AL FATTAH
[ Yang Maha Pembuka Rahmat]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Al Fattah, inilah salah satu nama-nama baik
Allah dan sifat-Nya yang mulia, terangkum dalam asma ul husna, artinya Yang
Memberi Keputusan, Yang Membuka jalan atau Yang Pembuka Rahmat. Dia yang memberikan keputusan atas
segala kejadian tanpa ada yang dapat menghalangi keputusan-Nya itu, Dia yang
membuka jalan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, jalan kebenaran, jalan
kehidupan dan jalan rezeki, Dia yang membuka rahmat-Nya kepada makhuk-Nya dan
rahmat itulah yang diharapkan oleh semua makhluk apalagi orang-orang yang
beriman;
”Katakanlah:
"Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan
antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi keputusan lagi Maha
Mengetahui".[Saba’
34;26]
Banyak pintu rahmat yang dibukakan
Allah kepada hamba-Nya, yang rahmat itu sangat berguna bagi kehidupannya,
diantara rahmat itu adalah kehidupan yang baik di dunia sebagaimana yang
difirmankan Allah;
"Barangsiapa yang beramal shalih, baik
laki-laki maupun perempuan dan dia (dalam keadaan) beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia). dan sesungguhnya
akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan (di akhirat kelak)" (Q.S an-Nahl: 97).
Ibnu
Abbas, Ali bin Abi Thalhah, Ikrimah dan Wahab bin Munabbih dan selainnya dari
kalangan Shahabat radhiyallahu ‘anhum pernah menuturkan sebagaimana dinukil
oleh Ibnu Katsir di dalam tafsirnya ketika memberikan penjelasan terhadap ayat
tersebut, bahwa yang dimaksud dengan kehidupan yang baik di dunia adalah Allah
akan memberikan rizki yang halal dan baik, timbulnya rasa qana'ah (perasaan
cukup) dengan apa yang telah Allah anugerahkan dan karuniakan, serta
mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan di dalamnya.
Dalam
hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah memberikan penegasan
sebagaimana yang termaktub dalam hadits riwayat Imam Muslim yang bersumber dari
Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,”Sesungguhnya Allah tidak akan
mendhalimi kebaikan seorang mukmin, dengan kebaikan itu ia akan diberi rizki di
dunia dan diberi balasan diakhirat. Adapun orang kafir maka dengan
kebaikan-kebaikan amal yang ia kerjakan karena Allah, ia diberi rizki di dunia,
sehingga ketika ia memasuki akhirat ia tidak memiliki satu kebaikan yang harus
dibalasnya karenanya.” (HR. Muslim).
Dengan
demikian seorang mukmin yang senantiasa berada di atas tuntunan Allah dan
Rasul-Nya Shallallaahu 'alaihi wasallam dia akan mendapatkan kebahagian di
dunia dan akhirat yang abadi. Sebaliknya bagi orang kafir dan orang-orang yang
mengikuti jalan mereka, meskipun di dunia juga Allah berikan kenikmatan, namun
di akherat kelak ia akan mendapatkan kehidupan yang sempit. Sebagaimana
firman-Nya,
”Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124) [Ust.
KhusnulYaqin,Rizki Hanyalah Hak Allah,Al Sofwah,]
Dalam sebuah hadits Rasul menyatakan bahwa rahmat yang diberikan Allah di
dunia ini barulah satu persen, sedangkan yang sembilan puluh sembilan persen
diberikan kepada orang beriman kelak di akherat, bayangkan betapa kuasanya
Allah hanya dengan satu persen saja dapat dinikmati oleh semua makhluk di dunia ini;
Allah berfirman dalam hadits qudsi;
"Jika seorang hamba-Ku merencanakan
untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi tidak dilaksanakannya, tuliskanlah
baginya satu kebajikan, jika dilaksanakannya maka tulislah satu kejahatan, jika
ia taubat, hapuskanlah daripadanya.....
Bila
seorang hamba merencanakan kejahatan;
Ø Andaikata gagal
dilakukan rencana itu maka dia mendapat
satu kebajikan.
Ø Kalau
dilaksanakan rencana jahat itu maka
mendapat satu dosa
Ø Seandainya
rencana itu dikerjakan juga, kemudian menyesal dan bertaubat nasuha, maka
dengan izin Allah hapuslah dosanya. "............dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung" [An Nur 24;31]
Taubat adalah perasaan hati kecil yang merupakan penyesalan atas segala
yang telah terjadi, kemudian mengharap ampunan dari Allah SWT dengan menjauhi
segala perbuatan dosa, dan selalu berbuat baik. Dengan perbuatan baik inilah,
taubat seseorang dan seluruh ketaatannya
akan diterima oleh Allah SWT. Barangsiapa yang bertaubat hanya sekedar mengisi
kekosongan dan tidak mengerjakan apa-apa yang dicintai oleh Allah, maka dia
tidak dikatakan bertaubat, kecuali kalau dia benar-benar kembali kepada Allah
dan berusaha melepaskan keterkaitan hati dari mengulangi perbuatan dosa serta
menetapkan makna taubat didalamnya sebelum mengucapkan secara lisan, dan
membuktikan kesungguhan taubatnya dengan menjauhi segala yang dibenci Allah SWT
seraya kembali kepada yang dicintai dan diridhai-Nya.
Lanjutan
hadist qudsi tersebut adalah "Dan bila seorang hamba- Ku merencanakan
untuk melakukan kebaikan lalu tidak dilaksanakannya, maka tulislah baginya satu
kebaikan, tetapi jika dilaksanakannya, tuliskanlah baginya sepuluh ganda hingga
tujuh ratus ganda".
Bila seseorang hamba
merencanakan kebaikan;
Ø
Gagal
melakukan rencana baik itu maka mendapat satu kebaikan.
Ø
Terlaksana
rencana baiknya itu maka mendapat 10 – 700 pahala. "Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" [Al
Baqarah 2;261]
Allah
masih berfirman kelanjutan dari hadits
qudsi"Apabila hamba-Ku merencanakan suatu kejahatan, janganlah kalian
tuliskan atasnya sebelum dilaksanakan. Jika dilaksanakan rencana jahat itu,
tulislah yang sekedar dilakukannya [satu]. Dan jika ditinggalkan kejahatan itu
karena Aku, tuliskan baginya satu kebaikan"
Bentuk rahmat Allah banyak sekali yang disediakan
untuk manusis seluruhnya, bahkan sifat santun dan penyayang juga merupakan
rahmat –Nya, Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;159,
”Maka
disebabkan rahmat Allah dan karena Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap kasar lagi keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itulah maafkan mereka, mohonlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya’.
Allah memberikan rahmat kepada hamba-Nya berupa
sikap mulia yang terangkum dalam Akhlakul Karimah seperti lemah lembut, suka
memaafkan, bermusyawarah dan bertawakkal kepada Allah.
1. Lemah Lembut
Tatkala Allah mengutus Musa
kepada Fir’aun, beliaupun mohon agar didampingi oleh saudaranya yang bernama
Harun. Ini disebabkan Nabi Musa ingin memelihara hubungan da’wah dengan Fir’aun
sampai ia sadar dan bertaubat.
Pendekatan da’wah yang paling efektif adalah
kelemahlembutan. Sebagaimana firman Allah kepada Musa dan Harun saat
memerintahkan keduanya untuk menghadapi Fir’aun yang zhalim itu;
”Dan berkatalah kamu berdua kepadanya dengan lemah lembut, mudah-mudahan ia
ingat atau takut” [Thaha
20;44].
Sikap lemah lembut bukan
berarti pasrah atas perlakuan orang yang tidak adil pada kita, tidak pernah
marah atau tidak pernah protes, hal itupun dilakukan sesuai dengan proporsinya.
Marah pada tempat yang memang harus marah tidak dilarang dalam Islam selama
rasa marah tadi sandarannya kebenaran, memprotes atas ketidakadilan wajib
dilakukan tanpa lepas dari kontrol iman dan ishlah.
2. Suka Memaafkan
Suka memaafkan bukan berarti pengecut,
justru memaafkan adalah sikap kesatria, pada umumnya dalam masyarakat yang
minta maaf terlebih dahulu adalah orang yang lebih rendah derajatnya dan
posisinya seperti anak kecil kepada orngtuanya, kemanakan kepada paman, anak
buah kepada majikan hal ini biasa, tapi sangat luar biasa dan merupakan akhlak
terpuji lagi jiwa kesatria bila orangtua minta maaf kepada anak, paman minta
maaf kepada kemenakannya, dan majikan menyodorkan tangan terlebih dahulu untuk
mengucapkan maaf, sebab kadangkala kesalahan anak, kemenakan dan bawahan pada
umumnya diawali dari kesalahan bapak, paman dan majikan sendiri yang tanpa
disadari.
Bersabda
Rasulullah kepada Uqbah bin Amir, ”Wahai
Uqbah, maukah engkau kuberitahukan budi pekerti ahli dunia dan akherat yang
paling utama? Yaitu; melakukan silaturahim, memberi kepada orang yang tak
pernah memberimu dan memaafkan orang yang pernah menganiayamu”
3. Musyawarah
Sifat diktator bukanlah watak seorang yang baik,
dia harus mampu mengakomodir pendapat orang lain dengan jalan musyawarah
sehingga tindakannya adalah tindakan bersama karena memang keberadaannya
kebersamaan, bersama masyarakatnya;
Ketika Imam Syafii, dalam
mengajukan pendapat pada sebuah musyawarah, pendapatnya tidak diterima, dengan
tenang dia berkata,”Alhamdulillah pendapatku tidak diterima”, artinya seorang
muslim harus menerima keputusan musyawarah, walaupun bukan pendapatnya yang
jadi acuan untuk penetapan keputusan.
4. Tawakkal
Tawakal artinya menyerahkan
segala keputusan kepada ketentuan Allah setelah mengerahkan segala daya dan
upaya secara optimal dan maksimal dalam berusaha, karena manusia memang hanya
mampu berencana tapi Allahlah segala keputusan dikuasai-Nya.
Allah Al Fattah, Yang membuka
Rahmat-Nya, Dia akan memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
lebih khusus rahmat itu akan diberikan kepada orang-orang yang beriman berupa
rezeki yang tiada berpintu, kelapangan hidup, ketenangan fikiran, badan yang
sehat bahkan kekuasaanpun diperuntukkan kepada orang yang beriman sebagaimana
firman-Nya;
”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik.”[An
Nuur 24;55]
Allah Al Fattah, Engkaulah Yang Maha
Pembuka Rahmat, sehingga kami mendapatkan berkah dari semua pintu rahmat-Mu,
tiada terkira karunia yang kami terima dalam rahmat-Mu, semuanya kami
peroleh, sehingga kadangkala kami tidak
mampu untuk mensyukuri-Nya karena kebobohan dan kelalaian kami, sedangkan
rahmat apa saja yang kami terima seharusnya disyukuri, ampuni kami ya Allah,
janganlah karena ketidaksyukuran kami ini rahmat akan menjadi laknat.
Allah ya Ilahi, Al Fattah, Yang Maha
Pembuka Rahmat, tanpa rahmat-Mu kami tidak mampu berbuat apa-apa, dengan
rahmat-Mu lah hamba ini mendapatkan berbagai karunia, karunia iman dan islam,
karunia rezeki dan ilmu, karunia anak-anak yang shaleh dan isteri yang
shalehah, karunia peluang bisnis yang menjanjikan, karunia kekuasaan dan
jabatan, karunia kemuliaan dan sekian banyak lagi karunia-Mu yang sudah dan
akan hamba rasakan, bantulah hamba ya Allah untuk mensyukuri semua rahmat itu, Wallahu a’lam [Sungai LasiSolok, 24 JumadilAwal 1432.H/ 28 April
2011.M, Jam 11;02].
Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN
RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag
RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis,
Drs.MukhlisDenros, 2009
4.HaditsArbain An Nawawi,
SofyanEfendi, HaditsWeb 3.0,
5.Ust. KhusnulYaqin,Rizki Hanyalah Hak Allah,Al Sofwah
5.Ust. KhusnulYaqin,Rizki Hanyalah Hak Allah,Al Sofwah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar