AR RAQIB
[ Maha Mengawasi]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Asmaul husna merupakan nama-nama yang baik milik
Allah, tentang bagaimana asmaul husna ini dan berapa jumlahnyaSyaikh
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apakah ada ketetapan di dalam syari’at
tentang pembatasan jumlah al-asma al-husna (nama-nama Allah yang baik) ? Apakah
mungkin menyebutkannya ? Dan apa pula nama Allah yang teragung ?
Nama-nama
Allah yang husna (baik) tidak diketahui berapa jumlahnya, kecuali hanya Allah
sajalah yang mengetahuinya.Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak terdapat
pembatasan atas hal itu.Tetapi mungkin saja menentukan jumlah yang tedapat
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.Sebagian ulama telah menghimpun sebagian besarnya
di dalam kitab. Beberapa diantaranya telah disusun, seperti Ibnul Qayyim di
dalam Kitab “Nuniyah” demikian pula Syaikh Husain bin Alu Syaikh di dalam
manzhum (bait-bait)nya “ Al-Qaul al-Usna Fi Nazhmi al-Asma al-Husna” .
Adapun nama Allah yang paling mulia adalah yang tedapat pada dua ayat berikut ini.;
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahlukNya)..” [Al-Baqarah ; 255]
“Alif
Laam Miim. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus mahlukNya”
[Ali Imran : 1-2
Ar Raqib, Maha Mengawasi, adalah salah satu asmaul
husna dan sifat Allah yang menjadikan hamba-Nya selalu berada dalam
pengawasan-Nya, secara harfiah Ar Raqib artinya Maha Mengawasi sebagaimana
dalam firman-Nya ini;
”Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu
dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain),
meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba
sahaya) yang kamu miliki. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu’.[Al Ahzab 33;52]
Allah selalu menyertai dan bersama makhluk-Nya
dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga, ini adalah pengawasan yang efektif
untuk menjaga kontinuitas amal dan istiqamahnya iman, keyakinan ini akan
menjauhkan seorang mukmin dari praktek kotor dalam seluruh asfek kehidupannya.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua
yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang
gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz [Al An’Am 6;59]
Muraqabatullah membangkitkan sifat ihsan dalam
seluruh aktivitas, baik ada orang ataupun tidak ada orang yang melihatnya.
Kualitas kerja dan kedisiplinan tidak terpengaruh oleh orang lain hatta
pimpinan sekalipun karena pemimpin yang tertinggi selalu melihat dan
memantaunya.
Suatu malam Umarpun pergi keliling kampung, dia
mendengar percakapan seorang putri dengan ibunya,”Nak kita campur saja susu ini, biar kita mendapat keuntungan yang
banyak”, sang putri menjawab,”Jangan
ibu, nanti Khalifah tahu bagaimana?” sang ibu menyanggah,”Mana ada Khalifah yang berkeliaran tengah
malam ini, enaklah dia istirahat di istananya”, sang gadis lansung menyela
pembicaraan ibunya,”Wahai ibu, mungkin
saja khalifah Umar tidak tahu apa yang kita lakukan tapi bagaimana Allah,
bukankah Dia juga tahu apa yang kita lakukan?” mendengar itu Umar tidak
kuasa, lansung dia pulang, pagi harinya dia utus seseorang untuk menjemput tuan
putri lalu dinikahkan dengan anaknya yang bernama Aslam, dari pernikahan inilah
maka lahir generasi terbaik pada abadnya yaitu Umar bin Abdul Azis yang kelak
jadi khalifah juga.
Dimasa Umar bin Khattab, beliau mengirim pasukan
perang menuju jihad untuk mengembangkan da'wah ini hingga berbulan-bulan
lamanya sehingga keluarga agak terabaikan. Pada sebuah rumah ketika itu malam
hari Umar mendengarkan seorang wanita yang sedang bersenandung; Malam lama
berlalu, gelap semakin pekat, aku masih terjaga, tak ada kekasih yang mencumbu.
Demi Allah andaikata tak ada Allah yang ditakuti siksa-Nya, niscaya ranjang ini
akan bergoyang.
Mendengar senandung itu, lalu Umar bertanya kepada
anaknya yang bernama Hafsah,"Berapa lamakah seorang isteri bisa sabar
menunggu suaminya?". Hafsah menjawab,"Empat bulan". Selanjutnya
Umar mengirim utusan agar menjempur suami wanita itu, dan setiap pasukan
dipergilirkan setiap empat bulan sekali.
Karena Muraqabahlah sehingga wanita yang kesepian
itu mampu bertahan menjaga kesuciannya, menjaga cinta dan kesetiaannya menunggu
sang suami yang sedang berjihad.
Seorang pemuda yang
selalu berbuat maksiat kepada Allah dengan berbagai kelakuan. Suatu malam dia
sedang menjalankan aksinya, memanjat rumah seseorang untuk mencuri, namun dia
mendengarkan bacaan Al Qur'an dikumandangkan oleh seorang wanita, dia sudah biasa
mendengarkan Al Qur'an dibacakan tapi malam ini seolah-olah isi Al Qur'an itu
ditujukan kepadanya. Dia urungkan niatnya untuk mencuri,dia turun dari rumah
itu untuk mensucikan diri kemudian bertaubat kepada Allah.
Ar Raqib, menunjukkan
kepada hamba-Nya bahwa sebagai makhluk selalu berada dalam pantauan dan
pengawasan, setiap amal yang dilakukan manusia berada dalam penglihatan dan
hitungan Allah walaupun dilakukan pada tempat yang sunyi lagi gelap, karena
bagi Allah tidak satu tempatpun yang luput dari-Nya, hingga cetusan hati
manusiapun berada dalam genggaman-Nya, ikhlas dan tidaknya manusia dalam
beramal pasti diketahui oleh Allah.
Dimasa hijrah terdapat seorang pemuda yang ikut
berhijrah karena terpesona oleh kecantikan Ummu Qais yang juga ikut berangkat
hijrah bersama rombongan, lalu orang bertanya kepada nabi tentang pahala hijrah
pemuda itu, nabi menjawab,”Barangsiapa
yang hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya maka akan sampailah hijrahnya itu
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia atau untuk menikahi wanita maka yang
diperoleh dari hijrahnya itu hanya dunia dan wanita”. Allah berfirman dalam
surat Al Baqarah 2;284
”Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam
hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan
kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya
dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”
Pengawasan Allah kepada
hamba-Nya bukan sebatas melihat dan memantau saja tapi juga menolong dan
menjaganya. Menolong hamba-Nya dengan berbagai hal dalam seluruh asfek
kehidupan sehingga tercukupi rezekinya, lapang usahanya dan tenang fikirannya.
Allah juga akan menjaga hamba-Nya dari hal-hal yang dapat mencelakakannya;
Dari Abul Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahu
‘anhuma beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda ,“Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa
patah kata: Jagalah Allah, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau
meminta sesuatu, mintalah kepada Allah, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu
untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat
melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah bagimu, dan
jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak
dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Allah
bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR
Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan shohih”)
Dalam riwayat selain Tirmidzi dengan redaksi: “Jagalah
Allah, niscaya engkau akan senantiasa mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah
Allah di waktu lapang niscaya Dia akan mengenalimu saat kesulitan, ketahuilah
bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidak akan pernah menimpamu dan apa yang
telah ditetapkan menimpamu tidak akan pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa
kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi
cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan.”
Di antara isi
wasiat ini adalah agar menjaga Allah Ta’ala, yaitu dengan menjaga Hudud-Nya,
hak-hak, perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya. Menjaga hal itu dapat
direalisasikan dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya dan tidak melanggar apa yang diperintahkan dan diizinkan-Nya
dengan melakukan apa yang dilarang-Nya. Allah Ta’ala berfirman;
“Inilah
yang dijanjikankepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali
(kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya).(Yaitu) orang
yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya)
dan dia datang dengan hati yang bertaubat.” (Q.s.,Qaaf 50:32-33)
Di antara hal yang terdapat perintah agar menjaganya secara khusus adalah shalat sebagaimana firman-Nya, “Jagalah segala shalat(mu), dan (jagalah) shalat Wustha.” (Q.s.,al-Baqarah:238), dan thaharah (kesucian) sebagaimana bunyi hadits Rasulullah SAW., “Beristiqamahlah (mantaplah) sebab kamu tidak akan mampu menghitung-hitung. Dan ketahuilah bahwa sebaik-baik pekerjaan kamu adalah shalat sedangkan yang bisa menjaga wudlu itu hanya seorang Mukmin.” (HR.Ibn Majah). Di antaranya juga adalah sumpah sebagaimana firman-Nya, “Dan jagalah sumpahmu.” (Q.s., al-Maa`idah:89)
Di antara penjagaan yang diberikan oleh Allah adalah penjagaan-Nya terhadapnya di dalam kehidupan dunia dan akhirat:
a. Allah menjaganya di dunia, yaitu terhadap badannya, anaknya dan keluarganya sebagaimana firman-Nya, “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (Q.s., ar-Ra’d:11). Ibn ‘Abbas RA., berkata, “Mereka itu adalah para malaikat yang menjaganya atas perintahAllah.Dan bila takdir telah tiba, mereka pun meninggalkannya.”(Dikeluarkan oleh ‘Abduurrazzaq, al-Firyaaby, Ibn Jarir, Ibn al-Mundzir dan Ibn Abi Haatim sebagai yang disebutkan di dalam kitab ad-Durr al-Mantsuur, Jld.IV, h.614).Allah juga menjaganya di masa kecil, muda, kuat, lemah, sehat dan sakitnya.
.
Allah juga menjaganya di dalam agama dan keimanannya.Dia menjaganya di dalam kehidupannya dari syubhat-syubhat yang menyesatkan dan syahwat yang diharamkan.Allah juga menjaganya di dalam kubur dan setelah alam kubur dari kengerian dan derita-deritanya dengan menaunginya pada hari di mana tiada naungan selain naungan-Nya
Allah juga menjaganya di dalam agama dan keimanannya.Dia menjaganya di dalam kehidupannya dari syubhat-syubhat yang menyesatkan dan syahwat yang diharamkan.Allah juga menjaganya di dalam kubur dan setelah alam kubur dari kengerian dan derita-deritanya dengan menaunginya pada hari di mana tiada naungan selain naungan-Nya
Di antara penjagaan Allah lainnya
terhadap hamba-Nya adalah menganugerahinya ketenangan dan kemantapan jiwa
sehingga dia selalu berada di dalam penyertaan khusus Allah.Mengenai hal ini,
Allah berfirman ketika menyinggung tentang Musa dan Harun AS., “Janganlah kamu
berdua khawatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua; Aku mendengar dan
melihat.” (Q.s., Thaaha:46) Demikian juga dengan yang terjadi terhadap Nabi dan
Abu Bakar ash-Shiddiq saat keduanya berhijrah dan berada di gua, Rasulullah
SAW., bersabda, “Apa katamu terhadap dua orang di mana Yang Ketiganya adalah
Allah? Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita.”
(HR.Bukhari, Muslim dan at-Turmudzy)
Seorang Muslim wajib mengenal Allah Ta’ala, ta’at kepada-Nya dan selalu mengadakan kontak dengan-Nya dalam semua kondisinya sebab orang yang mengenal Allah di dalam kondisi sukanya, maka Allah akan mengenalnya di dalam kondisi sulitnya dan saat dia berhajat kepada-Nya .Terkadang ada orang yang tertipu dengan kondisi kuat, fit, muda, sehat dan kayanya namun sesungguhnya nasib orang yang demikian ini hanyalah kerugian, kesia-siaan dan celaka
Seorang harus selalu antusias untuk memperbanyak meminta pertolongan kepada Allah dan memohon kepada-Nya dalam semua kondisi dan situasi yang dihadapinya.Hendaklah dia tidak memohon kepada selain-Nya terhadap hal tidak ada yang mampu melakukannya selain Allah seperti meminta kepada para wali yang shalih, orang mati dan sebagainya.Allah berfirman, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu pula kami meminta tolong.” (Q.s., al-Fatihah:5)
Sesungguhnya apa-apa yang menimpa seorang hamba di dunia, baik yang mencelakakan dirinya atau yang menguntungkannya; semuanya itu sudah ditakdirkan atasnya.Dan tidaklah menimpa seorang hamba kecuali takdir-takdir yang telah dicatatkan atasnya di dalam kitab catatan amal sekalipun semua makhluk berupaya untuk melakukannya (mencelakan dirinya atau memberikan manfa’at kepadanya).Allah berfirman, “Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.” (Q.s.,at-Taubah:51)
Bila seorang hamba telah mengetahui bahwa tidak akan ada yang dapat menimpanya baik berupa kebaikan, keburukan, hal yang bermanfa’at atau pun membahayakannya kecuali apa yang telah ditakdirkan oleh Allah darinya, serta mengetahui bahwa seluruh upaya yang dilakukan semua makhluk karena bertentangan dengan hal yang ditakdirkan tidak akan ada gunanya sama sekali; maka ketika itulah dia akan mengetahui bahwa hanya Allah semata Yang memberi mudlarat, Yang menjadikan sesuatu bermanfa’at, Yang Maha Memberi atau pun Menahannya. Sebagai konsekuensi dari semua itu, seorang hamba mestilah mentauhidkan Rabbnya dan menunggalkan-Nya dalam berbuat keta’atan dan menjaga Hudud-Nya.[Silsilah Manaahij Dawraat al-‘Uluum asy-Syar’iyyah –al-Hadiits- Fi`ah an-Naasyi`ah, karya Prof.Dr.Faalih bin Muhammad ash-Shaghiir,Al Sofwah.or.id.)
Allah Maha Mengawasi
makhluk-Nya, ciptaan-Nya berupa alam raya ini berada dalam pengawasan-Nya,
tidaklah sebagaimana yang dikatakan oleh para orientalis bahwa tuhan itu hanya
menciptakan sesuatu, untuk selanjutnya tergantung kepada hasil ciptaan-Nya itu,
apakah akan tetap ada atau akan hancur, seperti sebuah arloji, tukang arloji
hanya membuat arloji bisa berjalan dengan baik, dia tidak ada tanggungjawab lagi
terhadap arloji itu lagi. Pendapat ini tidaklah tepat bila diibaratkan dengan
sifat Allah, karena Allah selain merancang dan menciptakan, maka Diapun
bertanggungjawab untuk mengawasinya.
Ya Ar Raqib,
Engkaulah Yang Maha Mengawasi, tanamkanlah di hati kami rasa takut untuk
berbuat dosa dan maksiat kepada-Mu dimanapun kami berada, meskipun di tempat
yang gelap, sunyi dan tidak diketahui oleh makhluk-Mu, tapi kami meyakini bahwa
Engkau selalu mengawasi kami. Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 07 Jumadil Awal 1432.H/ 11 April
2011.M, Jam 09;20].
Referensi;
2.Al Manhaj, or.id
3. Prof.Dr.Faalih bin Muhammad
ash-Shaghiir,Al Sofwah.or.id.
4.Drs.
Mukhlis Denros, Kumpulan Ceramah Praktis, 2009
5.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI 1984/1985
Tidak ada komentar:
Posting Komentar