Minggu, 14 Juni 2015

67. Al Hasib, Yang Maha Pembuat Perhitungan







AL HASIB
[ Yang Maha Membuat Perhitungan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


Dalam hadits Qudsi Allah melalui Rasul-Nya menunjukkan perhitungan yang diberikan kepada ummatnya yang beriman, ”Jika seorang hamba-Ku merencanakan untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi tidak dilaksanakannya, tulislah baginya satu kebaikan, jika dilaksanakannya maka tulislah satu kejahatan, bila ia taubat, hapuslah daripadanya kesalahan itu. Dan bila seorang hamba-Ku merencanakan untuk melakukan kebaikan lalu tidak dilaksanakannya, maka tulislah baginya satu kebaikan, tetapi jika dilaksanakannya tulislah baginya sepuluh ganda hingga tujuh ratus ganda kebaikan”.

Itu sebuah perhitungan diluar kemampuan manusia, Allah berikan kepada hamba-Nya sebagai rahmat bagi mereka yang akan melakukan perbuatan baik atau perbuatan buruk, semuanya mendapatkan balasan dan perhitungan yang jelas karenaAllah mempunyai  sifat Al Hasib, Yang Maha Membuat Perhitungan;
”Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.’’[An Nisa’ 4;86]

            Perhitungan Allah tidaklah sama dengan perhitungan manusia, manusia menghitung segala sesuatu dari segi materi dan keuntungan belaka, memandang baik dan buruknya sesuatu itu dari asfek dunia semata, tapi Allah tidaklah begitu sehingga persepsi manusia dengan Tuhan kadangkala perlu penyesuaian;

Pandangan manusia yang cendrung sesaat tidaklah sama dengan pandangan Allah yang mengetahui kelebihan dan kekurangan makhluk-Nya, demikian pula halnya sesuatu  yang buruk bagi manusia bisa jadi hal tersebut sebenarnya baik menurut pandangan Allah dan sebaliknya, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 2;216
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui''.
Peperangan atau puncak dari jihad dalam islam adalah sesuatu yang tidak disukai oleh manusia karena akan terjadi saling bunuh, berpisah dengan keluarga, kalau tidak mati tentu akan cacat seumur hidup serta kerusakan lainnya yang tidak dapat dihitung secara kasat mata, tapi peperangan itu mendatangkan kemanfaatan yang banyak sekali bagi hidup dan kehidupan manusia. Bahkan  Allah dan Rasul-Nya menggambarkan orang-orang yang berjihad karena membela agama Allah dengan beberapa keutamaan;

Jihad juga tuntutan dari keimanan dalam rangka mempertaruhkan kalimat tauhid yang diucapkan seseorang ketika mengaku sebagai muslim dengan klasifikasi yang beragam, baik melalui ilmu, harta, tenaga, politik, ekonomi hingga menyerahkan jiwa raga demi tegaknya syariat Allah di bumi ini;
            ’’Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar” [At Taubah 9;111]

            Bagi yang beriman dan beramal shaleh, tidaklah dibiarkan demikian saja tapi Allah akan memperhitungkan semuanya sesuai dengan janji-Nya, akan diberikan pahala dan balasan syurga kelak di akherat;
”Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”[Al Baqarah 2;24].

            Dan sebaliknya bagi yang kafir, pembuat zhalim dan kemungkaran lainnya akan diberi siksa dan azab, di dunia ataupun di akherat, itu semuanya berada dalam perhitungan Allah, secara manusiawi wajar saja kalau orang yang kafir dibalas dengan siksa dan azab sebagai balasan yang sepadan.
Bagaimana Allah menimpakan azab dan bencana kepada mereka?Apa yang menyebabkan mereka diazab dan ditimpakan musibah kepada mereka? Bagaimana kondisi mereka waktu menghadapi azab dab bencana tersebut? Akankah mereka mampu lari, atau menghindar dari skenario Allah tesebut? Semuanya akan kita dapatkan jawabannya dengan jelas dan rinci dalam Al-Qur’an, asalkan kita yakin bahwa Al-Quran itu sebuah kitab kebenaran yang datang dari Allah menjadi petunjuk hidup bagi kita. Kalau tidak yakin, maka apapun yang diceritakan Al-Qur’an tidak akan berguna bagi kita.
Sangat banyak ayat Al-Qur’an bercerita tentang bagaimana Allah menghancurkan dan mengazab umat-umat terdahulu. Di antaranya seperti yang Allah jelaskan dalam surat Adz-Zdariyat [51] ayat 31 sampai 51.
”Ibrahim bertanya: "Apakah urusanmu Hai Para utusan?" mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar Kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah, yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas". lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah diri. dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih. dan juga pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir'aun dengan membawa mukjizat yang nyata. Maka Dia (Fir'aun) berpaling (dari iman) bersama tentaranya dan berkata: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila." Maka Kami siksa Dia dan tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang Dia melakukan pekerjaan yang tercela. dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk, dan pada (kisah) kaum Tsamud ketika dikatakan kepada mereka: "Bersenang-senanglah kalian sampai suatu waktu."

”Maka mereka Berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, lalu mereka disambar petir dan mereka melihatnya.Maka mereka sekali-kali tidak dapat bangun dan tidak pula mendapat pertolongan, dan (kami membinasakan) kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa dan bumi itu Kami hamparkan, Maka Sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. dan janganlah kamu Mengadakan Tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.”

Dari 20 ayat tersebut dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Allah mengazab umat Nabi Luth yang mengikutkan syahwat sex mereka yang menyimpang (homo sex) dan tidak mau peduli dengan sistem dan aturan Allah dalam menyalurkan hasrat sex mereka dan bahkan menyebarkannya kepada masyarakat luas sebagai sebuah kebenaran. Lalu Allah turunkan kepada mereka hujan batu bersal dari tanah yang bisa saja berasal dari gunung merapi saat itu. Lalu mereka terbakar, mati dan hancur semuanya kecuali satu keluarga yang Allah selamatkan, keluarga nabi Luth selain istrinya yang durhaka.
  2. Allah mengazab dan menghancurkan Fir’aun dan prajuritnya yang terkenal gagah perkasa. Betapa tidak, dengan kepongahanya, Fir’aun bukan hanya menolak dakwah nabi Musa, melainkan ingin membunuhnya dan mebrengus ajarannya yang datang dari Allah, dengan cara membunuh Musa dan pengikutnya. Namun, sesuai scenario Allah, Allah perintahkan Nabi Musa untuk lari ke pinggir laut merah agar Fir’aun dan pasukannya mengejar mereka ke sana. Tanpa diduga sama sekali oleh Fir’aun dan prajuritnya, di laut merah itulah tempat mereka menghembuskan nafas terakhir.. Inilah cara Allah menghancurkan pemimpin dan pasukannya yang sombong itu dan tidak mau bertaubat dan kembali kepda Allah.
  3. Kaum ‘Ad Allah hancurkan pula dengan angin kencang yang menusuk daging selama 7 malam dan delapan hari sehingga tercerabutlah tulang-tulang mereka dari daging sehingga mereka binasa semua dalam keadaan berglimpangan. Azab itu turun juga karena mereka durhaka kepada Allah dan Nabi-Nya.
  4. Kaum Tsamud juga Allah hancurkan dengan petir keras sekali sehingga mereka berjatuhan dan tidak mampu lagi bangkit untuk selama-lamanya. Azab ini juga Allah timpakan karena mereka membangkang kepada ajaran Allah dan Nabi-Nya.
  5. Demikian pula dengan kaum Nuh sebelum kaum-kaum tersebut. Mereka Allah hancurkan dengan menciptakan banjir besar sehingga mereka tenggelam semuanya, kecuali para pengikut nabuh Nuh yang beriman dan taat pada Allah dan nabi-Nya.
Dari kisah kehancuran lima kaum tersebut di atas, penyebabnya hanya satu, yakni membangkang kepada sistem dan aturan Allah yang diamanahkan kepada para Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat mereka masing-masing. Pembangkangan tersebut bisa melalui pola sex menyimpang (homosex dan lesby), atau disebabkan penyimpangan lainnya seperti yang terkait dengan akidah yang dilakukan umat nabi Nuh yang menyembah kuburan orang-orang sholeh, atau kesombongan yang dilakukan oleh Fir’aun dan para pengikut dan pasukannya.
Disamping itu, ayat-ayat tersebut bukan hanya menceritakan sebab-sebab kehancuran mereka, akan tetapi juga memberikan solusi efektif agar tidak ditimpakan Allah berbagai azab seperti yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu. Solusinya ialah : kembali kepada Allah dengan berlari seperti yang Allah tawarkan pada ayat ke 50. Kembali kepada-Nya dengan mentaati semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Sebagai bukti utama dan terutama dari kembali kepada Allah itu ialah tidak menyekutukan-Nya dalam penciptaan dan perbutan-Nya (rububiyyah), ibadah (uluhiyyah) dan nama-nama (nama-nama) dan sifat-sifat-Nya.[Era Muslim, Ustadz Fathuddin Ja'far, MABerlarilah Kepada Allah,Rabu, 10/11/2010 17:34 WIB].
Allah Al Hasib, Yang Maha Membuat Perhitungan, segala perhitungan yang ditargetkan-Nya adalah tepat, tidak satupun yang meleset, apakah perhitungan bagi orang kafir ataupun perhitungan yang ditujukan kepada orang yang beriman. Bulan Ramadhan yang merupakan bulan istimewa mempunyai perhitungan yang jelas tentang keberkahan dan pahala yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Tirmizi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, Rasul Saw. bersabda :”Telah datang kepadamu Ramadhan. Bulan yang dipenuhi berkah.Allah Azza Wajalla mewajibkan kamu berpuasa padanya.Pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, dan selama Ramadhan itu para setan dibelenggu.Allah memiliki satu malam dalam bulan Ramadhan yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan. Siapa yang dihalangi kebaikannya, sungguh ia tidak akan mendapatkan apa-apa.”.
Kalau kita jumlahkan semua keberkahan dan kebaikan Ramadhan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya itu, maka kita akan mendapat nilai totalnya = kebaikan dunia dan akhirat. Betapa tidak? Kalau saja shaum yang kita lakukan selama sebulan setiap tahun itu bisa menjadi pelatihan manajemen diri dan syahwat kita, pastilah kita akan mendapatkan kebaikan yang banyak di dunia dan terhindar dari banyak masalah. Kalau saja kita mendapat kesempatan menghidupkan satu malam dengan berbagai ibadah (khususnya Qiyamullail, membaca Al-Qur’an dan mentadabburkan ayat-ayatnya) yang kebaikannya lebih baik dari 1000 bulan (83.3 tahun), maka satu malam itu bernilai lebih dari keseluruhan umur kita. Apalagi jika kita dapatkan 10 kali dalam hidup ini maka hasilnya : 10 X 83.3 = 833 tahun. Jika 20 kali, maka hasilnya : 1.666 tahun. Jika kita dapatkan 30 kali dam hidup ini maka hasilnya 2.499 tahun.Dan begitulah seterusnya.

Kalau saja kita mati dalam keadaan dosa yang diampunkan sebagai imbalan ibadah shiyam dan qiyam Ramadhan yang kita lakukan, berarti syurga adalah tempat kita kembali. Kalau saja kita berhasil mencapai kegembiraan saat berbuka di dunia dan saat bertemu dan melihat Allah nanti di akhirat sebagai imbalan ibadah shaum Ramadhan yang kita lakukan, itu adalah tanda yang mengisyaratkan isnya Allah kita masuk syurga, karena yang bisa bertemu dan melihat Allah itu hanya penghuni syurga. Dan begitulah seterusnya... Sekali lagi, jika kita berhasil meraih keberkahan Ramadhan dan kebaikannya, nilainya sama dengan kebaikan dunia dan akhirat.[Era Muslim, Ustadz Fathuddin Ja'far, MARahasia Di Balik Keberkahan RamadhanKamis, 26/08/2010 08:21 WIB]

            Ya Al Hasib, Yang Maha Membuat Perhitungan, Engkau yang memperhitungkan segala kehidupan makhluk di dunia ini dengan rezeki yang Engkau Karuniakan, tiada  kekuatan dan kemampuan yang kami miliki, semuanya dari kehendak, ketentuan dan perhitungan dari-Mu, tempatkanlah hamba ini pada posisi yang baik di dunia ini menurut pandangan-Mu.

Ya Ilahi, semua prilaku yang kami lakukan tidak luput dari pengawasan dan pantauan-Mu sehingga Engkau berhak untuk menjatuhkan seseorang sebagai muslim yang taat dengan syurga sebagai balasan dan sebaliknya bagi yang kafir dan durhaka Engkua tempatkan pada neraka sebalasan yang setimpal, semua itu berdasarkan perhitungan Engkau.Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 17 Jumadil Awal 1432.H/ 21 April 2011.M, Jam 12;55].

Referensi;
1.Kuliah Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Era Muslim, Ustadz Fathuddin Ja'far, MA Berlarilah Kepada Allah,2010
5.Era Muslim, Ustadz Fathuddin Ja'far, MA Rahasia Di Balik Keberkahan RamadhanKamis, 2010

 


1 komentar: