Senin, 15 Juni 2015

50. Asy Syahid, Maha Menyaksikan



ASY SYAHID
[ Maha Menyaksikan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

            Allah MahaMelihat, MahaMendengar, MahaMengetahuidanjugaMahaMenyaksikansegalaperistiwa yang terjadi di alamini, taksatupundaunkering yang jatuhketanahsemuanyadiketahuidandisaksikanoleh Allah, apalagikejadianbesar yang dialamiolehummatini, tidakakanluputdarikesaksian-Nya.

            Diapunyanama yang baikdanjugamerupakansifat-NyayaituAsySyahid, MahaMenyaksikan, kata syahidini pula yang mengiringikeimananseseorangkepada Allah denganistilahSyahadat, yaitupersaksikan. Seorangmuslimpastimengucapkanduakalimatsyahadatyaitu kata persaksiak yang menyatakanbahwaTiadaTuhan yang wajibdisembahkecuali Allahdan Muhammad sebagairasulullah. Inimerupakanpersyaratanseseorangmasuk agama islam.

Ucapan ini ialah pengakuan seorang hamba yang secara sadar mengakui ketiadaan sesuatu dan mengakui keberadaan Allah. Konsekwensi logis dari ”Tidak Ada Tuhan Selain Allah   itu ialah mengakui pula;
  1. Tidak ada hukum yang wajib ditaati selain hukum Allah. Apabila mengingkari hukum Allah berari keluar dari persaksian. Surat Al Maidah, ayat 44 menegaskan, ”Siapa yang tidak mau berhukum kepada apa yang diturunkan Allah, mereka termasuk orang-orang kafir”.
  2. Tidakada yang wajibdisembahselain Allah.
  3. Tidak ada kecintaan yang melebihi dari cinta kepada Allah.
  4. Tidak ada yang ditakuti selain dari ancaman Allah.
  5. Tidak ada yang dikagumi selain dari ciptaan Allah.
  6. Tidak ada yang disegani, dihormati, ditaati selain dari pada Allah.

            Dengan persaksian diatas, maka seseorang telah dapat dikatakan bebas merdeka, tidak diikat oleh suatu belenggu apapun, tidak dijajah oleh suatu keterikatan kepada siapapun, selain keterikatan kepada Allah Swt saja, maka ummat yang telah berikrar dengan syahadat itu bebas berbuat, bebas beribadah dan menjalankan hukum Allah sesuai dengan kehendak Allah, dengan segala kemampuan yang dimilikinya.

Di dalam kalimat syahadat terkandung aqidah, iman dan keyakinan seseorang kepada Allah dan kepada Rasul serta terhadap seluruh rangkaian rukun iman. Iman tidak sekedar ucapan di bibir tapi harus nampak pada tiga hal yaitu; perkataan dengan ucapan lisannya dapat dibuktikan keimanannya [24;51],iman juga harus terhunjam di hati sanubari yang paling dalam [8;2] serta direalisasikan melalui amal perbuatan sehari-hari [103;1-3, 2;25]

Iman yang terhunjam di hati, terucap di lisan dan teraplikasi melalui amal perbuatan sehari-hari akan membentuk iman yang istiqamah yaitu iman yang kokoh, stabil dan kuat, tidak akan lapuk karena hujan dan tidak akan lekang karena panas, Allah berfirman;
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,”Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan memperoleh syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” [Fush Shilat 41;30]

Iman yang istiqamah tidak akan tergiur oleh kondisi zaman yang berubah-ubah, ibarat batu karang yang ada di tengah lautan, walaupun dihantam oleh hujan, ombak, badai, cuaca yang tidak menentu, maka dia semakin kokoh, bahkan semakin tegar. Iman yang model begini sulit sekali membentuknya, selain dengan da’wah yang efektif juga harus disertai dengan tarbiyah zhatiyah yaitu pendidikan pribadi, sang pribadi berusaha untuk merubah dirinya dengan belajar secara individu melalui sirah para rasul dan sahabat, mengkaji buku-buku berkualitas serta hidupnya berada dalam lingkungan jama’ah shalihah yaitu lingkungan yang baik.   

Iman yang istiqamah akan membentuk tiga sikap yaitu; syaja’ah artinya jiwa keberanian dalam menghadapi seluruh asfek kehidupan, tidak ada yang dia takuti kecuali rasa takut itu sendiri [5;52], yang kedua membentuk sikap al itmi’nan yaitu ketenangan dalam hidup, tidak ada beban mental dalam menghadapi kehidupan ini, bagi dia hidup harus dijalani apa adanya, derita dan bahagia hanya dinamika hidup yang harus dinikmati, bila mendapat kebahagiaan maka layaklah bila bersyukur dan sebaliknya harus bersabar bila derita dirasakan [13;28] serta membentuk sikap tafaul yaitu sikap hidup yang optimis [24;55]

            Allah menyebutkanbahwaadaaturantertentu yang ditujukankepadaparaisterinabiyaitubolehtidakmemakaitabirdikalamerekabertemudengan orang-orang tertentu, tapiintinyaisterinabitersebutmelakukanhalitutidaklepasdaribingkaitaqwadan Allah menyaksikanketaqwaanmerekaitu;
“Tidakadadosaatasisteri-isteriNabi (untukberjumpatanpatabir) denganbapak-bapakmereka, anak-anaklaki-lakimereka, saudaralaki-lakimereka, anaklaki-lakidarisaudaralaki-lakimereka, anaklaki-lakidarisaudaramereka yang perempuan yang berimandanhambasahaya yang merekamiliki, danbertakwalahkamu (haiisteri-isteriNabi) kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahamenyaksikansegalasesuatu. “[Al Ahzab 33;55].

            Asysyahid, Allah MahaMenyaksikan, Diamengetahuiapa yang ada di langitdanapa yang ada di bumi, yang ada di langitdengansegalabintang, bulan, matahari, planet-planet danpenghunijagadrayaitu, sedangkanapa yang ada di bumi, semuabinatangmelata, manusiadantumbuh-tumbuhansertaapa yang adadalamkandunganbumi, yang sebagianbesarsangatbermanfaatbagimanusiaberupabarangtambangsebagaidevisa yang tidaksedikit;
“Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadisaksiantarakudanantaramu. Diamengetahuiapa yang di langitdan di bumi. dan orang-orang yang percayakepada yang batildaningkarkepada Allah, merekaItulah orang-orang yang merugi.”[Al Ankabut 29;52]

Allah sebagaiTuhan yang wajibdisembah, tidakadalagiTuhan yang menandingiKekuasaan-Nya, berlakuadilkepadasegalasesuatu, pengakuaninibukanhanya Allah yang menyaksikantapijugadisaksikanolehparamalaikatdan orang-orang yang berilmu, malaikatadalahmakhluk Allah yang taatkepadasegalaperintah Allah, senantiasaberibadahmenjalankantugas-tugas yang dibebankannya, malaikatadalahmakhluk yang tidakpunyaambisi, jauhdarinafsu, tidakadaarogansi, sejaksemulamalaikattidakpernahdurhakakepada Allah, sedangkanmanusiabanyak yang khianat, durhakadanberbuatkerusakan, tapibagi orang-orang yang berilmumengakuibahwaTuhan yang berhakdisembahituhanyalah Allah;
“Allah menyatakanbahwasanyatidakadaTuhanmelainkanDia (yang berhakdisembah), yang menegakkankeadilan.Para Malaikatdan orang-orang yang berilmu (jugamenyatakan yang demikianitu).takadaTuhanmelainkanDia (yang berhakdisembah), yang Maha Perkasa lagiMahaBijaksana.”[Ali Imran 3;18]

Ketika Allah menurunkanparanabidengan al kitabsebagaipedomannya, agar nabiitudiikutiolehummatnyasebagaipenyampairisalahdanmemberikanteladandalamkehidupansehari-hari, jugadilengkapidengansyariat yang dituangkandalamkitabuntukdipedomani, mengandungberbagaihalsebagaisolusiuntukmemecahkan problem manusia, makaketikaituAllahpunmenyaksikandansekaligusangkatsangsi, halinimenunjukkanketegasantentangkebenaran yang diturunkan;
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambilPerjanjiandari Para nabi: "Sungguh, apasaja yang akuberikankepadamuberupakitabdanHikmahkemudiandatangkepadamuseorangRasul yang membenarkanapa yang adapadamu, niscayakamuakansungguh-sungguhberimankepadanyadanmenolongnya". Allah berfirman: "Apakahkamumengakuidanmenerimaperjanjian-Ku terhadap yang demikianitu?" merekamenjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalaubegitusaksikanlah (hai Para Nabi) danakumenjadisaksi (pula) bersamakamu".[Ali Imran 3;81].

Orang munafiqjugamenggunakanpersaksianterhadapkenabian Muhammad Saw, bahkanpersaksiannyaitusekaligusmengakui, tapi Allah jugamenyaksikandengansebenarnyawatak orang-orang munafiqitu, imannyahanyahiasansaja;
‘’Apabila orang-orang munafikdatangkepadamu, merekaberkata: "Kami mengakui, bahwaSesungguhnyakamubenar-benarRasul Allah".dan Allah mengetahuibahwaSesungguhnyakamubenar-benarRasul-Nya; dan Allah mengetahuibahwaSesungguhnya orang-orang munafikitubenar-benar orang pendusta.’’[Al Munafiqun 63;1]

Sedikit sekali orang yang mampu istiqomah dalam keimanan karena banyaknya virus bertebaran menodai iman sehingga ada yang beriman hanya sebatas diyakini di hati saja, inilah keimanannya Fir’aun dan Iblis yang hanya mengakui kebenaran Allah dan risalah-Nya sebatas di sanubari tapi enggan mengucapkan melalui lisan dan tidak sanggup mengaplikasikan dalam amal perbuatan, wajar kalau keduanya penyeret orang kepada kesesatan.

            Ada pula yang beriman sebatas lisan saja lalu menolak keimanan melalui hati atau amal perbuatan, inilah keimanan orang-orang munafiq yang terlalu panjang Allah menceritakan kriteria mereka dalam Al Qur’an surat Al Baqarah 2;8-12
“Di antaramanusiaada yang mengatakan: "Kami berimankepada Allah danharikemudian," padahalmerekaituSesungguhnyabukan orang-orang yang beriman.merekahendakmenipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahalmerekahanyamenipudirinyasendirisedangmerekatidaksadar.dalamhatimerekaadapenyakit, laluditambah Allah penyakitnya; danbagimerekasiksa yang pedih, disebabkanmerekaberdusta.danbiladikatakankepadamereka:"Janganlahkamumembuatkerusakan di mukabumi". merekamenjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakanperbaikan."Ingatlah, SesungguhnyamerekaItulah orang-orang yang membuatkerusakan, tetapimerekatidaksadar.”

            Itulah sebagian watak munafiq yang digambarkan Allah, pengakuan iman mereka hanya sebatas hiasan bibir dengan maksud untuk menipu Allah dan orang-orang yang beriman disebabkan di hati mereka terdapat penyakit yaitu penyakit hati, yang mengingkari kebenaran agama yang diwahyukan Allah. Dengan kondisi demikian, bukannya Allah mengobati penyakit hati mereka tapi malah ditambah dengan penyakit lainnya agar kemunafiqkan mereka semakin menjadi-jadi dan militan sehingga kerusakan yang mereka lakukan seolah-olah sebuah kebaikan, semua itu dalam rangka menjerumuskan mereka ke jurang nifaq yang semakin dalam,akhirnya mempermudah mereka untuk menerima azab Allah, mereka disebut juga dengan orang yang bermuka dan berlidah dua, ibarat musang berbulu ayam, menggunting dalam lipatan menohok teman seiring sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah 2;14
.           ”Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."

AsySyahid, Allah MahaMenyaksikan, Diamengetahuitentangkeimananseseorang, apakahiman yang bercampurdengansyirikatauiman yang hanyasebatashiasanbibirsebagaimana orang-orang munafiq, atau orang yang berimandengansebenarnyakeimanan, karenaimanitutidakdiketuaiolehmanusiakecualidenganpraktekamaliyah yang dilakukan. Satuketika Ali bin Abu Thalibikutberperangpadasebuahpeperangan, ketikamusuhakandibunuhdiamengucapkankalimatsyahadat, tapimasihjugadilakukaneksekusiituhinggameninggal, nabimendapatkabartentanghalitu, Ali menyatakan, orang ituhanyapura-purasajamengucapkansyahadatsupayatidakdiperangi, rasulmenyatakan, kitahanyamelihatkeimananseseorangdariapa yang dilakukandanapa yang diaucapkan, sedangkanhatiseseorang Allah yang menyaksikannya.

Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim diceritakan bahwa Allah akan membalas dan membuka segala kepalsuan yang dilakukan manusia dikatakan bahwa pada hari kiamat akan diadili terlebih dahulu tiga golongan manusia yaitu pejuang, kaum terpelajar dan golongan hartawan. Ketiga golongan ini diperiksa satu persatu.

            Kaum pejuang ditanya, ”Apa yang telah engkau kerjakan di dunia ?” mereka menjawab, ”Saya berjuang dan bertempur pada jalan Engkau sehingga saya tewas di medan juang”, Allah menyanggah, ”Engkau berdusta, kamu tewas bukanlah karena mempertahankan  agama Allah tapi hanhya karena mengharapkan supaya kamu disebut sebagai pahlawan, tempatmu di neraka”.

            Kaum terpelajar ditanya, ”Apakah amal yang kamu kerjakan ?” mereka menjawab, ”Saya menuntut ilmu, kemudian saya ajarkan pula kepada orang lain, dalam pada itu senantiasa saya membaca Al Qur’an”, dengan keras Allah membentak mereka, ”Engkau pembohong, sebab engkau belajar dan mengajar agar digelari  orang ulama, kamu senantiasa membaca Al Qur’an supaya disebut qori’, tempatmu di neraka”.

            Kaum dermawan ditanya, ”Allah telah melapangkan hidupmu dan mengaruniakan rezeki yang banyak kepada engkau, apa yang telah kamu kerjakan dengan nikmat itu?” mereka menjawab,”Saya nafkahkan harta itu hanya supaya engkau disebut orang dermawan, tempatmupun di neraka”.

Akheratmerupakanalamsyahadah, yaitualampersaksian, tidaksatupunmanusiaakanlaridaripertanggungjawabannyawalaupunbanyakargumentasi yang disampaikansebagaipembelaan, tapiketika di akheratsemuanyajadinyata. Apakahseseorangmatidalamkeimanan, apalagimatidalammembelakebenaransehinggakategorikematiannyaadalahsyahid, ataumatikarenamembelakebathilan, semuanyaitudapatdisaksikankelak di akherat.

Dapat dipastikan bahwa orang yang membela kebenaran, berjihad di jalan Allah maka kematian bagi mereka adalah syahid, yaitu kualitas akhir kehidupan yang tidak ada balasannya kecuali syurga, niatnya ikhlas, caranya sesuai dengan apa yang diteladankan oleh Rasulullah, dan tujuannyapun mencari ridha Allah semata. Selain ini berarti bukan jihad namanya tapi jahid, kematianpun bukan mati syahid tapi mati sangit yang mengantarkan pelakunya cepat masuk neraka. Untuk itu hati-hatilah menempatkan kata ”jihad” dan ”mujahid’ secara proporsional sesuai dengan syari’at Allah. Rasulullah bersabda,”Tiada kaki seorang hamba yang telah berdebu karena perjuangan di jalan Allah tersentuh api neraka” [HR.Bukhari]

Pada hadits lainpun beliau telah menyampaikan sabdanya,”Dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka adalah; mata yang telah menangis karena takut kepada Allah dan mata yang pernah berjaga dalam fisabilillah”[HR.Turmizi].

Allah MahaMenyaksikan, saksikanlahkepada kami ya Allah bahwakebenaranitumemangbenaradanyadanberihambakekuatanuntukmengikutidanmemperjuangkankebenaranitu, dansaksikanlahkepadaya Allah bahwakebathilanitujelasbatilnyadanberilah kami kemampuanuntukmenghindaridanmenghancurkannya.

AsySyahid, Allah Yang MahaMenyaksikan, kami sudahberjanji, bersumpahdanbersaksibahwatidakadaTuhankecuali Allah dan Muhammad adalahRasul-Mu, jadikanlahkeimanan kami initetapterpeliharaya Allah, terpeliharadengankeimanan yang tauhid, terjauhdarisyirikdanterpelihara pula denganamal-amalshaleh yang kami lakukan, kelaksemuanyaakan kami saksikan di hadapan-Mu ya Allah, jadikanlahakheratbagi kami adalahtempatpersaksian yang menjanjikandenganbalasandansyurga-Mu, Wallahu a’lam [CubadakSolok, 09JumadilAwal 1432.H/ 13 April 2011.M, Jam 10;05].


Sumber;
1.DR. Yusuf Al Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam
2.Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009


1 komentar: