Senin, 15 Juni 2015

44. Ar Raqib, Maha Mengawasi





AR RAQIB
[ Maha Mengawasi]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

                Asmaul husna merupakan nama-nama yang baik milik Allah, tentang bagaimana asmaul husna ini dan berapa jumlahnyaSyaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apakah ada ketetapan di dalam syari’at tentang pembatasan jumlah al-asma al-husna (nama-nama Allah yang baik) ? Apakah mungkin menyebutkannya ? Dan apa pula nama Allah yang teragung ?

Nama-nama Allah yang husna (baik) tidak diketahui berapa jumlahnya, kecuali hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak terdapat pembatasan atas hal itu.Tetapi mungkin saja menentukan jumlah yang tedapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.Sebagian ulama telah menghimpun sebagian besarnya di dalam kitab. Beberapa diantaranya telah disusun, seperti Ibnul Qayyim di dalam Kitab “Nuniyah” demikian pula Syaikh Husain bin Alu Syaikh di dalam manzhum (bait-bait)nya “ Al-Qaul al-Usna Fi Nazhmi al-Asma al-Husna” .

Adapun nama Allah yang paling mulia adalah yang tedapat pada dua ayat berikut ini.;

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahlukNya)..” [Al-Baqarah ; 255]

“Alif Laam Miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus mahlukNya” [Ali Imran : 1-2

Ar Raqib, Maha Mengawasi, adalah salah satu asmaul husna dan sifat Allah yang menjadikan hamba-Nya selalu berada dalam pengawasan-Nya, secara harfiah Ar Raqib artinya Maha Mengawasi sebagaimana dalam firman-Nya ini;
”Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu’.[Al Ahzab 33;52]

Allah selalu menyertai dan bersama makhluk-Nya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga, ini adalah pengawasan yang efektif untuk menjaga kontinuitas amal dan istiqamahnya iman, keyakinan ini akan menjauhkan seorang mukmin dari praktek kotor dalam seluruh asfek kehidupannya.
  Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz [Al An’Am 6;59]

Muraqabatullah membangkitkan sifat ihsan dalam seluruh aktivitas, baik ada orang ataupun tidak ada orang yang melihatnya. Kualitas kerja dan kedisiplinan tidak terpengaruh oleh orang lain hatta pimpinan sekalipun karena pemimpin yang tertinggi selalu melihat dan memantaunya.

Suatu malam Umarpun pergi keliling kampung, dia mendengar percakapan seorang putri dengan ibunya,”Nak kita campur saja susu ini, biar kita mendapat keuntungan yang banyak”, sang putri menjawab,”Jangan ibu, nanti Khalifah tahu bagaimana?” sang ibu menyanggah,”Mana ada Khalifah yang berkeliaran tengah malam ini, enaklah dia istirahat di istananya”, sang gadis lansung menyela pembicaraan ibunya,”Wahai ibu, mungkin saja khalifah Umar tidak tahu apa yang kita lakukan tapi bagaimana Allah, bukankah Dia juga tahu apa yang kita lakukan?” mendengar itu Umar tidak kuasa, lansung dia pulang, pagi harinya dia utus seseorang untuk menjemput tuan putri lalu dinikahkan dengan anaknya yang bernama Aslam, dari pernikahan inilah maka lahir generasi terbaik pada abadnya yaitu Umar bin Abdul Azis yang kelak jadi khalifah juga.  

Dimasa Umar bin Khattab, beliau mengirim pasukan perang menuju jihad untuk mengembangkan da'wah ini hingga berbulan-bulan lamanya sehingga keluarga agak terabaikan. Pada sebuah rumah ketika itu malam hari Umar mendengarkan seorang wanita yang sedang bersenandung; Malam lama berlalu, gelap semakin pekat, aku masih terjaga, tak ada kekasih yang mencumbu. Demi Allah andaikata tak ada Allah yang ditakuti siksa-Nya, niscaya ranjang ini akan bergoyang.

Mendengar senandung itu, lalu Umar bertanya kepada anaknya yang bernama Hafsah,"Berapa lamakah seorang isteri bisa sabar menunggu suaminya?". Hafsah menjawab,"Empat bulan". Selanjutnya Umar mengirim utusan agar menjempur suami wanita itu, dan setiap pasukan dipergilirkan setiap empat bulan sekali.

Karena Muraqabahlah sehingga wanita yang kesepian itu mampu bertahan menjaga kesuciannya, menjaga cinta dan kesetiaannya menunggu sang suami yang sedang berjihad.

Seorang pemuda yang selalu berbuat maksiat kepada Allah dengan berbagai kelakuan. Suatu malam dia sedang menjalankan aksinya, memanjat rumah seseorang untuk mencuri, namun dia mendengarkan bacaan Al Qur'an dikumandangkan oleh seorang wanita, dia sudah biasa mendengarkan Al Qur'an dibacakan tapi malam ini seolah-olah isi Al Qur'an itu ditujukan kepadanya. Dia urungkan niatnya untuk mencuri,dia turun dari rumah itu untuk mensucikan diri kemudian bertaubat kepada Allah.

Ar Raqib, menunjukkan kepada hamba-Nya bahwa sebagai makhluk selalu berada dalam pantauan dan pengawasan, setiap amal yang dilakukan manusia berada dalam penglihatan dan hitungan Allah walaupun dilakukan pada tempat yang sunyi lagi gelap, karena bagi Allah tidak satu tempatpun yang luput dari-Nya, hingga cetusan hati manusiapun berada dalam genggaman-Nya, ikhlas dan tidaknya manusia dalam beramal pasti diketahui oleh Allah.

Dimasa hijrah terdapat seorang pemuda yang ikut berhijrah karena terpesona oleh kecantikan Ummu Qais yang juga ikut berangkat hijrah bersama rombongan, lalu orang bertanya kepada nabi tentang pahala hijrah pemuda itu, nabi menjawab,”Barangsiapa yang hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya maka akan sampailah hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia  atau untuk menikahi wanita maka yang diperoleh dari hijrahnya itu hanya dunia dan wanita”. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 2;284
            ”Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
           
Pengawasan Allah kepada hamba-Nya bukan sebatas melihat dan memantau saja tapi juga menolong dan menjaganya. Menolong hamba-Nya dengan berbagai hal dalam seluruh asfek kehidupan sehingga tercukupi rezekinya, lapang usahanya dan tenang fikirannya. Allah juga akan menjaga hamba-Nya dari hal-hal yang dapat mencelakakannya;
Dari Abul Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda ,“Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Allah, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan shohih”)
Dalam riwayat selain Tirmidzi dengan redaksi: “Jagalah Allah, niscaya engkau akan senantiasa mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu lapang niscaya Dia akan mengenalimu saat kesulitan, ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidak akan pernah menimpamu dan apa yang telah ditetapkan menimpamu tidak akan pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan.”
Di antara isi wasiat ini adalah agar menjaga Allah Ta’ala, yaitu dengan menjaga Hudud-Nya, hak-hak, perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya. Menjaga hal itu dapat direalisasikan dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan tidak melanggar apa yang diperintahkan dan diizinkan-Nya dengan melakukan apa yang dilarang-Nya. Allah Ta’ala berfirman;
“Inilah yang dijanjikankepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya).(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat.” (Q.s.,Qaaf 50:32-33)

Di antara hal yang terdapat perintah agar menjaganya secara khusus adalah shalat sebagaimana firman-Nya, “Jagalah segala shalat(mu), dan (jagalah) shalat Wustha.” (Q.s.,al-Baqarah:238), dan thaharah (kesucian) sebagaimana bunyi hadits Rasulullah SAW., “Beristiqamahlah (mantaplah) sebab kamu tidak akan mampu menghitung-hitung. Dan ketahuilah bahwa sebaik-baik pekerjaan kamu adalah shalat sedangkan yang bisa menjaga wudlu itu hanya seorang Mukmin.” (HR.Ibn Majah). Di antaranya juga adalah sumpah sebagaimana firman-Nya, “Dan jagalah sumpahmu.” (Q.s., al-Maa`idah:89)

Di antara penjagaan yang diberikan oleh Allah adalah penjagaan-Nya terhadapnya di dalam kehidupan dunia dan akhirat:
a. Allah menjaganya di dunia, yaitu terhadap badannya, anaknya dan keluarganya sebagaimana firman-Nya, “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (Q.s., ar-Ra’d:11). Ibn ‘Abbas RA., berkata, “Mereka itu adalah para malaikat yang menjaganya atas perintahAllah.Dan bila takdir telah tiba, mereka pun meninggalkannya.”(Dikeluarkan oleh ‘Abduurrazzaq, al-Firyaaby, Ibn Jarir, Ibn al-Mundzir dan Ibn Abi Haatim sebagai yang disebutkan di dalam kitab ad-Durr al-Mantsuur, Jld.IV, h.614).Allah juga menjaganya di masa kecil, muda, kuat, lemah, sehat dan sakitnya.
.
Allah juga menjaganya di dalam agama dan keimanannya.Dia menjaganya di dalam kehidupannya dari syubhat-syubhat yang menyesatkan dan syahwat yang diharamkan.Allah juga menjaganya di dalam kubur dan setelah alam kubur dari kengerian dan derita-deritanya dengan menaunginya pada hari di mana tiada naungan selain naungan-Nya
Di antara penjagaan Allah lainnya terhadap hamba-Nya adalah menganugerahinya ketenangan dan kemantapan jiwa sehingga dia selalu berada di dalam penyertaan khusus Allah.Mengenai hal ini, Allah berfirman ketika menyinggung tentang Musa dan Harun AS., “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua; Aku mendengar dan melihat.” (Q.s., Thaaha:46) Demikian juga dengan yang terjadi terhadap Nabi dan Abu Bakar ash-Shiddiq saat keduanya berhijrah dan berada di gua, Rasulullah SAW., bersabda, “Apa katamu terhadap dua orang di mana Yang Ketiganya adalah Allah? Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.” (HR.Bukhari, Muslim dan at-Turmudzy)

Seorang Muslim wajib mengenal Allah Ta’ala, ta’at kepada-Nya dan selalu mengadakan kontak dengan-Nya dalam semua kondisinya sebab orang yang mengenal Allah di dalam kondisi sukanya, maka Allah akan mengenalnya di dalam kondisi sulitnya dan saat dia berhajat kepada-Nya .Terkadang ada orang yang tertipu dengan kondisi kuat, fit, muda, sehat dan kayanya namun sesungguhnya nasib orang yang demikian ini hanyalah kerugian, kesia-siaan dan celaka

Seorang harus selalu antusias untuk memperbanyak meminta pertolongan kepada Allah dan memohon kepada-Nya dalam semua kondisi dan situasi yang dihadapinya.Hendaklah dia tidak memohon kepada selain-Nya terhadap hal tidak ada yang mampu melakukannya selain Allah seperti meminta kepada para wali yang shalih, orang mati dan sebagainya.Allah berfirman, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu pula kami meminta tolong.” (Q.s., al-Fatihah:5)

Sesungguhnya apa-apa yang menimpa seorang hamba di dunia, baik yang mencelakakan dirinya atau yang menguntungkannya; semuanya itu sudah ditakdirkan atasnya.Dan tidaklah menimpa seorang hamba kecuali takdir-takdir yang telah dicatatkan atasnya di dalam kitab catatan amal sekalipun semua makhluk berupaya untuk melakukannya (mencelakan dirinya atau memberikan manfa’at kepadanya).Allah berfirman, “Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.” (Q.s.,at-Taubah:51)

Bila seorang hamba telah mengetahui bahwa tidak akan ada yang dapat menimpanya baik berupa kebaikan, keburukan, hal yang bermanfa’at atau pun membahayakannya kecuali apa yang telah ditakdirkan oleh Allah darinya, serta mengetahui bahwa seluruh upaya yang dilakukan semua makhluk karena bertentangan dengan hal yang ditakdirkan tidak akan ada gunanya sama sekali; maka ketika itulah dia akan mengetahui bahwa hanya Allah semata Yang memberi mudlarat, Yang menjadikan sesuatu bermanfa’at, Yang Maha Memberi atau pun Menahannya. Sebagai konsekuensi dari semua itu, seorang hamba mestilah mentauhidkan Rabbnya dan menunggalkan-Nya dalam berbuat keta’atan dan menjaga Hudud-Nya.[Silsilah Manaahij Dawraat al-‘Uluum asy-Syar’iyyah –al-Hadiits- Fi`ah an-Naasyi`ah, karya Prof.Dr.Faalih bin Muhammad ash-Shaghiir,Al Sofwah.or.id.)

Allah Maha Mengawasi makhluk-Nya, ciptaan-Nya berupa alam raya ini berada dalam pengawasan-Nya, tidaklah sebagaimana yang dikatakan oleh para orientalis bahwa tuhan itu hanya menciptakan sesuatu, untuk selanjutnya tergantung kepada hasil ciptaan-Nya itu, apakah akan tetap ada atau akan hancur, seperti sebuah arloji, tukang arloji hanya membuat arloji bisa berjalan dengan baik, dia tidak ada tanggungjawab lagi terhadap arloji itu lagi. Pendapat ini tidaklah tepat bila diibaratkan dengan sifat Allah, karena Allah selain merancang dan menciptakan, maka Diapun bertanggungjawab untuk mengawasinya.

Ya Ar Raqib, Engkaulah Yang Maha Mengawasi, tanamkanlah di hati kami rasa takut untuk berbuat dosa dan maksiat kepada-Mu dimanapun kami berada, meskipun di tempat yang gelap, sunyi dan tidak diketahui oleh makhluk-Mu, tapi kami meyakini bahwa Engkau selalu mengawasi kami. Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 07 Jumadil Awal 1432.H/ 11 April 2011.M, Jam 09;20].



Referensi;
1.Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id
2.Al Manhaj, or.id
3. Prof.Dr.Faalih bin Muhammad ash-Shaghiir,Al Sofwah.or.id.
4.Drs. Mukhlis Denros, Kumpulan Ceramah Praktis, 2009
5.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI 1984/1985

Tidak ada komentar:

Posting Komentar