AL AFUWW
[ Yang Maha Pemaaf]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Dengan
kasih sayang-Nya Allah, Dia memberikan kasih-Nya, memberikan maaf dan ampunan
kepada hamba-Nya yang melakukan kesalahan, dosa dan maksiat, dengan maaf dan
ampunan itulah sebagai modal bagi hamba untuk memperbaiki diri dan memulai
hidup baru setelah gelimang dosa ditinggalkan. Allah Al Afuww, Yang Maha
Pemaaf;
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlahkamushalat, sedangkamudalamKeadaanmabuk,
sehinggakamumengertiapa yang kamuucapkan, (jangan pula hampirimesjid) sedangkamudalamKeadaanjunub,
terkecualisekedarberlalusaja, hinggakamumandi. danjikakamusakitatausedangdalammusafirataudatangdaritempatbuang
air ataukamutelahmenyentuhperempuan, kemudiankamutidakmendapat air,
Makabertayamumlahkamudengantanah yang baik (suci); sapulahmukamudantanganmu.
Sesungguhnya Allah MahaPema'aflagiMahaPengampun.”[An Nisa’. 4;43]
Manusia adalah
makhluk Allah yang diberi beberapa kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain.
Kelebihan itu diantaranya; manusia
adalah makhluk Allah yang terbaik dibandingkan makhluk yang lain;
"Sesungguhnya kami Telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya " [At
Tin 95;4]
Manusia adalah makhluk Allah yang termulia
dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang, kemuliaan itu terbukti diberikan Allah
fasilitas untuk hidup di dunia;
"Dan
Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami
ciptakan" [Al Isra' 17;70]
Manusia adalah makhluk Allah yang dipercaya untuk memegang amanah sehingga
keimanan dapat terjaga dengan baik, bila amanah sudah dikhianati karena
mencampurkan iman dengan kekafiran dan kenifakan maka akan merendahkan posisi
manusia. Posisi yang jatuh kepada kerendahan martabat karena berbuat dosa, akan
kembali baik bila bertaubat dengan sungguh-sungguh.
"Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan
dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima
Taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang ' [Al Ahzab 33;73]
Manusia adalah makhluk Allah yang tersayang dengan memberikan segala apa
yang ada di langit dan di bumi untuk
kesejahteraan hidupnya. Namun bila perbuatan yang dilarang Allah dilakukan maka
posisi ini akan merendahkan derajatnya dihadapan Allah dan masyarakatnya;
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia
Maha mengetahui segala sesuatu" [Al Baqarah 2;29]
Walau status
itu diberikan Allah kepada manusia, tapi bila melakukan dosa maka status itu
akan direndahkan dan merendahkan posisi manusia;
"Kemudian
kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)''[At
Tin 95;5]
Ibarat pepatah yang mengatakan "karena nila setitik
maka rusaklah susu sebelanga".
Artinya kelebihan manusia yang diberikan Allah
sehingga mendapat posisi mulia akan hancur bilamana melakukan perbuatan
dosa. Rasulullahpun telah berpesan,”Hati-hatilah terhadap dosa kecil, siapa
tahu begitu kamu mengerjakan dosa kecil Allah mencatatmu sebagai penduduk
neraka selama-lamanya dan hati-hatilah terhadap amal yang kecil, siapa tahu
ketika kalian mengerjakan amal yang kecil itu dicatat Allah sebagai penghuni
syurga selama-lamanya’.
Akan
tetapi, kesalahan, dosa dan maksiat yang dilakukan manusia tidaklah
semestinya dilakukan terus menerus, dengan penuh kesadaran, dengan kerendahan
hati memohon maaf dan mohon ampun kepada Allah adalah sebagai solusi terbaik
untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik, untuk memotivasi diri agar hidup
lebih bersih dari hari-hari yang lalu.
Kesalahandandasabagimanusiaadalahsuatukelaziman.Tidakadamanusia
yang ma'shum, setebalapa pun tingkatkeimanannya, seluasapa pun
ilmunyadansedalamapa pun ketakwaannyakepada Allah, selamadiaadalahmanusia,
diapastisuatu kaliakanmelakukankesalahandandosa. Allah memangtidakberkehendakmenciptakanmanusiadalamkeadaanbersihdarikesalahandansempurnadaridosa,
karena Allah hanyamengingin-kankesempurnaanuntukdiriNya.Persoalan sebenarnya bukan pada manusia yang
berdosa dan bersalah, akan tetapi apa yang dilakukan setelah dosa dan kesalahan
tersebut? Fiman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ
ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
"Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (Ali
Imran 3: 135).
Nabi Adam telah mengukir keteladanannya dalam hal
ini, bukan pada pelanggarannya terhadap larangan Allah, akan tetapi pada apa
yang dia lakukan setelah dia melakukan pelanggaran tersebut. Sebagaimana telah
kita ketahui bahwa Adam bersama istrinya diizinkan oleh Allah tinggal di surga.
