Jumat, 19 Juni 2015

16. Al Qayyum, Yang Berdiri Sendiri




AL QAYYUM
[Berdiri Sendiri]
Oleh Drs. St.  MUKHLIS DENROS

            Sebuahpernyataan yang benarsangatdibutuhkanbagiummatmanusiadalamrangkamembaktikandirinyakepada yang menciptakanlangit, bumidansegalaisinya, sekaligussebagaiTuhan yang wajibdisembaholehmakhlukini, pernyataaninidiungkapkan Allah dalambeberapafirman-Nyapadabeberapakitabterdahulutermasukdalam Al Qur’an. Denganjelasdantegas Allah menyatakandiri-NyasebagaiTuhanPenciptadanTuhan yang Harusdisembah, keberadaannyatanpamenyandarkandirikepada yang lain, DiaMutlakberdirisendiridantidaklelahmengurusmakhluk-Nya;
 “Allah, tidakadaTuhan (yang berhakdisembah) melainkanDia yang hidupkekallagiterusmenerusmengurus (makhluk-Nya); tidakmengantukdantidaktidur.Kepunyaan-Nyaapa yang di langitdan di bumi. tiada yang dapatmemberisyafa'at di sisi Allah tanpaizin-Nya? Allah mengetahuiapa-apa yang di hadapanmerekadan di belakangmereka, danmerekatidakmengetahuiapa-apadariilmu Allah melainkanapayang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputilangitdanbumi.dan Allah tidakmerasaberatmemeliharakeduanya, dan Allah MahaTinggilagiMahabesar”[Al Baqarah 2;255]
Al Qayyummerupakansifat Allah yang terangkumdalamasmaulhusna yang merupakanbagiandariaqidahseorangmukmin, karena(mengetahui) nama-namadansifat-sifat Allah SubhanahuwaTa’ala, sertamengimaninyaadalahsalahsatudarimacam-macamTauhid. KarenaTauhidterdiridaritigamacam, yaituTauhidRububiyah, TauhidUluhiyah, danTauhidAsmawaSifat.
TauhidRububiyahmaskudnyaadalahmengesakan Allah SubhanhuwaTa’aladalamhalperbuatan-perbuatanNya, sepertidalamhalmencipta, memberirizki, menghidupkandanmematikan, sertamengaturmakhluk.
TauhidUluhiyahmaksudnyaadalahmengesakan Allah SubhanahuwaTa’aladalamhalperbuatan-perbuatanhambaketikaber-taqarrub (mendekatkandiri) kepadaNya. Jikaseoranghambaberibadahsesuaidenganapa yang diinginkansyariat, ikhlashanyauntuk Allah SubhanahuwaTa’ala, sertatidakmenjadikansekutubagiNyadalamibadahtersebut, makainilah yang dinamakanTauhidUluhiyah.
SedangkanTauhidAsmawaSifatmaksudnyaadalahmenetapkannama-namadansifat-sifat Allah sebagaimana yang DiatetapkanuntukdiriNyaatauapa yang telahditetapkanolehRasulNya, Muhammad Shallallahu ‘alaihiwasallam.[Nama-namadansifat Allah termasukaqidah, SyaikhShalih bin Fauzan Al-Fauzan].
Mereka yang mengingkariTauhidAsmawaSifatberartimengingkarisalahsatumacamTauhid. Mereka yang ingkarinitidaklepasdariduakeadaan yang berikut.

Pertama.Mengingkarinyasetelahmengetahuibahwaitumemangbenaradanya.Merekamengingkarinyasecarasengaja, danmengajak yang lain untukmengingkarinya. Makamereka yang berlakusepertiinitelahkafirkarenamengingkariapa yang telah Allah tetapkanuntukdiriNya. Padahalmerekamengetauihaltersebuttanpaperlutakwil-nya.
Kedua.Hanyaikut-ikutankepada orang lainkarena rasa percayadanmenyangkabahwaiaberada di ataskebenaran. Ataukarenasalahdalammenafsirkan, sementaraiamenyangkaberada di ataskebenaran. Merekamelakukanhalinibukankarenasengajamengingkari, tetapikarenainginmensucikan Allah SubhanahuwaTa’ala ‘menurutpengakuanmereka’. Makamereka-mereka yang sepertiiniadalah orang-orang yang tersesatdansalahkarenaikut-ikutanataumentakwil (menafsirkan) sendiri.

Kafirnyakelompok yang pertamasebagaimanafirman Allah Subhanahuwata’alatentangkaummusyrikin. “Artinya : … Padahalmerekakafir (ingkar) kepadaAr-Rahman (Tuhan Yang MahaPemurah) …” [Ar-Ra’d : 30]
SyaikhSulaiman bin Abdullah di dalamkitabnya, Taysir Al-Aziz, berkata, “Karena Allah telahmenanamkanmereka yang mengingkarisatudarinama-namaNya (yaituAr-Rahman) dengankafir, makahalinimenunjukkanbahwamengingkaribagiandarinama-namadansifat-sifatNyaadalahkafir. Dengandemikian, siapasaja yang mengingkarisesuatudarinama-namadansifat-sifatNya, baikitu orang-orang filsafat, Jahmiyah, Mu’tazilah, atauselainmereka-pun termasukkafir, sesuaidengankadarpengingkaranmerekaterhadapnama-namadansifat-sifat Allah tersebut”
Beliaujugaberkata, “Bahkan kami katakan, ‘Barangsiapa yang tidakberimankepadanama-namadansifat-sifatNya, makadiabukantermasuk orang-orang yang beriman. Dan barangsiapa di dalamhatinyaada rasa keberatanakanhalitu, makadiaseorangmunafik”
TauhidAsmadanSifatbukanlahsesuatu yang barudimunculkanoleh orang-orang belakangan. (Bukanlah) Andatelahmendengarhukumbagisiapasaja yang mengingkarinama Allah Ar-Rahman ! Dan (bukankah) mengimaniTauhidiniterdapatdalampembicaraanparaShahabat, Tabi’in, Imam yangEmpat, dan yang lainnyadarikalanganSalaf.
Imam Malik, ketikaditanyatentangmasalahistiwa (tingginya) Allah SubhanahuwaTa’ala di atasArsy-Nyaberkata, “Istiwa (Allah) sudahsamadipahami, danbagaimana (hakikat)nyatidakdiketahui, sementaramengimaninyaadalahwajib, danbertanyatentangbagaimana (hakikat) Allah ber-istiwaadalahbid’ah”.

Abdullah bin Mubarak berkata, “Kita mengetahuibahwaTuhankitaberada di ataslangit yang tujuh ;ber-istiwa di atasArsy-Nya ; terpisahdarimakhluk-Nya. Kami tidakmengatakansepertiapa yang dikatakanolehJahmiyah”
Imam Al-Auza’iyberkata, “Kami danparaTabi’inmengatakan, ‘Sesungguhnya Allah penyebutannyadi atas ‘Arsy-Nyadan kami mengimaniapasaja yang terdapat di dalamSunnah”
Imam Abu Hanifahberkata, “Barangsiapa yang mengatakan, ‘SayatidaktahuapakahTuhansayaberada di langitataubumi, berartidiatelahkafirkarena Allah SubhanahuwaTa’alaberfirman. “Artinya : Allah ber-istiwa di atasarsy-Nya” [Thaha : 5] Dan arsy-Nyaberadadiataslangit yang tujuh”[Mengingkaritauhidasmawasifat, SyaikhShalih bin Fauzan Al-Fauzan]
Dalammengimaniasmawasifat, bukanhanyasebatasmengetahuisifat-sifat-Nyasajakemudianmenghafalkannyatapiharusdiaplikasikandalamseluruhasfekkehidupan, yang tertuangdalampengabdianatauibadah.
Maknapenghambaanatauperbudakandalam Islam ialahtundukdanmerendahkandirisertapatuhkepada Allah, denganmentaatiperintah-perintahNya, meninggalkanlarangan-laranganNya, selaluberadapadajalanNyadalamrangkamendekatkandirikepadaNyasekaligusmengharappahaladanberhati-hatidarikemarahansertahukumanNya.
Perbudakandanpenghambaan yang sesungguhnya (sebagaimana yang dimaksuddalammakna yang dijelaskan di atas) tidakbolehdiberikankecualihanyakepada Allah semata.Adapunperbudakansebagaimana yang kitakenal (dalamsejarah Islam) adalahperbudakan yang munculkarenasebabtertawannya orang-orang kafirolehkaummusliminketikaterjadiperang yang memangdisyari’atkan, (yang initidaktermasukperbudakansesungguhnya).[LajnahDaimah Lil Buhuts Al-IlmiahWalIfta, MaknaPenghambaanDalam Islam].
            Allah menjelaskanpengabdianhambaitudalamfirman-Nya;
“danakutidakmenciptakanjindanmanusiamelainkansupayamerekamengabdikepada-Ku.akutidakmenghendakirezkisedikitpundarimerekadanakutidakmenghendakisupayamerekamemberi-Ku makan.Sesungguhnya Allah DialahMahapemberirezki yang mempunyaikekuatanlagisangatkokoh”[Adz Dzariat; 51;56-68]
Tugasjindanmanusiadiwajibkan Allah di duniaadalahuntukmengabdikepada-Nya, artinyaperintah Allah inibukanberarti Allah mengharapkansesuatukepadamanusiadanDiatidakmenyandarkankepentingan-Nyakepadasiapapunbahkantidakmemintaapapunkepadamakhluknya, Dia Yang MemberiRezekikepadamakhluk-Nya.Hinggakeberadaan Allah tidaktergantungdarikekafiranataukeimananmakhluk-Nya, maukafirsilahkanmauberimantidakmasalah.
Kepentingan ibadah itu untuk manusia karena Nabi menyatakan dalam haditsnya, seandainya seluruh manusia, jin dan malaikat tunduk taat kepada Allah dengan ibadah yang dilakukan maka tidak akan meninggikan derajat Allah dan sebaliknya bila seluruh manusia, jin dan malaikat tidak mau beribadah kepada Allah maka tidak akan merendahkan derajat Allah.
Ya Al Qayyum, ya Allah Yang Berdiri sendiri, tiada daya dan upaya dari hamba-Mu tanpa bantuan dan kekuatan yang Engkau berikan, kalaulah bukan karena izin-Mu maka di pagi hari tidaklah hamba bisa membuka kelopak mata ini, semua itu merupakan nikmat dari-Mu, ya Ilahi, tanpa kekuatan dari-Mu tidaklah hamba mampu berbuat untuk kepentingan pribadi, keluarga dan masyarakat, maka tetaplah ya Allah, berilah hamba-Mu ini kekuatan fisik dan mental, kekuatan akal dan rohani, kekuatan sosial dan maal agar mampu berbuat, beribadah mahdhah ataupun ibadah sosial.
Ya Al Qayyum, Engkau tidak pernah lelah, tidak pernah mengantuk, tidak pernah lalai terhadap hamba-Mu, mengurus dan mengatur kehidupan makhluk berada di tangan-Mu tanpa adanya bantuan dari yang lain, jadikanlah hamba ini orang-orang yang mampu untuk mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan dan berikanlah kepada hamba ini kekuatan untuk menerima segala ujian hidup yang Engkau berikan, hamba ini tidaklah mampu untuk menghadapi semua ujian hidup yang Engkau hadapkan tapi berilah hamba kekuatan, ketegaran, keistiqamahan untuk mengahapinya. Bersama-Mu tidak ada yang sia-sia, bersama-Mu tidak ada yang tidak mungkin, tanpa-Mu hamba ini tidak ada maknanya.wallahu a’lam [Cubadak Solok, 21 Rabiul Akhir 1432.H/ 26 Maret 2011, Jam ; 19;13].
Referensi;
1.Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
3.SyaikhShalih bin Fauzan Al-Fauzan, almanhaj.or.id
4.LajnahDaimah Lil Buhuts Al-IlmiahWalIfta,almanhaj.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar