Rabu, 10 Juni 2015

86. Al Fattah, Yang Maha Pembuka Rahmat



AL FATTAH
[ Yang Maha Pembuka Rahmat]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


                Al Fattah, inilah salah satu nama-nama baik Allah dan sifat-Nya yang mulia, terangkum dalam asma ul husna, artinya Yang Memberi Keputusan, Yang Membuka jalan atau Yang Pembuka  Rahmat. Dia yang memberikan keputusan atas segala kejadian tanpa ada yang dapat menghalangi keputusan-Nya itu, Dia yang membuka jalan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, jalan kebenaran, jalan kehidupan dan jalan rezeki, Dia yang membuka rahmat-Nya kepada makhuk-Nya dan rahmat itulah yang diharapkan oleh semua makhluk apalagi orang-orang yang beriman;
”Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui".[Saba’ 34;26]
Banyak pintu rahmat yang dibukakan Allah kepada hamba-Nya, yang rahmat itu sangat berguna bagi kehidupannya, diantara rahmat itu adalah kehidupan yang baik di dunia sebagaimana yang difirmankan Allah;
"Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dan dia (dalam keadaan) beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia). dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (di akhirat kelak)" (Q.S an-Nahl: 97).
Ibnu Abbas, Ali bin Abi Thalhah, Ikrimah dan Wahab bin Munabbih dan selainnya dari kalangan Shahabat radhiyallahu ‘anhum pernah menuturkan sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir di dalam tafsirnya ketika memberikan penjelasan terhadap ayat tersebut, bahwa yang dimaksud dengan kehidupan yang baik di dunia adalah Allah akan memberikan rizki yang halal dan baik, timbulnya rasa qana'ah (perasaan cukup) dengan apa yang telah Allah anugerahkan dan karuniakan, serta mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan di dalamnya.
Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah memberikan penegasan sebagaimana yang termaktub dalam hadits riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak akan mendhalimi kebaikan seorang mukmin, dengan kebaikan itu ia akan diberi rizki di dunia dan diberi balasan diakhirat. Adapun orang kafir maka dengan kebaikan-kebaikan amal yang ia kerjakan karena Allah, ia diberi rizki di dunia, sehingga ketika ia memasuki akhirat ia tidak memiliki satu kebaikan yang harus dibalasnya karenanya.” (HR. Muslim).
Dengan demikian seorang mukmin yang senantiasa berada di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya Shallallaahu 'alaihi wasallam dia akan mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat yang abadi. Sebaliknya bagi orang kafir dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka, meskipun di dunia juga Allah berikan kenikmatan, namun di akherat kelak ia akan mendapatkan kehidupan yang sempit. Sebagaimana firman-Nya,
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124)  [Ust. KhusnulYaqin,Rizki Hanyalah Hak Allah,Al Sofwah,]
Dalam sebuah hadits Rasul menyatakan bahwa rahmat yang diberikan Allah di dunia ini barulah satu persen, sedangkan yang sembilan puluh sembilan persen diberikan kepada orang beriman kelak di akherat, bayangkan betapa kuasanya Allah hanya dengan satu persen saja dapat dinikmati oleh semua makhluk  di dunia ini;

Allah berfirman dalam hadits qudsi;

            "Jika seorang hamba-Ku merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi tidak dilaksanakannya, tuliskanlah baginya satu kebajikan, jika dilaksanakannya maka tulislah satu kejahatan, jika ia taubat, hapuskanlah daripadanya.....

Bila seorang hamba merencanakan  kejahatan;
Ø  Andaikata gagal dilakukan rencana itu maka  dia mendapat satu kebajikan.
Ø  Kalau dilaksanakan rencana jahat itu maka  mendapat satu dosa
Ø  Seandainya rencana itu dikerjakan juga, kemudian menyesal dan bertaubat nasuha, maka dengan izin Allah hapuslah dosanya. "............dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" [An Nur 24;31]

Taubat adalah perasaan hati kecil yang merupakan penyesalan atas segala yang telah terjadi, kemudian mengharap ampunan dari Allah SWT dengan menjauhi segala perbuatan dosa, dan selalu berbuat baik. Dengan perbuatan baik inilah, taubat seseorang dan  seluruh ketaatannya akan diterima oleh Allah SWT. Barangsiapa yang bertaubat hanya sekedar mengisi kekosongan dan tidak mengerjakan apa-apa yang dicintai oleh Allah, maka dia tidak dikatakan bertaubat, kecuali kalau dia benar-benar kembali kepada Allah dan berusaha melepaskan keterkaitan hati dari mengulangi perbuatan dosa serta menetapkan makna taubat didalamnya sebelum mengucapkan secara lisan, dan membuktikan kesungguhan taubatnya dengan menjauhi segala yang dibenci Allah SWT seraya kembali kepada yang dicintai dan diridhai-Nya.

            Lanjutan hadist qudsi tersebut adalah "Dan bila seorang hamba- Ku merencanakan untuk melakukan kebaikan lalu tidak dilaksanakannya, maka tulislah baginya satu kebaikan, tetapi jika dilaksanakannya, tuliskanlah baginya sepuluh ganda hingga tujuh ratus ganda".

Bila seseorang hamba merencanakan kebaikan;
Ø  Gagal melakukan rencana baik itu maka mendapat satu kebaikan.
Ø  Terlaksana rencana baiknya itu maka mendapat 10 – 700 pahala. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" [Al Baqarah 2;261]

            Allah masih berfirman kelanjutan dari  hadits qudsi"Apabila hamba-Ku merencanakan suatu kejahatan, janganlah kalian tuliskan atasnya sebelum dilaksanakan. Jika dilaksanakan rencana jahat itu, tulislah yang sekedar dilakukannya [satu]. Dan jika ditinggalkan kejahatan itu karena Aku, tuliskan baginya satu kebaikan"

Bentuk rahmat Allah banyak sekali yang disediakan untuk manusis seluruhnya, bahkan sifat santun dan penyayang juga merupakan rahmat –Nya, Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;159,
”Maka disebabkan rahmat Allah dan karena Allahlah kamu berlaku  lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itulah maafkan mereka, mohonlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya’.

Allah memberikan rahmat kepada hamba-Nya berupa sikap mulia yang terangkum dalam Akhlakul Karimah seperti lemah lembut, suka memaafkan, bermusyawarah dan bertawakkal kepada Allah.

1.      Lemah Lembut

Tatkala Allah mengutus Musa kepada Fir’aun, beliaupun mohon agar didampingi oleh saudaranya yang bernama Harun. Ini disebabkan Nabi Musa ingin memelihara hubungan da’wah dengan Fir’aun sampai ia sadar dan bertaubat.

 Pendekatan da’wah yang paling efektif adalah kelemahlembutan. Sebagaimana firman Allah kepada Musa dan Harun saat memerintahkan keduanya untuk menghadapi Fir’aun yang zhalim itu;
”Dan berkatalah kamu berdua kepadanya dengan lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” [Thaha 20;44].

Sikap lemah lembut bukan berarti pasrah atas perlakuan orang yang tidak adil pada kita, tidak pernah marah atau tidak pernah protes, hal itupun dilakukan sesuai dengan proporsinya. Marah pada tempat yang memang harus marah tidak dilarang dalam Islam selama rasa marah tadi sandarannya kebenaran, memprotes atas ketidakadilan wajib dilakukan tanpa lepas dari kontrol iman dan ishlah.

2.      Suka Memaafkan
Suka memaafkan bukan berarti pengecut, justru memaafkan adalah sikap kesatria, pada umumnya dalam masyarakat yang minta maaf terlebih dahulu adalah orang yang lebih rendah derajatnya dan posisinya seperti anak kecil kepada orngtuanya, kemanakan kepada paman, anak buah kepada majikan hal ini biasa, tapi sangat luar biasa dan merupakan akhlak terpuji lagi jiwa kesatria bila orangtua minta maaf kepada anak, paman minta maaf kepada kemenakannya, dan majikan menyodorkan tangan terlebih dahulu untuk mengucapkan maaf, sebab kadangkala kesalahan anak, kemenakan dan bawahan pada umumnya diawali dari kesalahan bapak, paman dan majikan sendiri yang tanpa disadari.

            Bersabda Rasulullah kepada Uqbah bin Amir, ”Wahai Uqbah, maukah engkau kuberitahukan budi pekerti ahli dunia dan akherat yang paling utama? Yaitu; melakukan silaturahim, memberi kepada orang yang tak pernah memberimu dan memaafkan orang yang pernah menganiayamu”

3.      Musyawarah
Sifat diktator bukanlah watak seorang yang baik, dia harus mampu mengakomodir pendapat orang lain dengan jalan musyawarah sehingga tindakannya adalah tindakan bersama karena memang keberadaannya kebersamaan, bersama masyarakatnya;

Ketika Imam Syafii, dalam mengajukan pendapat pada sebuah musyawarah, pendapatnya tidak diterima, dengan tenang dia berkata,”Alhamdulillah pendapatku tidak diterima”, artinya seorang muslim harus menerima keputusan musyawarah, walaupun bukan pendapatnya yang jadi acuan untuk penetapan keputusan.

4.      Tawakkal
Tawakal artinya menyerahkan segala keputusan kepada ketentuan Allah setelah mengerahkan segala daya dan upaya secara optimal dan maksimal dalam berusaha, karena manusia memang hanya mampu berencana tapi Allahlah segala keputusan dikuasai-Nya.

            Allah Al Fattah, Yang membuka Rahmat-Nya, Dia akan memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, lebih khusus rahmat itu akan diberikan kepada orang-orang yang beriman berupa rezeki yang tiada berpintu, kelapangan hidup, ketenangan fikiran, badan yang sehat bahkan kekuasaanpun diperuntukkan kepada orang yang beriman sebagaimana firman-Nya;
”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.”[An Nuur 24;55]
                Allah Al Fattah, Engkaulah Yang Maha Pembuka Rahmat, sehingga kami mendapatkan berkah dari semua pintu rahmat-Mu, tiada terkira karunia yang kami terima dalam rahmat-Mu, semuanya kami peroleh,  sehingga kadangkala kami tidak mampu untuk mensyukuri-Nya karena kebobohan dan kelalaian kami, sedangkan rahmat apa saja yang kami terima seharusnya disyukuri, ampuni kami ya Allah, janganlah karena ketidaksyukuran kami ini rahmat akan menjadi laknat.
Allah ya Ilahi, Al Fattah, Yang Maha Pembuka Rahmat, tanpa rahmat-Mu kami tidak mampu berbuat apa-apa, dengan rahmat-Mu lah hamba ini mendapatkan berbagai karunia, karunia iman dan islam, karunia rezeki dan ilmu, karunia anak-anak yang shaleh dan isteri yang shalehah, karunia peluang bisnis yang menjanjikan, karunia kekuasaan dan jabatan, karunia kemuliaan dan sekian banyak lagi karunia-Mu yang sudah dan akan hamba rasakan, bantulah hamba ya Allah untuk mensyukuri semua rahmat itu, Wallahu a’lam [Sungai LasiSolok, 24 JumadilAwal 1432.H/ 28 April 2011.M, Jam 11;02].

Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros, 2009
4.HaditsArbain An Nawawi, SofyanEfendi, HaditsWeb 3.0,
5.Ust. KhusnulYaqin,
Rizki Hanyalah Hak Allah,Al Sofwah






Tidak ada komentar:

Posting Komentar