Allah melarangnya mendekati satu pohon yang ada di sana, tetapi Adam melanggar-nya
karena bujuk rayu setan, akan tetapi setelah itu Adam menyesali dan menyadari
kesalahannya serta memohon ampun kepada Allah. Allah mengampuninya dan Adam pun
menjadi lebih mulia dan lebih baik dari sebelumnya. Firman Allah Ta’ala,
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ
وَهَدَى
"Kemudian Rabbnya memilihnya maka Dia meneRima taubatnya dan membeRinya
petunjuk." (Thaha 20: 122). Di sisi lain, manakala Allah menciptakan Bani Adam dengan kesalahan dan dosanya, Dia pun membuka peluang perbaikan selebar-lebarnya. Dia memanggil dan mengajak hamba-hambaNya agar memanfaatkan peluang tersebut sebaik-baiknya. Dan peluang ini senantiasa terbuka siang-malam sepanjang umur manusia atau umur dunia ini. Peluang tersebut adalah taubat untuk meraih ampunan Allah Ta’ala. FiRman Allah Ta’ala,
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا
لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan
berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak
dapat ditolong (lagi)." (Az-Zumar 39: 54).
Dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Allah Ta’ala berfirman,
يَا عِـبَادِيْ، إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ
بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْـفِـرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا
فَاسْتَغْفِـرُوْنِيْ أَغْـفِـرْ لَكُمْ.
"Wahaihamba-hambaKu,
sesungguhnya kalian melakukankesalahansiang-malamdanAkumengampuniseluruhdosa,
OlehkarenaitumohonlahampunkepadaKu, niscayaAkumengampuni kalian."(HR.
Muslim daRi Abu DzaR, MukhtashaRShahih Muslim).
Jika Allah mengajakkepadaampunan, berjanjimemaafkandanmembukapintunyalebar-lebarsementarakitamanusiaselaluberdosa,
makatidaksekedarlayak, akantetapisangatlayakkalaukitamengetukpintutersebutdenganharapanDiaberkenanmelimpahkanmaafNyakepadakitasemua,
sesungguhnyaDiaMahaPengasihlagiPemurah. [Meraih Ampunan, Oleh: Izzudin KaRimi, Lc, Kumpulan
KhutbahJum’atPilihanSetahunEdisi ke-2, DarulHaq Jakarta,Compiled by orido™]
Memaafkan juga
diajarkan kepada hamba-Nya melalui kisah para nabi dan rasul yang membuktikan bahwa
memaafkan itu indah dan mendatangkan kebaikan. Nabi Musa
pernahmengajukanpertanyaankepada Allah, siapakahdiantarahamba-hamba-Nya yang
lebihmuliamenurutpandangan Allah makaditerangkanoleh Allah, ”Merekaadalah orang yang berhatimulia,
berlapang dada toleranterhadapmusuhatau orang yang
memusuhinyadisaatiaberkuasamelakukansekehendaknya”.
Ia tidak melampiaskan balas dendam atau
sakit hatinya terhadap orang itu, bahkan dia memaafkan karena Allah
semata-mata. Orang yang berhati emas semacam itu tinggi kedudukannya disisi
Allah swt.. dapat kita simpulkan bahwa memaafkan musuh atau orang yang memusuhi
kita ketika kita dapat melakukan pembalasan adalah suatu perbuatan yang sangat
baik dan tinggi nilainya disisi Allah selain itu malahan menambah tinggi maratabat
dan derajatnya pada pandangan masyarakat dan musuh itu sendiri.
Dalam siroh [sejarah]
dikemukakan perilaku dan ketinggian budi pekerti nabi Muhammad Saw, dalam
ghazwah [perang] Uhud Nabi mendapat luka pada muka dan juga patah beberapa guah
giginya, berkatalah salah seorang sahabatnya, ”Tolonglah tuan doakan agar
mereka celaka”, Nabi menjawab, ”Aku sekali-kali tidak diutus untuk melaknat
seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan sebagai
rahmat”, lalu beliau menengadahkan tangannya kepada Allah dan berdo’a, ”Ya
Allah ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui”.
Rasulullah tidak berniat
membalas dendam, tapi malah memaafkan mereka dan kemudian dengan rasa kasih
sayang beliau mendoakan agar mereka diberi ampunan Allah, karena dianggapnya
mereka masih belum tahu tujuan ajakan baik yang dilakukan.
Dalam perang Uhud juga,
seorang budak hitam bernama Wahsyi, yang dijanjikan oleh tuannya untuk
dimerdekakan bila dapat membunuh paman
Nabi yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib, ternyata ia berhasil membunuh
Hamzah dan dia dimerdekakan. Kemudian dia masuk Islam dan menghadap kepada Nabi
Saw, Wahsyi memberitakan peristiwa pembunuhan Hamzah. Walaupun Nabi telah menguasai Wahsyi dan dapat
melakukan apa saja terhadap Wahsyi, namun tidak melakukannya bahkan memaafkan,
alangkah tingginya akhlak ini.
Para Rasul memaafkan semua
bentuk pendekatan yang mungkin dilakukan untuk menyentuh hati seseorang.
Pendekatan da’wah yang paling efektif adalah memaafkan dan kelemahlembutan.
Sebagaimana firman Allah kepada Musa dan Harun saat memerintahkan keduanya
untuk menghadapi Fir’aun yang zhalim itu;
”Dan berkatalah kamu berdua
kepadanya dengan lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” [Thaha 20;44].
Fir’aun dikenal sebagai
manusia yang kejam dan bengis, sikap dan suara yang keras malah akan membuatnya
marah dan memperlihatkan keganasannya, Nabi Musa dikenal seorang Nabi yang
bersuara keras dan tidak suka berdiplomasi. Tatkala Allah mengutus beliau
kepada Fir’aun, beliaupun mohon agar didampingi oleh saudaranya yang bernama
Harun. Ini disebabkan Nabi Musa ingin memelihara hubungan da’wah dengan Fir’aun
sampai ia sadar dan bertaubat, Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;159;
”Maka
disebabkan rahmat Allah dan karena Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap kasar lagi keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itulah maafkan mereka, mohonlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya’.
Rasululah dengan para
sahabat beliau, sebagai seorang pemimpin dan da’i, beliau tidak hanya memiliki
sikap pemaaf dan lemah lembut,namun juga kasih sayang. Dengan pribadi ini tidak
mengherankan bila beliau senantiasa dicintai oleh para pengikutnya. Lihatlah
kelembutan Nabi tatkala seorang Arab pegunungan kencing di pojok masjid beliau.
Melihat perbuatan kurang ajar itu para sahabat bangkit ingin menghajar sang
Badui. Maka Rasulullah mencegah mereka dan berkata, ”Biarkan dia, siramilah tempat yang dikencenginya dengan setimba air.
Sesungguhnya kalian dibangkitkan untuk memberi kasih sayang dan kemudahan,
bukan untuk menyulitkan”, lalu sang Arab Badui itu masuk Islam karena
kelembutan,santun dan kasih sayang Rasul, kemudian dia berdoa, ”Ya Allah
masukkanlah saya dan Muhammad ke dalam syurga, sedangkan yang marah-marah tadi
jangan”.
Di dalam hadits terdapat
juga beberapa penjelasan tentang sifat suka memaafkan, antara lain sebagai berikut;
”Barangsiapa yang dapat menahan luapan kemarahan, sedang ia berkuasa
dan sanggup melampiaskannya, niscaya Allah akan memanggilnya pada hari kiamat
di hadapan khalayak ramai, untuk memilih bidadari yang dikehendaki”. Rasulullah
bersabda,”Seorang muslim apabila disaat bergaul dengan orang banyak dan dapat
bersabar [suka memaafkan] atas gangguan mereka, lebih baik dari muslim yang
tidak suka bergaul dan tidak sabar atas gangguan mereka”, pada kesempatan
lainpun Rasulullah menyampaikan pesannya, ”Ada tiga hal yang apabila dilakukan
akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya, ditaburi rahmat-Nya dan
dimasukkan-Nya ke dalam syurga-Nya, yaitu, apabila diberi ia berterima kasih,
apabila berkuasa ia suka memaafkan, apabila marah ia menahan diri [tidak marah].
Allah
Al Afuw, Yang Pemaaf, terlalu banyak dosa, kesalahan dan maksiat yang hamba
lakukan dalam kehidupan ini ya Allah, dosa melalui lisan yang selalu berkata
yang tidak baik, dosa melalui mata yang selalu memandang hal-hal yang Engkau
larang, dosa melalui telinga yang selalu tergiur mendengarkan hal-hal yang
sia-sia, semua anggota tubuh ini tidak luput dari dosa, kesalahan dan maksiat,
hal ini karena kelemahan iman dan kedurhakaan hamba ya Allah.
Ya Ilahi, Yang Maha Pemaaf, kalaulah
karena kesalahan, dosa dan maksiat itu Engkau membenci hamba, Engkau tidak
memaafkan, tidak Engkua ampuni maka sia-sialah hidup yang kami jalani ini, kami
mengharapkan dengan kerendahan hati akan kasih sayang-Mu, sehingga Engkau
berkenan untuk memaafkan hamba karena Engkau Maha Pemaaf, Wallahu a’lam [CubadakSolok,
19 JumadilAwal 1432.H/ 23 April 2011.M, Jam 20;35].
Referensi;
1.KuliahTafsir,
Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis,
Drs.MukhlisDenros, 2009
4.Izzudin KaRimi, Lc, Kumpulan KhutbahJum’atPilihanSetahunEdisi ke-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar