AL HASIB
[ Yang Maha Membuat Perhitungan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Dalam
hadits Qudsi Allah melalui Rasul-Nya menunjukkan perhitungan yang diberikan kepada
ummatnya yang beriman, ”Jika seorang
hamba-Ku merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi tidak
dilaksanakannya, tulislah baginya satu kebaikan, jika dilaksanakannya maka
tulislah satu kejahatan, bila ia taubat, hapuslah daripadanya kesalahan itu.
Dan bila seorang hamba-Ku merencanakan untuk melakukan kebaikan lalu tidak
dilaksanakannya, maka tulislah baginya satu kebaikan, tetapi jika
dilaksanakannya tulislah baginya sepuluh ganda hingga tujuh ratus ganda
kebaikan”.
Itu sebuah perhitungan diluar kemampuan manusia,
Allah berikan kepada hamba-Nya sebagai rahmat bagi mereka yang akan melakukan
perbuatan baik atau perbuatan buruk, semuanya mendapatkan balasan dan
perhitungan yang jelas karenaAllah mempunyai
sifat Al Hasib, Yang Maha Membuat Perhitungan;
”Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,
Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau
balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan
segala sesuatu.’’[An
Nisa’ 4;86]
Perhitungan Allah tidaklah
sama dengan perhitungan manusia, manusia menghitung segala sesuatu dari segi
materi dan keuntungan belaka, memandang baik dan buruknya sesuatu itu dari
asfek dunia semata, tapi Allah tidaklah begitu sehingga persepsi manusia dengan
Tuhan kadangkala perlu penyesuaian;
Pandangan
manusia yang cendrung sesaat tidaklah sama dengan pandangan Allah yang
mengetahui kelebihan dan kekurangan makhluk-Nya, demikian pula halnya
sesuatu yang buruk bagi manusia bisa
jadi hal tersebut sebenarnya baik menurut pandangan Allah dan sebaliknya,
sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 2;216
"Diwajibkan atas kamu
berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak Mengetahui''.
Peperangan atau puncak dari jihad
dalam islam adalah sesuatu yang tidak disukai oleh manusia karena akan terjadi
saling bunuh, berpisah dengan keluarga, kalau tidak mati tentu akan cacat
seumur hidup serta kerusakan lainnya yang tidak dapat dihitung secara kasat
mata, tapi peperangan itu mendatangkan kemanfaatan yang banyak sekali bagi
hidup dan kehidupan manusia. Bahkan
Allah dan Rasul-Nya menggambarkan orang-orang yang berjihad karena
membela agama Allah dengan beberapa keutamaan;
Jihad juga tuntutan dari keimanan dalam rangka
mempertaruhkan kalimat tauhid yang diucapkan seseorang ketika mengaku sebagai
muslim dengan klasifikasi yang beragam, baik melalui ilmu, harta, tenaga,
politik, ekonomi hingga menyerahkan jiwa raga demi tegaknya syariat Allah di
bumi ini;
’’Sesungguhnya
Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka
membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu
lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar” [At Taubah 9;111]
Bagi yang beriman dan
beramal shaleh, tidaklah dibiarkan demikian saja tapi Allah akan
memperhitungkan semuanya sesuai dengan janji-Nya, akan diberikan pahala dan
balasan syurga kelak di akherat;
”Dan
sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi
mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap
mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan :
"Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi
buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang
suci dan mereka kekal di dalamnya”[Al Baqarah 2;24].
Dan sebaliknya bagi yang
kafir, pembuat zhalim dan kemungkaran lainnya akan diberi siksa dan azab, di
dunia ataupun di akherat, itu semuanya berada dalam perhitungan Allah, secara
manusiawi wajar saja kalau orang yang kafir dibalas dengan siksa dan azab
sebagai balasan yang sepadan.
Bagaimana Allah menimpakan
azab dan bencana kepada mereka?Apa yang menyebabkan mereka diazab dan
ditimpakan musibah kepada mereka? Bagaimana kondisi mereka waktu menghadapi
azab dab bencana tersebut? Akankah mereka mampu lari, atau menghindar dari
skenario Allah tesebut? Semuanya akan kita dapatkan jawabannya dengan jelas dan
rinci dalam Al-Qur’an, asalkan kita yakin bahwa Al-Quran itu sebuah kitab
kebenaran yang datang dari Allah menjadi petunjuk hidup bagi kita. Kalau tidak
yakin, maka apapun yang diceritakan Al-Qur’an tidak akan berguna bagi kita.
Sangat banyak ayat Al-Qur’an
bercerita tentang bagaimana Allah menghancurkan dan mengazab umat-umat
terdahulu. Di antaranya seperti yang Allah jelaskan dalam surat Adz-Zdariyat
[51] ayat 31 sampai 51.
”Ibrahim bertanya: "Apakah urusanmu Hai Para utusan?"
mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum
Luth), agar Kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah, yang ditandai di
sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas". lalu
Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu.
dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang
berserah diri. dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang
yang takut kepada siksa yang pedih. dan juga pada Musa (terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir'aun dengan membawa mukjizat
yang nyata. Maka Dia (Fir'aun) berpaling (dari iman) bersama tentaranya dan
berkata: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila." Maka
Kami siksa Dia dan tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang
Dia melakukan pekerjaan yang tercela. dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami
kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan
satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk, dan pada
(kisah) kaum Tsamud ketika dikatakan kepada mereka: "Bersenang-senanglah
kalian sampai suatu waktu."
”Maka
mereka Berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, lalu mereka disambar petir
dan mereka melihatnya.Maka mereka sekali-kali tidak dapat bangun dan tidak pula
mendapat pertolongan, dan (kami membinasakan) kaum Nuh sebelum itu.
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa dan bumi itu Kami
hamparkan, Maka Sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). dan segala
sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang
pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. dan janganlah kamu Mengadakan
Tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan
yang nyata dari Allah untukmu.”
Dari 20 ayat tersebut dapat kita ambil kesimpulan
sebagai berikut :
- Allah mengazab umat Nabi Luth yang mengikutkan syahwat sex mereka yang menyimpang (homo sex) dan tidak mau peduli dengan sistem dan aturan Allah dalam menyalurkan hasrat sex mereka dan bahkan menyebarkannya kepada masyarakat luas sebagai sebuah kebenaran. Lalu Allah turunkan kepada mereka hujan batu bersal dari tanah yang bisa saja berasal dari gunung merapi saat itu. Lalu mereka terbakar, mati dan hancur semuanya kecuali satu keluarga yang Allah selamatkan, keluarga nabi Luth selain istrinya yang durhaka.
- Allah mengazab dan menghancurkan Fir’aun dan prajuritnya yang terkenal gagah perkasa. Betapa tidak, dengan kepongahanya, Fir’aun bukan hanya menolak dakwah nabi Musa, melainkan ingin membunuhnya dan mebrengus ajarannya yang datang dari Allah, dengan cara membunuh Musa dan pengikutnya. Namun, sesuai scenario Allah, Allah perintahkan Nabi Musa untuk lari ke pinggir laut merah agar Fir’aun dan pasukannya mengejar mereka ke sana. Tanpa diduga sama sekali oleh Fir’aun dan prajuritnya, di laut merah itulah tempat mereka menghembuskan nafas terakhir.. Inilah cara Allah menghancurkan pemimpin dan pasukannya yang sombong itu dan tidak mau bertaubat dan kembali kepda Allah.
- Kaum ‘Ad Allah hancurkan pula dengan angin kencang yang menusuk daging selama 7 malam dan delapan hari sehingga tercerabutlah tulang-tulang mereka dari daging sehingga mereka binasa semua dalam keadaan berglimpangan. Azab itu turun juga karena mereka durhaka kepada Allah dan Nabi-Nya.
- Kaum Tsamud juga Allah hancurkan dengan petir keras sekali sehingga mereka berjatuhan dan tidak mampu lagi bangkit untuk selama-lamanya. Azab ini juga Allah timpakan karena mereka membangkang kepada ajaran Allah dan Nabi-Nya.
- Demikian pula dengan kaum Nuh sebelum kaum-kaum tersebut. Mereka Allah hancurkan dengan menciptakan banjir besar sehingga mereka tenggelam semuanya, kecuali para pengikut nabuh Nuh yang beriman dan taat pada Allah dan nabi-Nya.
Dari kisah kehancuran lima
kaum tersebut di atas, penyebabnya hanya satu, yakni membangkang kepada sistem
dan aturan Allah yang diamanahkan kepada para Rasul-Nya untuk disampaikan
kepada umat mereka masing-masing. Pembangkangan tersebut bisa melalui pola sex
menyimpang (homosex dan lesby), atau disebabkan penyimpangan lainnya seperti
yang terkait dengan akidah yang dilakukan umat nabi Nuh yang menyembah kuburan
orang-orang sholeh, atau kesombongan yang dilakukan oleh Fir’aun dan para
pengikut dan pasukannya.
Disamping itu, ayat-ayat
tersebut bukan hanya menceritakan sebab-sebab kehancuran mereka, akan tetapi
juga memberikan solusi efektif agar tidak ditimpakan Allah berbagai azab
seperti yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu. Solusinya ialah : kembali
kepada Allah dengan berlari seperti yang Allah tawarkan pada ayat ke 50.
Kembali kepada-Nya dengan mentaati semua perintah dan menjauhi semua
larangan-Nya. Sebagai bukti utama dan terutama dari kembali kepada Allah itu
ialah tidak menyekutukan-Nya dalam penciptaan dan perbutan-Nya (rububiyyah),
ibadah (uluhiyyah) dan nama-nama (nama-nama) dan sifat-sifat-Nya.[Era Muslim, Ustadz Fathuddin Ja'far, MABerlarilah
Kepada Allah,Rabu, 10/11/2010 17:34 WIB].
Allah Al Hasib, Yang Maha
Membuat Perhitungan, segala perhitungan yang ditargetkan-Nya adalah tepat,
tidak satupun yang meleset, apakah perhitungan bagi orang kafir ataupun
perhitungan yang ditujukan kepada orang yang beriman. Bulan Ramadhan yang
merupakan bulan istimewa mempunyai perhitungan yang jelas tentang keberkahan
dan pahala yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Imam Tirmizi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Rasul Saw. bersabda
:”Telah datang kepadamu Ramadhan. Bulan yang dipenuhi berkah.Allah
Azza Wajalla mewajibkan kamu berpuasa padanya.Pintu-pintu langit dibuka dan
pintu-pintu neraka ditutup, dan selama Ramadhan itu para setan dibelenggu.Allah
memiliki satu malam dalam bulan Ramadhan yang nilainya lebih baik dari 1.000
bulan. Siapa yang dihalangi kebaikannya, sungguh ia tidak akan mendapatkan
apa-apa.”.
Kalau kita jumlahkan semua
keberkahan dan kebaikan Ramadhan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya itu, maka
kita akan mendapat nilai totalnya = kebaikan dunia dan akhirat. Betapa tidak?
Kalau saja shaum yang kita lakukan selama sebulan setiap tahun itu bisa menjadi
pelatihan manajemen diri dan syahwat kita, pastilah kita akan mendapatkan
kebaikan yang banyak di dunia dan terhindar dari banyak masalah. Kalau saja
kita mendapat kesempatan menghidupkan satu malam dengan berbagai ibadah
(khususnya Qiyamullail, membaca Al-Qur’an dan mentadabburkan ayat-ayatnya) yang
kebaikannya lebih baik dari 1000 bulan (83.3 tahun), maka satu malam itu
bernilai lebih dari keseluruhan umur kita. Apalagi jika kita dapatkan 10 kali
dalam hidup ini maka hasilnya : 10 X 83.3 = 833 tahun. Jika 20 kali, maka
hasilnya : 1.666 tahun. Jika kita dapatkan 30 kali dam hidup ini maka hasilnya
2.499 tahun.Dan begitulah seterusnya.
Kalau saja kita mati dalam keadaan dosa yang diampunkan sebagai imbalan ibadah shiyam dan qiyam Ramadhan yang kita lakukan, berarti syurga adalah tempat kita kembali. Kalau saja kita berhasil mencapai kegembiraan saat berbuka di dunia dan saat bertemu dan melihat Allah nanti di akhirat sebagai imbalan ibadah shaum Ramadhan yang kita lakukan, itu adalah tanda yang mengisyaratkan isnya Allah kita masuk syurga, karena yang bisa bertemu dan melihat Allah itu hanya penghuni syurga. Dan begitulah seterusnya... Sekali lagi, jika kita berhasil meraih keberkahan Ramadhan dan kebaikannya, nilainya sama dengan kebaikan dunia dan akhirat.[Era Muslim, Ustadz Fathuddin Ja'far, MARahasia Di Balik Keberkahan RamadhanKamis, 26/08/2010 08:21 WIB]
Ya Al Hasib, Yang Maha Membuat Perhitungan, Engkau yang memperhitungkan segala kehidupan makhluk di dunia ini dengan rezeki yang Engkau Karuniakan, tiada kekuatan dan kemampuan yang kami miliki, semuanya dari kehendak, ketentuan dan perhitungan dari-Mu, tempatkanlah hamba ini pada posisi yang baik di dunia ini menurut pandangan-Mu.
Ya
Ilahi, semua prilaku yang kami lakukan tidak luput dari pengawasan dan
pantauan-Mu sehingga Engkau berhak untuk menjatuhkan seseorang sebagai muslim
yang taat dengan syurga sebagai balasan dan sebaliknya bagi yang kafir dan
durhaka Engkua tempatkan pada neraka sebalasan yang setimpal, semua itu berdasarkan
perhitungan Engkau.Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 17 Jumadil Awal 1432.H/ 21 April
2011.M, Jam 12;55].
Referensi;
1.Kuliah
Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Era
Muslim, Ustadz Fathuddin Ja'far, MA
Berlarilah Kepada Allah,2010
Saya izin copas
BalasHapus