ASY SYAHID
[ Maha Menyaksikan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Allah
MahaMelihat, MahaMendengar, MahaMengetahuidanjugaMahaMenyaksikansegalaperistiwa
yang terjadi di alamini, taksatupundaunkering yang
jatuhketanahsemuanyadiketahuidandisaksikanoleh Allah, apalagikejadianbesar yang
dialamiolehummatini, tidakakanluputdarikesaksian-Nya.
Diapunyanama
yang baikdanjugamerupakansifat-NyayaituAsySyahid, MahaMenyaksikan, kata
syahidini pula yang mengiringikeimananseseorangkepada Allah denganistilahSyahadat,
yaitupersaksikan. Seorangmuslimpastimengucapkanduakalimatsyahadatyaitu kata
persaksiak yang menyatakanbahwaTiadaTuhan yang wajibdisembahkecuali Allahdan
Muhammad sebagairasulullah. Inimerupakanpersyaratanseseorangmasuk agama islam.
Ucapan ini ialah pengakuan seorang hamba yang
secara sadar mengakui ketiadaan sesuatu dan mengakui keberadaan Allah.
Konsekwensi logis dari ”Tidak Ada Tuhan
Selain Allah ” itu ialah mengakui
pula;
- Tidak ada hukum yang wajib ditaati selain hukum Allah. Apabila mengingkari hukum Allah berari keluar dari persaksian. Surat Al Maidah, ayat 44 menegaskan, ”Siapa yang tidak mau berhukum kepada apa yang diturunkan Allah, mereka termasuk orang-orang kafir”.
- Tidakada yang wajibdisembahselain Allah.
- Tidak ada kecintaan yang melebihi dari cinta kepada Allah.
- Tidak ada yang ditakuti selain dari ancaman Allah.
- Tidak ada yang dikagumi selain dari ciptaan Allah.
- Tidak ada yang disegani, dihormati, ditaati selain dari pada Allah.
Dengan persaksian diatas,
maka seseorang telah dapat dikatakan bebas merdeka, tidak diikat oleh suatu
belenggu apapun, tidak dijajah oleh suatu keterikatan kepada siapapun, selain
keterikatan kepada Allah Swt saja, maka ummat yang telah berikrar dengan
syahadat itu bebas berbuat, bebas beribadah dan menjalankan hukum Allah sesuai
dengan kehendak Allah, dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
Di dalam kalimat syahadat terkandung aqidah, iman
dan keyakinan seseorang kepada Allah dan kepada Rasul serta terhadap seluruh
rangkaian rukun iman. Iman tidak sekedar ucapan di bibir tapi harus nampak pada
tiga hal yaitu; perkataan dengan ucapan lisannya dapat dibuktikan keimanannya
[24;51],iman juga harus terhunjam di hati sanubari yang paling dalam [8;2]
serta direalisasikan melalui amal perbuatan sehari-hari [103;1-3, 2;25]
Iman yang terhunjam di hati, terucap di lisan dan
teraplikasi melalui amal perbuatan sehari-hari akan membentuk iman yang
istiqamah yaitu iman yang kokoh, stabil dan kuat, tidak akan lapuk karena hujan
dan tidak akan lekang karena panas, Allah berfirman;
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan,”Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan
“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan gembirakanlah
mereka dengan memperoleh syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” [Fush Shilat 41;30]
Iman yang istiqamah tidak akan tergiur oleh
kondisi zaman yang berubah-ubah, ibarat batu karang yang ada di tengah lautan,
walaupun dihantam oleh hujan, ombak, badai, cuaca yang tidak menentu, maka dia
semakin kokoh, bahkan semakin tegar. Iman yang model begini sulit sekali
membentuknya, selain dengan da’wah yang efektif juga harus disertai dengan
tarbiyah zhatiyah yaitu pendidikan pribadi, sang pribadi berusaha untuk merubah
dirinya dengan belajar secara individu melalui sirah para rasul dan sahabat,
mengkaji buku-buku berkualitas serta hidupnya berada dalam lingkungan jama’ah
shalihah yaitu lingkungan yang baik.
Iman yang istiqamah
akan membentuk tiga sikap yaitu; syaja’ah
artinya jiwa keberanian dalam menghadapi seluruh asfek kehidupan, tidak ada
yang dia takuti kecuali rasa takut itu sendiri [5;52], yang kedua membentuk
sikap al itmi’nan yaitu ketenangan
dalam hidup, tidak ada beban mental dalam menghadapi kehidupan ini, bagi dia
hidup harus dijalani apa adanya, derita dan bahagia hanya dinamika hidup yang
harus dinikmati, bila mendapat kebahagiaan maka layaklah bila bersyukur dan
sebaliknya harus bersabar bila derita dirasakan [13;28] serta membentuk sikap tafaul yaitu sikap hidup yang optimis
[24;55]
Allah
menyebutkanbahwaadaaturantertentu yang
ditujukankepadaparaisterinabiyaitubolehtidakmemakaitabirdikalamerekabertemudengan
orang-orang tertentu,
tapiintinyaisterinabitersebutmelakukanhalitutidaklepasdaribingkaitaqwadan Allah
menyaksikanketaqwaanmerekaitu;
“Tidakadadosaatasisteri-isteriNabi
(untukberjumpatanpatabir) denganbapak-bapakmereka, anak-anaklaki-lakimereka,
saudaralaki-lakimereka, anaklaki-lakidarisaudaralaki-lakimereka,
anaklaki-lakidarisaudaramereka yang perempuan yang berimandanhambasahaya yang
merekamiliki, danbertakwalahkamu (haiisteri-isteriNabi) kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Mahamenyaksikansegalasesuatu. “[Al Ahzab 33;55].
Asysyahid,
Allah MahaMenyaksikan, Diamengetahuiapa yang ada di langitdanapa yang ada di
bumi, yang ada di langitdengansegalabintang, bulan, matahari, planet-planet
danpenghunijagadrayaitu, sedangkanapa yang ada di bumi, semuabinatangmelata,
manusiadantumbuh-tumbuhansertaapa yang adadalamkandunganbumi, yang
sebagianbesarsangatbermanfaatbagimanusiaberupabarangtambangsebagaidevisa yang
tidaksedikit;
“Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadisaksiantarakudanantaramu.
Diamengetahuiapa yang di langitdan di bumi. dan orang-orang yang percayakepada
yang batildaningkarkepada Allah, merekaItulah orang-orang yang merugi.”[Al
Ankabut 29;52]
Allah
sebagaiTuhan yang wajibdisembah, tidakadalagiTuhan yang menandingiKekuasaan-Nya,
berlakuadilkepadasegalasesuatu, pengakuaninibukanhanya Allah yang
menyaksikantapijugadisaksikanolehparamalaikatdan orang-orang yang berilmu,
malaikatadalahmakhluk Allah yang taatkepadasegalaperintah Allah,
senantiasaberibadahmenjalankantugas-tugas yang dibebankannya,
malaikatadalahmakhluk yang tidakpunyaambisi, jauhdarinafsu, tidakadaarogansi,
sejaksemulamalaikattidakpernahdurhakakepada Allah, sedangkanmanusiabanyak yang
khianat, durhakadanberbuatkerusakan, tapibagi orang-orang yang berilmumengakuibahwaTuhan
yang berhakdisembahituhanyalah Allah;
“Allah menyatakanbahwasanyatidakadaTuhanmelainkanDia (yang
berhakdisembah), yang menegakkankeadilan.Para Malaikatdan orang-orang yang
berilmu (jugamenyatakan yang demikianitu).takadaTuhanmelainkanDia (yang
berhakdisembah), yang Maha Perkasa lagiMahaBijaksana.”[Ali Imran 3;18]
Ketika Allah
menurunkanparanabidengan al kitabsebagaipedomannya, agar
nabiitudiikutiolehummatnyasebagaipenyampairisalahdanmemberikanteladandalamkehidupansehari-hari,
jugadilengkapidengansyariat yang dituangkandalamkitabuntukdipedomani,
mengandungberbagaihalsebagaisolusiuntukmemecahkan problem manusia,
makaketikaituAllahpunmenyaksikandansekaligusangkatsangsi,
halinimenunjukkanketegasantentangkebenaran yang diturunkan;
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambilPerjanjiandari Para nabi:
"Sungguh, apasaja yang akuberikankepadamuberupakitabdanHikmahkemudiandatangkepadamuseorangRasul
yang membenarkanapa yang adapadamu,
niscayakamuakansungguh-sungguhberimankepadanyadanmenolongnya". Allah
berfirman: "Apakahkamumengakuidanmenerimaperjanjian-Ku terhadap yang
demikianitu?" merekamenjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman:
"Kalaubegitusaksikanlah (hai Para Nabi) danakumenjadisaksi (pula)
bersamakamu".[Ali Imran 3;81].
Orang
munafiqjugamenggunakanpersaksianterhadapkenabian Muhammad Saw,
bahkanpersaksiannyaitusekaligusmengakui, tapi Allah
jugamenyaksikandengansebenarnyawatak orang-orang munafiqitu,
imannyahanyahiasansaja;
‘’Apabila orang-orang
munafikdatangkepadamu, merekaberkata: "Kami mengakui,
bahwaSesungguhnyakamubenar-benarRasul Allah".dan Allah
mengetahuibahwaSesungguhnyakamubenar-benarRasul-Nya; dan Allah
mengetahuibahwaSesungguhnya orang-orang munafikitubenar-benar orang pendusta.’’[Al
Munafiqun 63;1]
Sedikit sekali orang yang mampu istiqomah dalam
keimanan karena banyaknya virus bertebaran menodai iman sehingga ada yang
beriman hanya sebatas diyakini di hati saja, inilah keimanannya Fir’aun dan
Iblis yang hanya mengakui kebenaran Allah dan risalah-Nya sebatas di sanubari
tapi enggan mengucapkan melalui lisan dan tidak sanggup mengaplikasikan dalam
amal perbuatan, wajar kalau keduanya penyeret orang kepada kesesatan.
Ada pula yang beriman
sebatas lisan saja lalu menolak keimanan melalui hati atau amal perbuatan,
inilah keimanan orang-orang munafiq yang terlalu panjang Allah menceritakan
kriteria mereka dalam Al Qur’an surat Al Baqarah 2;8-12
“Di antaramanusiaada
yang mengatakan: "Kami berimankepada Allah danharikemudian,"
padahalmerekaituSesungguhnyabukan orang-orang yang beriman.merekahendakmenipu
Allah dan orang-orang yang beriman,
Padahalmerekahanyamenipudirinyasendirisedangmerekatidaksadar.dalamhatimerekaadapenyakit,
laluditambah Allah penyakitnya; danbagimerekasiksa yang pedih,
disebabkanmerekaberdusta.danbiladikatakankepadamereka:"Janganlahkamumembuatkerusakan
di mukabumi". merekamenjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang
Mengadakanperbaikan."Ingatlah, SesungguhnyamerekaItulah orang-orang yang
membuatkerusakan, tetapimerekatidaksadar.”
Itulah sebagian watak
munafiq yang digambarkan Allah, pengakuan iman mereka hanya sebatas hiasan
bibir dengan maksud untuk menipu Allah dan orang-orang yang beriman disebabkan
di hati mereka terdapat penyakit yaitu penyakit hati, yang mengingkari
kebenaran agama yang diwahyukan Allah. Dengan kondisi demikian, bukannya Allah
mengobati penyakit hati mereka tapi malah ditambah dengan penyakit lainnya agar
kemunafiqkan mereka semakin menjadi-jadi dan militan sehingga kerusakan yang
mereka lakukan seolah-olah sebuah kebaikan, semua itu dalam rangka
menjerumuskan mereka ke jurang nifaq yang semakin dalam,akhirnya mempermudah
mereka untuk menerima azab Allah, mereka disebut juga dengan orang yang bermuka
dan berlidah dua, ibarat musang berbulu ayam, menggunting dalam lipatan menohok
teman seiring sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah 2;14
. ”Dan bila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman".
Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan:
"Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."
AsySyahid,
Allah MahaMenyaksikan, Diamengetahuitentangkeimananseseorang, apakahiman yang
bercampurdengansyirikatauiman yang hanyasebatashiasanbibirsebagaimana
orang-orang munafiq, atau orang yang berimandengansebenarnyakeimanan,
karenaimanitutidakdiketuaiolehmanusiakecualidenganpraktekamaliyah yang
dilakukan. Satuketika Ali bin Abu Thalibikutberperangpadasebuahpeperangan,
ketikamusuhakandibunuhdiamengucapkankalimatsyahadat,
tapimasihjugadilakukaneksekusiituhinggameninggal,
nabimendapatkabartentanghalitu, Ali menyatakan, orang
ituhanyapura-purasajamengucapkansyahadatsupayatidakdiperangi, rasulmenyatakan,
kitahanyamelihatkeimananseseorangdariapa yang dilakukandanapa yang diaucapkan,
sedangkanhatiseseorang Allah yang menyaksikannya.
Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim diceritakan
bahwa Allah akan membalas dan membuka segala kepalsuan yang dilakukan manusia
dikatakan bahwa pada hari kiamat akan diadili terlebih dahulu tiga golongan
manusia yaitu pejuang, kaum terpelajar dan golongan hartawan. Ketiga golongan
ini diperiksa satu persatu.
Kaum pejuang ditanya, ”Apa yang telah engkau kerjakan di dunia ?”
mereka menjawab, ”Saya berjuang dan
bertempur pada jalan Engkau sehingga saya tewas di medan juang”, Allah
menyanggah, ”Engkau berdusta, kamu tewas
bukanlah karena mempertahankan agama
Allah tapi hanhya karena mengharapkan supaya kamu disebut sebagai pahlawan,
tempatmu di neraka”.
Kaum terpelajar ditanya, ”Apakah amal yang kamu kerjakan ?”
mereka menjawab, ”Saya menuntut ilmu,
kemudian saya ajarkan pula kepada orang lain, dalam pada itu senantiasa saya
membaca Al Qur’an”, dengan keras Allah membentak mereka, ”Engkau pembohong, sebab engkau belajar dan
mengajar agar digelari orang ulama, kamu
senantiasa membaca Al Qur’an supaya disebut qori’, tempatmu di neraka”.
Kaum dermawan ditanya, ”Allah telah melapangkan hidupmu dan
mengaruniakan rezeki yang banyak kepada engkau, apa yang telah kamu kerjakan
dengan nikmat itu?” mereka menjawab,”Saya
nafkahkan harta itu hanya supaya engkau disebut orang dermawan, tempatmupun di
neraka”.
Akheratmerupakanalamsyahadah,
yaitualampersaksian,
tidaksatupunmanusiaakanlaridaripertanggungjawabannyawalaupunbanyakargumentasi
yang disampaikansebagaipembelaan, tapiketika di akheratsemuanyajadinyata.
Apakahseseorangmatidalamkeimanan, apalagimatidalammembelakebenaransehinggakategorikematiannyaadalahsyahid,
ataumatikarenamembelakebathilan, semuanyaitudapatdisaksikankelak di akherat.
Dapat dipastikan bahwa orang yang membela
kebenaran, berjihad di jalan Allah maka kematian bagi mereka adalah syahid,
yaitu kualitas akhir kehidupan yang tidak ada balasannya kecuali syurga,
niatnya ikhlas, caranya sesuai dengan apa yang diteladankan oleh Rasulullah,
dan tujuannyapun mencari ridha Allah semata. Selain ini berarti bukan jihad
namanya tapi jahid, kematianpun bukan mati syahid tapi mati sangit yang
mengantarkan pelakunya cepat masuk neraka. Untuk itu hati-hatilah menempatkan
kata ”jihad” dan ”mujahid’ secara proporsional sesuai dengan syari’at Allah.
Rasulullah bersabda,”Tiada kaki seorang
hamba yang telah berdebu karena perjuangan di jalan Allah tersentuh api neraka”
[HR.Bukhari]
Pada hadits lainpun beliau telah menyampaikan
sabdanya,”Dua mata yang tidak akan
tersentuh api neraka adalah; mata yang telah menangis karena takut kepada Allah
dan mata yang pernah berjaga dalam fisabilillah”[HR.Turmizi].
Allah
MahaMenyaksikan, saksikanlahkepada kami ya Allah
bahwakebenaranitumemangbenaradanyadanberihambakekuatanuntukmengikutidanmemperjuangkankebenaranitu,
dansaksikanlahkepadaya Allah bahwakebathilanitujelasbatilnyadanberilah kami
kemampuanuntukmenghindaridanmenghancurkannya.
AsySyahid,
Allah Yang MahaMenyaksikan, kami sudahberjanji,
bersumpahdanbersaksibahwatidakadaTuhankecuali Allah dan Muhammad
adalahRasul-Mu, jadikanlahkeimanan kami initetapterpeliharaya Allah,
terpeliharadengankeimanan yang tauhid, terjauhdarisyirikdanterpelihara pula
denganamal-amalshaleh yang kami lakukan, kelaksemuanyaakan kami saksikan di
hadapan-Mu ya Allah, jadikanlahakheratbagi kami adalahtempatpersaksian yang menjanjikandenganbalasandansyurga-Mu,
Wallahu
a’lam [CubadakSolok, 09JumadilAwal 1432.H/ 13 April 2011.M, Jam 10;05].
Sumber;
1.DR.
Yusuf Al Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam
2.Al
Qur'an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
3.Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
mantap
BalasHapus