AL MUNTAQIM
[ Maha Pemberi Balasan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Segala kemungkaran yang dilakukan manusia
di dunia ini, segala bentuk kekafiran
yang dipertontonkan terkesan tidak ada balasan yang diterima, seolah-olah Allah
membiarkan saja kejadian itu, hal itu nampak dengan semakin garangnya pelaku
kemungkaran dan semakin banyaknya kekafiran berbuat sewenang-wenang, padahal
semua yang dilakukan itu akan dibalas dengan balasan yang lebih keras dari itu,
Allah itu Al Muntaqim, Yang Maha Pemberi Balasan, siapapun yang berlaku
menyimpang dari aturan Allah akan menerima balasan yang layak;
”(ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman
yang keras. Sesungguhnya Kami adalah pemberi balasan.”[Adh Dhukhan 44;16]
Allah membalas
keganasan pasukan Abrahah yang akan menghancurkan Ka’bah, dia akan memindahkan
keramaian orang-orang yang menunaikan ibadah haji ke negeri Yaman, hal ini
terjadi saat detik-detik kelahiran Muhammad bin Abdullah.
Abdul Muthalib
berdiri dan memegangi pintu Ka'bah dan berdiri bersama dengan sekelompok
orang-orang Quraisy, mereka berdoa kepada Allah SWT dan meminta
perlindungan-Nya, agar para malaikat memerintahkan gajah-gajah tidak
melangkahkan kakinya sehingga gajah itu pun tetap di tempatnya dan mentaati
perintah para malaikat, kemudian gajah-gajah itu menerima pukulan yang dahsyat
namun gajah-gajah itu tetap berdiam di tempatnya, gajah-gajah itu tampak
gementar dan berteriak tetapi lagi-lagi gajah-gajah itu menolak untuk bergerak
dan tidak bergerak selangkah pun. Abrahah bertanya: "Mengapa pasukan tidak
bergerak?" Kemudian dikatakan kepadanya bahawa gajah-gajah menolak untuk
bergerak.Abrahah mengangkat cemetinya. Dengan muka emosi, ia ingin melihat apa
yang sebenarnya terjadi dengan gajah-gajahnya.
Matahari saat
itu bersinar dan ia duduk di khemahnya. Ketika ia keluar, matahari bersembunyi
di balik segerombolan burung. Abrahah mengangkat pandangannya ke arah langit.
Mula-mula ia membayangkan bahawa ia melihat sekawanan awan yang hitam. Kemudian
ia mengamat- amati awan itu. Dan ternyata ia bukan awan biasa. Itu adalah
sekelompok burung yang menutupi cahaya matahari dan menyerupai awan yang
tebal.Burung ababil, burung yang banyak.
Gajah-gajah
semakin berteriak dengan kencang dan tampak ketakutan.Dan rasa takut itu kini
menghinggapi seluruh pasukan.Abrahah berteriak di tengah-tengah pasukannya agar
gajah diusahakan untuk maju secara paksa. Kemudian terbukalah salah satu
jendela dari jendela al-Jahim, dan burung-burung itu menghujani pasukan dengan
batu dari Sijil, yaitu batu yang sama yang pernah dihujankan kepada kaum Nabi
Luth. Batu itu menyerupai bom-bom atom yang digunakan saat ini.
Para tentera
Abrahah kembali dalam keadaan binasa di mana daging- daging dari tubuh mereka
berciciran di jalan.Abrahah pun mendapatkan luka dan mereka keluar dari tempat
itu dalam keadaan dagingnya terpisah satu persatu.Abrahah pun terbelah dadanya
dan mati.Kemudian jasad para pasukannya tersebar dan berciciran di bumi,
seperti tanaman yang dimakan oleh binatang. Setelah mendekati setengah abad,
turunlah suatu surah di Mekah yang menceritakan tentang peristiwa itu:
"Apakah
kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentera
gajah?Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka
'bah) itu sia-sia?Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang
berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang
terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun yang dimakan (ulat)." (QS. al-Fil105 : 1-5)
Pasukan gajah
yang ingin memporak-porandakan Mekah dikalahkan.Kemudian mereka dihancurkan dan
Tuhan pemilik Ka'bah berhasil melindungi rumah suci-Nya. Perlindungan tersebut
bukan sebagai penghormatan bagi orang yang tinggal di rumah itu dan bukan
sebagai bentuk pengkabulan doa kaum yang menyembah berhala yang memenuhi tempat
itu. Allah SWT sebagai Pelindung Ka'bah memeliharanya kerana adanya hikmah yang
tinggi; Allah SWT menginginkan sesuatu bagi rumah itu; Allah SWT ingin
melindunginya agar tempat itu menjadi tempat yang damai bagi manusia dan supaya
tempat itu menjadi pusat dari akidah yang baru dan menjadi tanah bebas yang
aman, yang tidak dikuasai oleh seseorang pun dari luar dan juga tidak
didominasi oleh pemerintahan asing yang akan membatasi dakwah. Yang demikian
itu kerana di sana terdapat rumah dari rumah-rumah di Mekah yang lahir di sana
seorang anak di mana ibunya bernama Aminah binti Wahab dan ayahnya adalah
Abdullah, salah seorang tokoh Arab. Anak itu belum dilahirkan dan belum dapat
tugas kenabian dan ia belum memikul Islam di atas pundaknya dan belum menjadi
rahmat bagi alam semesta. Kemudian datanglah Abrahah yang ingin menghancurkan
semua ini tanpa ia mengetahui semua rahasia ini.
Ketika Nabi Muhammad mulai
mendakwah agama islam ketengah masyarakatnya, banyak pertentangan yang
dihadapinya, seperti cacimaki, permusuhan dan sikap-sikap arogan lainnya,
semuanya itu dibalas oleh Allah karena Allah memang melindungi islam dan
nabi-Nya. Bukhari meriwayatkan bahawa Rasulullah saw menaiki bukit Shafa
dan beliau mulai memanggil-manggil tokoh Quraisy dan para kabilah Mekah. Dan
ketika semua berkumpul, beliau bertanya kepada mereka: "Apakah kalian percaya jika aku memberitahu kalian bahawa seekor
kuda akan datang menyerang kalian?" Mereka menjawab: "Tentu, kami
belum pernah melihatmu berbohong." Beliau berkata: "Aku seorang yang
diutus sebagai pemberi peringatan terhadap kalian. Di hadapanku terdapat
seksaan yang berat jika kalian menentang." Abu Lahab berkata:
"Sungguh celaka engkau, apakah kerana ini engkau mengumpulkan kami."
Dengan penghinaan inilah,
peperangan terhadap Islam dimulai. Ketika kaum Muslim tidak mampu
mempertahankan diri mereka, maka mula- mula Allah SWT membantu mereka dan
menolong mereka dengan menurunkan surah yang pendek yang mengecam tindakan Abu
Lahab:
"Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah bermanfaat
kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke
dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar.Yang
di lehernya ada tali dari sabut." (QS. Allahab 111: 1-5)
Dengan
ayat-ayat yang pendek dan tepat tersebut, Abu Lahab memasuki kancah sejarah
dari pintunya yang paling pendek.Gambaran tentang kejahatan Abu Lahab tertulis
selama-lamanya. Abu Lahab adalah seorang yang menentang dakwah kebenaran kerana
ia mengkhuatirkan kedudukannya dan kekayaannya, padahal harta yang
dipertahankannya dan dijaganya tidak memiliki erti sama sekali di sisi Allah
SWT kerana ia sekarang berada dan dimasukkan di tengah-tengah neraka yang
menyala- nyala, sedangkan isterinya membawa kayu bakar, sehingga menambah nyala
api itu sendiri. Dan di lehernya terdapat suatu belenggu sebagai simbol keterikatannya
dengan dunia binatang yang tidak berakal.Sebahagian besar orang-orang yang
menentang dakwah adalah orang- orang yang berhubungan dengan dunia binatang
yang tidak sadar.
Bencana yang datang berupa gunung meletus, banjir,
longsor, wabah penyakit merupakan balasan dari Allah atas kemungkaran yang
terjadi di daerah tersebut. Ketika Rasulullah saw masih hidup, di Kota
Madinah tiba-tiba terjadi gempa bumi. Rasulullah saw lalu meletakkan kedua
tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya
bagimu.'' Sejenak, Nabi saw menoleh ke arah para sahabat dan berkata,
"Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (dengan cara
buatlah Allah ridha kepada kalian)!"
Adakah hubungan antara bencana
dengan kezaliman?Saat ini berita yang menguat memang hanya soal gejala alam.
Orang mungkin akan menertawakan bila ada anggapan, ada kaitan antara bencana
dan kemaksiatan. Sayangnya lagi, bila didekatkan dengan segi ruhaniat justru
malah dibawa melenceng ke arah mistik.Padahal, apa yang diucapkan Nabi Adam as
ketika harus meninggalkan surga? ”Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi
diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami
menjadi orang-orang yang merugi."
Demikian pula nabi Nuh as, ”Jika
Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'.
”La ilaha illa anta,
Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang zalim," inilah yang yang diucapkan Yunus
as, ketika bencana menimpanya.
Di masa Khalifah Umar bin
Kaththab pun terjadi hal yang sama, Umar bin Khattab ra mengingat kejadian itu.
Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk
Madinah, "Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian
kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku
tak akan bersama kalian lagi!"
Dengan ketajaman mata hatinya,
Umar bin Khattab bisa merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para
penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah saw dan Abu Bakar as-Shiddiq telah
mengundang bencana.
Umar segera mengingatkan
kaumnya agar istighfar, bertaubat, dan menjauhi maksiat. Al-Faruq bahkan
mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Bumi dan
seisinya adalah mahluk Allah.Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah
untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap
ayat-ayat Allah.
Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab
Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi
dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin
kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan
atas kekeliruan manusia."Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi
mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''
Berselang pada masa
sahabat, yakni pada era Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga, ketika bencana
terjadi, Umar bin Abdul Aziz segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, “Amma
ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan
saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu,
maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
"Allah berfirman,
'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun
zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS
al-A'laa [87]:14-15). [Cyber Sabili, Dwi Hardianto Kezaliman dan Kemaksiatan Mengundang
Bencana Selasa, 16 November 2010 18:41].
Sebelum Allah
memutuskan vonis kepada manusia sebenarnya telah ada beberapa petunjuk agar
manusia berhati-hati di dunia dalam mengisi restan umur yang diberikan, agar
kehidupan manusia terarah dan terkontrol, maka suatu pedoman diberikan, kalau
pedoman ini tidak diindahkan bahkan orang yang memberi ingat tidak dianggap
peringatannya lalu di akherat menemui kesengsaraan, itu akibat kelalaian dan
kesalahan mereka;
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
sebesar zarrahpun, niscaya dia akan
melihat balasannya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun, niscaya dia akan
melihat balasannya”[Al Zalzalah 99;7-8].
Hidup yang
diyakini manusia di dunia ini kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah, Hakim Maha Tinggi lagi Maha Adil. Walaupun manusia mempersiapkan
pengacara yang hebat untuk membela dakwaan atas tuduhan yang diperbuatnya,
sedikitpun tidak dapat dielakkan, saksi tidak dapat disogok karena yang
bertindak sebagai saksi bukan orang lain tapi anggota tubuh, sebagaimana yang
difirmankan Allah dalam surat An Nur 24;24-25;
“Pada hari
ketika lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa
yanga dahulu mereka kerjakan. Dihari itu, Allah akan memberi mereka balasan
yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang Benar,
lagi yang menjelaskan segala sesuatu menurut hakekat yang sebenarnya”.
Mumpung masih ada waktu yang diberikan Allah
kepada kita untuk mereguk nikmat dunia ini sepuas-puasnya namun segalanya kelak
akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah, semoga kita mampu untuk
menerima segala resiko hidup ini dengan iman dan amal shaleh sehingga kita
terlepas dari azab Allah. Semua yang dilakukan pasti ada balasannya, yang baik
akan dibalas oleh Allah dengan pahala dan syurga-Nya, yang buruk akan dibalas
pula dengan dosa dan neraka-Nya.
Ya Allah, Al Muntaqim, Engkau Maha Pemberi Balasan
atas segala prilaku yang dilakukan makhluk-Mu, sebenarnya kami sudah tahu ya
Allah bahwa kemungkaran yang kami lakukan akan Engkau balas dengan azab dan
siksa-Mu, di dunia ataupun di akherat
kelak, tapi kami selalu melakukan itu. Ampunilah kami ya Allah dan berilah kami
kekuatan untuk meninggalkannya selama-lamanya agar hidup kami ini selamat.
Ya Al Muntaqim, Engkaupun memberikan
balasan kenikmatan kepada siapapun yang beriman dan beramal shaleh, tapi
kadangkala kami malas untuk melakukannya, hal ini karena kebodohan kami ya
Allah, berilah hamba taufiq dan hidayah-Mu sehingga mempunyai motivasi yang
tinggi untuk beramal shaleh dalam
seluruh asfek kehidupan. Wallahu a’lam [Cubadak
Solok, 15 Jumadil Awal 1432.H/ 19 April 2011.M, Jam 12;10].
Referensi;
1.Kuliah Tafsir, Faktar IAIN Raden
Intan Lampung, 1989
2.Al Qur'an dan Terjemahannya,
Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis,
Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Cyber Sabili, Dwi Hardianto ,November 2010
5.Pak Ndak - Kisah
Nabi-nabi Allah, 2007
Tq atas penjelasan yg menyedarkan diri ini. Semoga kamu tergolong dalam ahli syuraNya.. amin
BalasHapus