Minggu, 14 Juni 2015

63. Al Muntaqim, Maha Pemberi Balasan









AL MUNTAQIM
[ Maha Pemberi Balasan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


                Segala kemungkaran yang dilakukan manusia di dunia ini, segala bentuk  kekafiran yang dipertontonkan terkesan tidak ada balasan yang diterima, seolah-olah Allah membiarkan saja kejadian itu, hal itu nampak dengan semakin garangnya pelaku kemungkaran dan semakin banyaknya kekafiran berbuat sewenang-wenang, padahal semua yang dilakukan itu akan dibalas dengan balasan yang lebih keras dari itu, Allah itu Al Muntaqim, Yang Maha Pemberi Balasan, siapapun yang berlaku menyimpang dari aturan Allah akan menerima balasan yang layak;
”(ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah pemberi balasan.”[Adh Dhukhan 44;16]

Allah membalas keganasan pasukan Abrahah yang akan menghancurkan Ka’bah, dia akan memindahkan keramaian orang-orang yang menunaikan ibadah haji ke negeri Yaman, hal ini terjadi saat detik-detik kelahiran Muhammad bin Abdullah.

Abdul Muthalib berdiri dan memegangi pintu Ka'bah dan berdiri bersama dengan sekelompok orang-orang Quraisy, mereka berdoa kepada Allah SWT dan meminta perlindungan-Nya, agar para malaikat memerintahkan gajah-gajah tidak melangkahkan kakinya sehingga gajah itu pun tetap di tempatnya dan mentaati perintah para malaikat, kemudian gajah-gajah itu menerima pukulan yang dahsyat namun gajah-gajah itu tetap berdiam di tempatnya, gajah-gajah itu tampak gementar dan berteriak tetapi lagi-lagi gajah-gajah itu menolak untuk bergerak dan tidak bergerak selangkah pun. Abrahah bertanya: "Mengapa pasukan tidak bergerak?" Kemudian dikatakan kepadanya bahawa gajah-gajah menolak untuk bergerak.Abrahah mengangkat cemetinya. Dengan muka emosi, ia ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan gajah-gajahnya.

Matahari saat itu bersinar dan ia duduk di khemahnya. Ketika ia keluar, matahari bersembunyi di balik segerombolan burung. Abrahah mengangkat pandangannya ke arah langit. Mula-mula ia membayangkan bahawa ia melihat sekawanan awan yang hitam. Kemudian ia mengamat- amati awan itu. Dan ternyata ia bukan awan biasa. Itu adalah sekelompok burung yang menutupi cahaya matahari dan menyerupai awan yang tebal.Burung ababil, burung yang banyak.

Gajah-gajah semakin berteriak dengan kencang dan tampak ketakutan.Dan rasa takut itu kini menghinggapi seluruh pasukan.Abrahah berteriak di tengah-tengah pasukannya agar gajah diusahakan untuk maju secara paksa. Kemudian terbukalah salah satu jendela dari jendela al-Jahim, dan burung-burung itu menghujani pasukan dengan batu dari Sijil, yaitu batu yang sama yang pernah dihujankan kepada kaum Nabi Luth. Batu itu menyerupai bom-bom atom yang digunakan saat ini.

Para tentera Abrahah kembali dalam keadaan binasa di mana daging- daging dari tubuh mereka berciciran di jalan.Abrahah pun mendapatkan luka dan mereka keluar dari tempat itu dalam keadaan dagingnya terpisah satu persatu.Abrahah pun terbelah dadanya dan mati.Kemudian jasad para pasukannya tersebar dan berciciran di bumi, seperti tanaman yang dimakan oleh binatang. Setelah mendekati setengah abad, turunlah suatu surah di Mekah yang menceritakan tentang peristiwa itu:
"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentera gajah?Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka 'bah) itu sia-sia?Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun yang dimakan (ulat)." (QS. al-Fil105 : 1-5)

Pasukan gajah yang ingin memporak-porandakan Mekah dikalahkan.Kemudian mereka dihancurkan dan Tuhan pemilik Ka'bah berhasil melindungi rumah suci-Nya. Perlindungan tersebut bukan sebagai penghormatan bagi orang yang tinggal di rumah itu dan bukan sebagai bentuk pengkabulan doa kaum yang menyembah berhala yang memenuhi tempat itu. Allah SWT sebagai Pelindung Ka'bah memeliharanya kerana adanya hikmah yang tinggi; Allah SWT menginginkan sesuatu bagi rumah itu; Allah SWT ingin melindunginya agar tempat itu menjadi tempat yang damai bagi manusia dan supaya tempat itu menjadi pusat dari akidah yang baru dan menjadi tanah bebas yang aman, yang tidak dikuasai oleh seseorang pun dari luar dan juga tidak didominasi oleh pemerintahan asing yang akan membatasi dakwah. Yang demikian itu kerana di sana terdapat rumah dari rumah-rumah di Mekah yang lahir di sana seorang anak di mana ibunya bernama Aminah binti Wahab dan ayahnya adalah Abdullah, salah seorang tokoh Arab. Anak itu belum dilahirkan dan belum dapat tugas kenabian dan ia belum memikul Islam di atas pundaknya dan belum menjadi rahmat bagi alam semesta. Kemudian datanglah Abrahah yang ingin menghancurkan semua ini tanpa ia mengetahui semua rahasia ini.

            Ketika Nabi Muhammad mulai mendakwah agama islam ketengah masyarakatnya, banyak pertentangan yang dihadapinya, seperti cacimaki, permusuhan dan sikap-sikap arogan lainnya, semuanya itu dibalas oleh Allah karena Allah memang melindungi islam dan nabi-Nya. Bukhari meriwayatkan bahawa Rasulullah saw menaiki bukit Shafa dan beliau mulai memanggil-manggil tokoh Quraisy dan para kabilah Mekah. Dan ketika semua berkumpul, beliau bertanya kepada mereka: "Apakah kalian percaya jika aku memberitahu kalian bahawa seekor kuda akan datang menyerang kalian?" Mereka menjawab: "Tentu, kami belum pernah melihatmu berbohong." Beliau berkata: "Aku seorang yang diutus sebagai pemberi peringatan terhadap kalian. Di hadapanku terdapat seksaan yang berat jika kalian menentang." Abu Lahab berkata: "Sungguh celaka engkau, apakah kerana ini engkau mengumpulkan kami."

Dengan penghinaan inilah, peperangan terhadap Islam dimulai. Ketika kaum Muslim tidak mampu mempertahankan diri mereka, maka mula- mula Allah SWT membantu mereka dan menolong mereka dengan menurunkan surah yang pendek yang mengecam tindakan Abu Lahab:
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah bermanfaat kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar.Yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS. Allahab 111: 1-5)

Dengan ayat-ayat yang pendek dan tepat tersebut, Abu Lahab memasuki kancah sejarah dari pintunya yang paling pendek.Gambaran tentang kejahatan Abu Lahab tertulis selama-lamanya. Abu Lahab adalah seorang yang menentang dakwah kebenaran kerana ia mengkhuatirkan kedudukannya dan kekayaannya, padahal harta yang dipertahankannya dan dijaganya tidak memiliki erti sama sekali di sisi Allah SWT kerana ia sekarang berada dan dimasukkan di tengah-tengah neraka yang menyala- nyala, sedangkan isterinya membawa kayu bakar, sehingga menambah nyala api itu sendiri. Dan di lehernya terdapat suatu belenggu sebagai simbol keterikatannya dengan dunia binatang yang tidak berakal.Sebahagian besar orang-orang yang menentang dakwah adalah orang- orang yang berhubungan dengan dunia binatang yang tidak sadar.
Bencana yang datang berupa gunung meletus, banjir, longsor, wabah penyakit merupakan balasan dari Allah atas kemungkaran yang terjadi di daerah tersebut. Ketika Rasulullah saw masih hidup, di Kota Madinah tiba-tiba terjadi gempa bumi. Rasulullah saw lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Sejenak, Nabi saw menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (dengan cara buatlah Allah ridha kepada kalian)!"
Adakah hubungan antara bencana dengan kezaliman?Saat ini berita yang menguat memang hanya soal gejala alam. Orang mungkin akan menertawakan bila ada anggapan, ada kaitan antara bencana dan kemaksiatan. Sayangnya lagi, bila didekatkan dengan segi ruhaniat justru malah dibawa melenceng ke arah mistik.Padahal, apa yang diucapkan Nabi Adam as ketika harus meninggalkan surga? ”Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi." 
Demikian pula nabi Nuh as, ”Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. 
”La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim," inilah yang yang diucapkan Yunus as, ketika bencana menimpanya.
Di masa Khalifah Umar bin Kaththab pun terjadi hal yang sama, Umar bin Khattab ra mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!"
Dengan ketajaman mata hatinya, Umar bin Khattab bisa merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah saw dan Abu Bakar as-Shiddiq telah mengundang bencana. 
Umar segera mengingatkan kaumnya agar istighfar, bertaubat, dan menjauhi maksiat. Al-Faruq bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Bumi dan seisinya adalah mahluk Allah.Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah. 
Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia."Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''
Berselang pada  masa sahabat, yakni pada era Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga, ketika bencana terjadi, Umar bin Abdul Aziz segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, “Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS al-A'laa [87]:14-15).  [Cyber Sabili, Dwi Hardianto Kezaliman dan Kemaksiatan Mengundang Bencana Selasa, 16 November 2010 18:41].
Sebelum Allah memutuskan vonis kepada manusia sebenarnya telah ada beberapa petunjuk agar manusia berhati-hati di dunia dalam mengisi restan umur yang diberikan, agar kehidupan manusia terarah dan terkontrol, maka suatu pedoman diberikan, kalau pedoman ini tidak diindahkan bahkan orang yang memberi ingat tidak dianggap peringatannya lalu di akherat menemui kesengsaraan, itu akibat kelalaian dan kesalahan mereka;
     “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrahpun, niscaya dia akan
melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya”[Al Zalzalah 99;7-8].

Hidup yang diyakini manusia di dunia ini kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, Hakim Maha Tinggi lagi Maha Adil. Walaupun manusia mempersiapkan pengacara yang hebat untuk membela dakwaan atas tuduhan yang diperbuatnya, sedikitpun tidak dapat dielakkan, saksi tidak dapat disogok karena yang bertindak sebagai saksi bukan orang lain tapi anggota tubuh, sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat An Nur 24;24-25;
“Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yanga dahulu mereka kerjakan. Dihari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang Benar, lagi yang menjelaskan segala sesuatu menurut hakekat yang sebenarnya”.
           
Mumpung masih ada waktu yang diberikan Allah kepada kita untuk mereguk nikmat dunia ini sepuas-puasnya namun segalanya kelak akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah, semoga kita mampu untuk menerima segala resiko hidup ini dengan iman dan amal shaleh sehingga kita terlepas dari azab Allah. Semua yang dilakukan pasti ada balasannya, yang baik akan dibalas oleh Allah dengan pahala dan syurga-Nya, yang buruk akan dibalas pula dengan dosa dan neraka-Nya.

Ya Allah, Al Muntaqim, Engkau Maha Pemberi Balasan atas segala prilaku yang dilakukan makhluk-Mu, sebenarnya kami sudah tahu ya Allah bahwa kemungkaran yang kami lakukan akan Engkau balas dengan azab dan siksa-Mu, di dunia ataupun  di akherat kelak, tapi kami selalu melakukan itu. Ampunilah kami ya Allah dan berilah kami kekuatan untuk meninggalkannya selama-lamanya agar hidup kami ini selamat.

Ya Al Muntaqim, Engkaupun memberikan balasan kenikmatan kepada siapapun yang beriman dan beramal shaleh, tapi kadangkala kami malas untuk melakukannya, hal ini karena kebodohan kami ya Allah, berilah hamba taufiq dan hidayah-Mu sehingga mempunyai motivasi yang tinggi untuk  beramal shaleh dalam seluruh asfek kehidupan. Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 15 Jumadil Awal 1432.H/ 19 April 2011.M, Jam 12;10].

Referensi;
1.Kuliah Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Cyber Sabili, Dwi Hardianto ,November 2010
5.Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah, 2007

1 komentar:

  1. Tq atas penjelasan yg menyedarkan diri ini. Semoga kamu tergolong dalam ahli syuraNya.. amin

    BalasHapus