Rabu, 10 Juni 2015

84. Al Mu'iiz, Yang Memuliakan




AL MU’IIZ
[ Yang Memuliakan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


            Allah memiliki sifat Al Mu’iiz, artinya Yang Memuliakan, Dia Yang Mulia dengan segala kekuasaan-Nya memberikan kemuliaan kepada hamba-Nya, Dia muliakan hamba-Nya yang mau dan mampu untuk beriman dan beramal shaleh. Dia muliakan hamba-Nya dengan berbagai fasilitas hidup di dunia ini, berupa harta dan kekayaan, kekuasaan dan kerajaan serta kemuliaan lainnya, perbendaharaan langit dan bumi ini berada dalam genggaman-Nya sehingga dia berhak untuk memberikan kekuasaan dan kemuliaan kepada siapa saja menurut kehendak-Nya; 
”Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Ali Imran 3;26]

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan perangkat tersendiri dan unik, dia memiliki kekhasan dan sifat-sifat tersendiri, jauh berbeda dengan makhluk lain seperti hewan, jin ataupun malaikat. Allah menerangkan dalam beberapa ayat-Nya tentang kemuliaan manusia yang diberikan Allah, agar kemuliaan itu dijaga dengan baik sebagai modal meraih berkah dan ridha-Nya, kemuliaan manusia itu diantaranya;

            Pertama, manusia adalah makhuk yang termulia dibandingkan dengan makhluk lainnya, dengan posisinya itulah manusia dituntut untuk selalu menjaga agar jangan jatuh pada tempat yang hina, sebab orang yang mulia bila melakukan sebuah aktivitas melanggar kemuliaannya maka posisinya jauh lebih hina dari makhluk yang hina;
            “Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan”[Al Isra’ 17;70]

            Kedua, manusia adalah makhluk yang paling indah bentuk dan kejadiannya yang terdiri dari tiga unsur yaitu akal, jasmani dan rohani. Ketiga unsur ini perlu dijaga sehingga keindahan manusia tetap terjamin. Salah satu saja terabaikan maka kehidupan manusia akan pincang atau salah satu saja yang diperioritaskan juga tidaklah sempurna, bahkan Allah akan menilai manusia bukan dari bentuk tubuh dan indahnya manusia tapi juga keindahan hati yang terbingkai dengan nilai-nilai rohani, sebagaimana sabda Rasulullah,”Sesungguhnya Allah tidak memandang jasadmu dan tidak pula bentuk wajahmu akan tetapi yang akan dipandang Allah adalah hati-hatimu”. Bahkan seorang ulama  menyatakan bahwa manusia itu dikatakan manusia bukan karena jasad dan akalnya tapi karena hati nurani yang dimilikinya;
             “‘Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),’”[At Tin 95;4-5]

            Ketiga,            manusia adalah makhluk yang diberi kemampuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan dibekali dengan alat-alat yang mendukungnya dalam meraih ilmu tersebut, ketinggian posisi nabi Adam dibandingkan malaikat karena ilmunya demikian pula halnya ayat pertama kali turun kepada ummat ini bukanlah masalah shalat dan ibadah tapi yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yaitu “Iqra” dengan pengertian bacalah, kajilah dan telitilah sehingga menemukan hikmah.
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[Al Mujadalah 58;11]

            Adapun alat yang dibekali Allah kepada manusia untuk mencapai ilmu pengetahuan tersebut adalah berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati [16;78], lisan dan kalam. Rasul mengisaratkan kepada kita agar meraih posisi terhormat di dunia dan akherat harus dengan ilmu pengetahuan;
            “Barangsiapa yang akan mencari posisi terhormat di dunia maka carilah dengan ilmu, barangsiapa yang ingin meraih kedudukan mulia di akherat maka  raihlah dengan ilmu,siapa saja yang ingin memperoleh keduanya juga dengan ilmu”

Keempat,  manusia itu diposisikan oleh Allah di dunia ini sebagai Khalifah Allah yang memiliki fungsi dan tugas sebagai pemimpin yang mengatur bumi berdasarkan petunjuk dan undang-undang Allah. Kepemimpinan yang tidak berdasarkan undang-undang Allah bukanlah khalifah Allah tapi adalah kepemimpinan thaghut atau dajjal yang merusak dan menghancurkan dunia ini ;
            ’ Katakanlah: " dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran kami silih berganti agar mereka memahami(nya)".[Al An’am 6;65]

            Khalifah Allah juga harus memakmurkan bumi dan mengeluarkan potensi yang terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan ummat manusia berdasarkan petunjuk dan aturan Allah [11;61], bukanlah khalifah Allah bila kepemimpinan itu memakmurkan pribaid, keluarga dan konco-konconya. Rasulullah adalah pemimpin yang merasakan sakit dahulu sebelum rakyatnya merasakan, bila senang maka dialah orang yang terakhir merasakan kesenangan itu.

            Khalifah Allah juga memfungsikan kepemimpinannya untuk menyebarkan keadilan dan kemaslahatan bagi masyarakatnya bukan menzhalimi ummat dengan kekuasaan yang dimilikinya ;
            ’ Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”[Al Hadid 57;25]

            Kelima, manusia itu dimuliakan Allah karena ketaqwaannya, hal ini adil, bila kemuliaan berdasarkan harta maka banyak orang yang terhinakan karena begitu banyak orang yang miski, bila kemuliaan hanya dari kekuasaan maka banyak orang yang hina karena dia tidak punya kekuasaan, taqwa merupakan tolak ukur kemuliaan seseorang di hadapan Allah;
”Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”.[Al Hujurat 49;13]

Imam Al Ghazali mengartikan taqwa dengan ; T; Tawakal yaitu menyerahkan hasil usaha kepada Allah setelah maksimal berusaha,  Q; Qona’ah artinya sikap hidup yang tidak boros dan berangan-angan tinggi. Dia terima dengan rasa syukur apa yang diperoleh hari ini, tetapi tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk masa depan, W; Wara’ artinya berhati-hati terhadap barang yang syubhat, orang yang bertaqwa ditinggalkannya yang syubhat ini, Y ; Yakin artinya kepercayaan yang semakin dalam kepada Allah, Rasul dan Syari’at-Nya.  Allah memerintahakan kepada kita untuk bertaqwa sebagaimana firman-Nya;
" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”.[Al Hasyr 59;18-19].

Keenam; Allah muliakan ummat islam dibandingkan dengan umat-umat lainnya dengan julukan ”Khairu Ummah” yaitu ummat terbaik karena mempunyai karakter khusus yaitu; beriman, beramar ma’ruf dan bernahi mungkar;
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" [Ali Imran 3;110].

Allah Al Mu’iiz, Yang Memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya, kemuliaan yang tinggi adalah kemuliaan karena  iman dan amal shaleh, sedangkan yang lainnya adalah kemuliaan pelengkap dalam hidup. Kemuliaan hak semua orang untuk mendapatkannya, apakah dia lelaki ataupun wanita, Allah memberikan kemuliaan kepada wanita dengan beberapa derajat diantaranya ucapan Rasulullah yang menyatakan,”Syurga itu berada di bawah kaki seorang ibu”, atau ungkapan nabi yang menyatakan,”Tidak akan memuliakan wanita kecuali lelaki yang mulia”.Rasul juga menyatakan” Wanita adalah tiang negara, bila ia baik maka baiklah negara dan bila ia rusak maka rusaklah negara”.

Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Nabi Allah, apakah sebabnya hanya laki-laki yang banyak disebut dalam Al Qur'an, sedang wanita tidak disebut". Sesudah pertanyaan tersebut karena hanya merasa laki-laki saja yang disebut berjihad, berperan dan beramal luas, maka Rasulullah Saw membacakan firman Allah pada surat Al Ahzab 33;35
''Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar''

Dari ayat diatas ada sepuluh peran wanita dalam kehidupannya bersama lelaki sehingga kedudukannya tidak berbeda untuk meraih kebaikan dari Allah, dengan peran itu wanitapun akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar dari Allah

Allah Al Mu’iiz, Yang Memuliakan, Engkau berhak memuliakan makhluk-Mu termasuk manusia dengan berbagai kemuliaan, ada yang mulia karena hartanya, ada yang dimuliakan karena kekuasaan, ada yang mulia karena ilmu, karena ketampanan, tapi kemuliaan yang abadi disisi-Mu adalah karena ketaqwaa dan amal shaleh yang dilakukan. Mulikanlah kami ya Allah karena nilai-nilai Ilahiyyah yang ada pada kami, bimbinglah kami dengan hidayah-Mu untuk menggapai kemuliaan itu.

Ya Al Mu’iiz, tinggikan hamba karena iman dan islam yang hamba miliki, muliakan hamba karena ilmu dan amal yang shaleh, tetaplah hamba dalam kemuliaan yang Engkau ridhai, janganlah hamba dihinakan setelah mulia bersama-Mu, Engkaulah Yang Maha Mulia, tiada kemuliaan lain yang menandingi kemuliaan-Mu, kemuliaan lain pudar ketika berada dengan kemuliaan-Mu,  Wallahu a’lam [CubadakSolok, 23 JumadilAwal 1432.H/ 27 April 2011.M, Jam 20;54].

Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros, 2009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar