan untuk merenung beliau telah sukses menjadi pedagang regional dimana wilayah perdagangannya meliputi Yaman, Suriah, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan Jazirah Arab lainnya. Pada tahapan in beliau telah memasuki fase yang menurut Robert T Kiyosaki disebut financial freedom.
Kehebatan berbisnis Muhammad bisa dilihat dalam sebuah riwayat yang menceritakan bahwa beliau pernah menerima utusan dari Bahrain, Muhammad menanyakan kepada Al-Ashajj berbagai hal dan orang-orang yang terkemuka serta kota-kota yang terkemuka di Bahrain.Pemimpin kabilah tersebut sangat terkejut atas luasnya pengetahuan geografis serta sentral-sentral komersial Muhammad.Kemudian al-Ashajj berkata “sungguh Anda lebih mengetahu tentang negeri saya daripada saya sendiri dan anda pula lebih banyak mengetahui pusat-pusat bisnis kota saya dibanding apa yang saya ketahu.Muhammad menjawab “saya telah diberi kesempatan untuk menjelajahi negeri anda dan saya telah melakukannya dengan baik.”(Syafi’i Antonio, 2007).[Hidayatullah.comRabu, 16 Februari 2011]
Islam menekankan setiap Muslim agar menjemput rezeki dengan menggunakan semua potensi dan kekuatan yang dimilikinya.Yang pasti, dua kebaikan perlu diperhatikan. Pertama, rezeki yang didapatkan adalah yang baik.;
“Hai, orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian.” (QS Al-Baqarah 2:172).

Terkait ayat di atas, Ahmad Musthafa Al-Maraghi menyatakan betapa pentingnya seorang Muslim mengonsumsi makanan yang halal, bersih, dan lurus.Halal maksudnya adalah tidak mengandung kedurhakaan terhadap Allah SWT.Bersih bermakna tidak mengandung perkara yang melupakan Allah.Sedangkan, lurus berarti rezeki tersebut mampu menahan nafsu dan memelihara akal.

            Kedua, untuk mendapatkan rezeki yang baik, hendaknya proses yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang baik pula. Islam melarang segala bentuk upaya mendapatkan rezeki dengan cara-cara yang zalim (Al-Baqarah [2]: 279), riba (Al-Baqarah [2]: 278-279), judi (Al-Maidah [5]: 90), penipuan (gharar), suap (risywah), dan maksiat.

Mengapa Islam menekankan pentingnya rezeki yang halal? Karena, setiap asupan yang masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhinya, baik secara fisik, emosional, psikologis, maupun spiritual. Rezeki yang halal menghadirkan ketenangan jiwa. Hidup akan lebih terarah dan menjadikan pintu-pintu keberkahan terbuka semakin lebar. Selain itu, rezeki yang halal merupakan syarat diterimanya setiap doa oleh Allah SWT. Rezeki yang halal akan menciptakan tatanan mayarakat dan bangsa yang kuat.

Saat ini, sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sepatutnya kita tidak memfasilitasi setiap anak negeri mengais rezeki dengan cara-cara yang dilarang Allah SWT.Mengikuti arus global, kapitalisme, dan melupakan cara-cara nenek moyang dahulu melakukan aktivitas ekonomi.Yakni, sistem bagi hasil, maro, atau paron ditinggalkan.Manipulatif, spekulatif, dan ribawi dipraktikkan.Karena itu, kini, kita selalu berada dalam sistem ekonomi yang sangat rentan dan goyah.Krisis demi krisis selalu siap menerjang sepanjang waktu. Petaka demi petaka berlangsung di depan mata.[A Riawan Amin Senin, 23 Agustus 2010, 11:20 WIB  Nunu/Republika, Syarat yang Harus Dipenuhi untuk Menjemput Rezeki].

                Allah memberikan kekayaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya melalui peluang-peluang usaha yang mendatangkan banyak rezeki, hal itu boleh saja, asal jangan melupakan hak dan kewajiban sebagai orang yang kaya untuk menggunakan harta itu dijalan yang benar sesuai yang dikehendaki Pemberi Kekayaan. Untuk diketahui, harta yang dimiliki itu hanya sementara, bila masih menumpuk saat kematian menjemput maka tidaklah akan bisa dibawa ke alam barzakh. Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah bersabda: Tiga perkara yang akan mengiringi mayit, yang dua akan kembali dan yang satu akan menetap. Ia akan diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amal perbuatannya. Keluarga dan hartanya akan kembali dan tinggallah amal perbuatannya. (Shahih Muslim)

Kekayaan memang diperlukan bagi perlengkapan hidup manusia, dia hanya sarana bukan tujuan, kadangkala dengan kekayaan semuanya bisa berubah, inilah yang membuat nabi Muhammad mengingatkan kepada sahabatnya.Hadis riwayat Amru bin Auf ra., ia berkata: Bahwa Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah ke Bahrain untuk memungut jizyahnya (upeti), karena Rasulullah telah mengadakan perjanjian damai dengan penduduk Bahrain dan mengangkat Alaa' bin Hadhrami sebagai gubernurnya. Kemudian Abu Ubaidah kembali dengan membawa harta dari Bahrain.Orang-orang Ansar mendengar kedatangan Abu Ubaidah lalu melaksanakan salat Subuh bersama Rasulullah.Setelah salat, beliau beranjak lalu mereka menghalanginya.
Ketika melihat mereka beliau tersenyum dan bersabda: Aku tahu kalian telah mendengar bahwa Abu Ubaidah telah tiba dari Bahrain dengan membawa harta upeti. Mereka berkata: Benar, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Bergembiralah dan berharaplah agar mendapatkan sesuatu yang menyenangkan kamu sekalian. Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan terhadap kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah jika kekayaan dunia dilimpahkan kepada kalian sebagaimana telah dilimpahkan kepada orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba dan akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka. (Shahih Muslim)

Ya Al Mughni, Tuhan yang memberikan kekayaan kepada hamba-Nya, Engkau memberikan kekayaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan memberikan kefakiran kepada siapa yang Engkau kehendaki.Rezeki yang sudah Engkau berikan kepada kami, jadikanlah sebagai harta kekayaan bagi kami yang mendatangkan berkah dan keselamatan bagi diri, keluarga dan bangsa kami.

Al Allah, Al Mughni, setiap rezeki dan kekayaan yang Engkau berikan kepada kami menjadi berkah hendaknya, jauhkan dari laknat yang akan merusak kepribadian kami, sering terjadi dikala ujian miskin menimpa, kami mampu menghadapi ujian itu dengan sabar dan berhasil, tapi dikala ujian kekayaan yang Engkau bentangkan, banyak diantara kami yang tidak sanggup menerimanya sehingga banyak diantara kami yang mengalami kehancuran pribadi, kehancuran keluarga dan kehancuran masyarakat hanya gara-gara sedikit kelebihan harta.

Ya Ilahi, bimbingalah kami ke jalan-Mu, walaupun hidup kami berlimpah harta kekayaan dan kekuasaan tapi tetap berada dalam jalan yang benar dengan syukur yang benar pula, begitu bila kami harus hidup dalam kekurangan, kemiskinan tapi tetaplah mempunyai kekayaan di hatinya yaitu kekayaan iman dan islam, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 02 Jumadil Awal 1432.H/ 06 April 2011.M, Jam 13;40].

Referensi;
1. Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
2. KumpulanCeramah Praktis, Mukhlis Denros, 2009
3A Riawan Amin, Republika.co.id, 2010
4.Hidayatullah.com, 2011
5.Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah, 2007
6.Hadits Web.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar