AL MU’IIZ
[ Yang Memuliakan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Allah
memiliki sifat Al Mu’iiz, artinya Yang Memuliakan, Dia Yang Mulia dengan segala
kekuasaan-Nya memberikan kemuliaan kepada hamba-Nya, Dia muliakan hamba-Nya
yang mau dan mampu untuk beriman dan beramal shaleh. Dia muliakan hamba-Nya
dengan berbagai fasilitas hidup di dunia ini, berupa harta dan kekayaan,
kekuasaan dan kerajaan serta kemuliaan lainnya, perbendaharaan langit dan bumi
ini berada dalam genggaman-Nya sehingga dia berhak untuk memberikan kekuasaan
dan kemuliaan kepada siapa saja menurut kehendak-Nya;
”Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Ali Imran 3;26]
Manusia adalah makhluk
yang diciptakan Allah dengan perangkat tersendiri dan unik, dia memiliki
kekhasan dan sifat-sifat tersendiri, jauh berbeda dengan makhluk lain seperti
hewan, jin ataupun malaikat. Allah menerangkan dalam beberapa ayat-Nya tentang
kemuliaan manusia yang diberikan Allah, agar kemuliaan itu dijaga dengan baik
sebagai modal meraih berkah dan ridha-Nya, kemuliaan manusia itu diantaranya;
Pertama,
manusia adalah makhuk yang termulia dibandingkan dengan makhluk lainnya, dengan
posisinya itulah manusia dituntut untuk selalu menjaga agar jangan jatuh pada
tempat yang hina, sebab orang yang mulia bila melakukan sebuah aktivitas
melanggar kemuliaannya maka posisinya jauh lebih hina dari makhluk yang hina;
“Dan
Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami
ciptakan”[Al Isra’ 17;70]
Kedua,
manusia adalah makhluk yang paling indah bentuk dan kejadiannya yang terdiri
dari tiga unsur yaitu akal, jasmani dan rohani. Ketiga unsur ini perlu dijaga
sehingga keindahan manusia tetap terjamin. Salah satu saja terabaikan maka
kehidupan manusia akan pincang atau salah satu saja yang diperioritaskan juga
tidaklah sempurna, bahkan Allah akan menilai manusia bukan dari bentuk tubuh
dan indahnya manusia tapi juga keindahan hati yang terbingkai dengan
nilai-nilai rohani, sebagaimana sabda Rasulullah,”Sesungguhnya Allah tidak
memandang jasadmu dan tidak pula bentuk wajahmu akan tetapi yang akan dipandang
Allah adalah hati-hatimu”. Bahkan seorang ulama menyatakan bahwa manusia itu dikatakan
manusia bukan karena jasad dan akalnya tapi karena hati nurani yang dimilikinya;
“‘Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya .Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka),’”[At Tin 95;4-5]
Ketiga,
manusia adalah makhluk yang
diberi kemampuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan dibekali dengan
alat-alat yang mendukungnya dalam meraih ilmu tersebut, ketinggian posisi nabi
Adam dibandingkan malaikat karena ilmunya demikian pula halnya ayat pertama
kali turun kepada ummat ini bukanlah masalah shalat dan ibadah tapi yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan yaitu “Iqra” dengan pengertian bacalah, kajilah dan
telitilah sehingga menemukan hikmah.
”Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.[Al Mujadalah 58;11]
Adapun
alat yang dibekali Allah kepada manusia untuk mencapai ilmu pengetahuan tersebut
adalah berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati [16;78], lisan
dan kalam. Rasul mengisaratkan kepada kita agar meraih posisi terhormat di
dunia dan akherat harus dengan ilmu pengetahuan;
“Barangsiapa
yang akan mencari posisi terhormat di dunia maka carilah dengan ilmu,
barangsiapa yang ingin meraih kedudukan mulia di akherat maka raihlah dengan ilmu,siapa saja yang ingin
memperoleh keduanya juga dengan ilmu”
Keempat, manusia itu diposisikan oleh
Allah di dunia ini sebagai Khalifah Allah yang memiliki fungsi dan tugas
sebagai pemimpin yang mengatur bumi berdasarkan petunjuk dan undang-undang
Allah. Kepemimpinan yang tidak berdasarkan undang-undang Allah bukanlah
khalifah Allah tapi adalah kepemimpinan thaghut atau dajjal yang merusak dan
menghancurkan dunia ini ;
’
Katakanlah: " dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari
atas kamu atau dari bawah kakimu atau dia mencampurkan kamu dalam
golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian
kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan
tanda-tanda kebesaran kami silih berganti agar mereka memahami(nya)".[Al
An’am 6;65]
Khalifah
Allah juga harus memakmurkan bumi dan mengeluarkan potensi yang terkandung di
dalamnya untuk kesejahteraan ummat manusia berdasarkan petunjuk dan aturan
Allah [11;61], bukanlah khalifah Allah bila kepemimpinan itu memakmurkan
pribaid, keluarga dan konco-konconya. Rasulullah adalah pemimpin yang merasakan
sakit dahulu sebelum rakyatnya merasakan, bila senang maka dialah orang yang
terakhir merasakan kesenangan itu.
Khalifah
Allah juga memfungsikan kepemimpinannya untuk menyebarkan keadilan dan
kemaslahatan bagi masyarakatnya bukan menzhalimi ummat dengan kekuasaan yang
dimilikinya ;
’
Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi
yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang
menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”[Al Hadid 57;25]
Kelima, manusia itu dimuliakan Allah
karena ketaqwaannya, hal ini adil, bila kemuliaan berdasarkan harta maka banyak
orang yang terhinakan karena begitu banyak orang yang miski, bila kemuliaan
hanya dari kekuasaan maka banyak orang yang hina karena dia tidak punya
kekuasaan, taqwa merupakan tolak ukur kemuliaan seseorang di hadapan Allah;
”Hai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.”.[Al Hujurat 49;13]
Imam Al Ghazali mengartikan taqwa dengan ; T; Tawakal yaitu menyerahkan hasil usaha
kepada Allah setelah maksimal berusaha,
Q; Qona’ah artinya sikap
hidup yang tidak boros dan berangan-angan tinggi. Dia terima dengan rasa syukur
apa yang diperoleh hari ini, tetapi tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
masa depan, W; Wara’ artinya
berhati-hati terhadap barang yang syubhat, orang yang bertaqwa ditinggalkannya
yang syubhat ini, Y ; Yakin
artinya kepercayaan yang semakin dalam kepada Allah, Rasul dan
Syari’at-Nya. Allah memerintahakan
kepada kita untuk bertaqwa sebagaimana firman-Nya;
" Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu
seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa
kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”.[Al Hasyr
59;18-19].
Keenam; Allah muliakan ummat islam dibandingkan dengan
umat-umat lainnya dengan julukan ”Khairu Ummah” yaitu ummat terbaik karena
mempunyai karakter khusus yaitu; beriman, beramar ma’ruf dan bernahi mungkar;
"Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" [Ali Imran
3;110].
Allah Al Mu’iiz, Yang
Memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya, kemuliaan yang tinggi adalah kemuliaan
karena iman dan amal shaleh, sedangkan
yang lainnya adalah kemuliaan pelengkap dalam hidup. Kemuliaan hak semua orang
untuk mendapatkannya, apakah dia lelaki ataupun wanita, Allah memberikan
kemuliaan kepada wanita dengan beberapa derajat diantaranya ucapan Rasulullah
yang menyatakan,”Syurga itu berada di bawah kaki seorang ibu”, atau ungkapan
nabi yang menyatakan,”Tidak akan memuliakan wanita kecuali lelaki yang mulia”.Rasul juga menyatakan” Wanita adalah tiang negara, bila ia baik maka baiklah negara dan bila
ia rusak maka rusaklah negara”.
Ummu Salamah pernah
bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Nabi Allah, apakah sebabnya hanya
laki-laki yang banyak disebut dalam Al Qur'an, sedang wanita tidak
disebut". Sesudah pertanyaan tersebut karena hanya merasa laki-laki saja
yang disebut berjihad, berperan dan beramal luas, maka Rasulullah Saw membacakan
firman Allah pada surat Al Ahzab 33;35
''Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar''
Dari ayat diatas ada sepuluh peran wanita dalam
kehidupannya bersama lelaki sehingga kedudukannya tidak berbeda untuk meraih
kebaikan dari Allah, dengan peran itu wanitapun akan mendapatkan ampunan dan
pahala yang besar dari Allah
Allah Al Mu’iiz, Yang
Memuliakan, Engkau berhak memuliakan makhluk-Mu termasuk manusia dengan
berbagai kemuliaan, ada yang mulia karena hartanya, ada yang dimuliakan karena
kekuasaan, ada yang mulia karena ilmu, karena ketampanan, tapi kemuliaan yang
abadi disisi-Mu adalah karena ketaqwaa dan amal shaleh yang dilakukan.
Mulikanlah kami ya Allah karena nilai-nilai Ilahiyyah yang ada pada kami,
bimbinglah kami dengan hidayah-Mu untuk menggapai kemuliaan itu.
Ya Al Mu’iiz,
tinggikan hamba karena iman dan islam yang hamba miliki, muliakan hamba karena
ilmu dan amal yang shaleh, tetaplah hamba dalam kemuliaan yang Engkau ridhai,
janganlah hamba dihinakan setelah mulia bersama-Mu, Engkaulah Yang Maha Mulia,
tiada kemuliaan lain yang menandingi kemuliaan-Mu, kemuliaan lain pudar ketika
berada dengan kemuliaan-Mu, Wallahu a’lam [CubadakSolok,
23 JumadilAwal 1432.H/ 27 April 2011.M, Jam 20;54].
Referensi;
1.KuliahTafsir,
Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis,
Drs.MukhlisDenros, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar