Rabu, 10 Juni 2015

85. Al Muzill, Yang Menghinakan



AL MUZILL
[ Yang Menghinakan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


                Kemuliaan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya akan bertahan lama bila dijaga dengan baik, tidak terjadi kemungkaran dan kekafiran pada diri hamba itu, selama dalam keadaan iman yang baik, amal shaleh yang terus menerus maka selama itu pula akan dicurahkan kemuliaan itu kepadanya, tapi ketika manusia tidak pandai menjaga kemuliaan maka dengan mudah Allah akan menghinakannya secara tepat dan cepat. Allah dengan sifat-Nya Al Muzill, Yang Menghinakan, Dia hinakan siapa saja yang Dia kehendaki;
”Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Ali Imran 3;26]

Ketika akan dijadikannya manusia yaitu Nabi Adam As, Malaikat menghendaki agar khalifah yang akan diciptakan itu seperti mereka yang taat dan patuh serta selalu bertasbih kepada Allah, tapi Allah lebih mengetahui makhluk yang akan direncanakan hadir ini;
" Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." !" [Al Baqarah 2;30]

Dari ayat diatas tergambar bahwa, kehadiran manusia di dunia ini mungkin membuat kerusakan dengan alasannya sendiri yang tidak terbaca oleh malaikat, demikian pula mereka akan menumpahkan darah tapi dengan aturan yang memang dibolehkan untuk itu, selain itu adalah penyimpangan, yang akibatnya akan dirasakan oleh manusia itu sendiri sebagaimana firman Allah dalam surat Ar Ruum 30;41

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" [Ar Ruum 30;41]

Secara tersurat dinyatakan bahwa; kerusakan yang terjadi di darat dan di laut akibat ulah usaha manusia, atas kerusakan itu sunnatullahnya akan terjadi berbagai bencana, bencana itu dalam rangka untuk menyadarkan manusia, agar kembali ke jalan benar dan bertaubat. Dari Sa’id Sa’d bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Dilarang segala yang bahaya dan menimpakan bahaya.” (Ibnu Majah].

Kerusakan yang dilakukan manusia itulah yang menjadikan dirinya hina di mata Allah, bahkan juga hina dimata orang-orang yang beriman, wajar bila Malaikat menolak kehadiran manusia itu yang dikhawatirkan selalu berbuat kerusakan.

Sebenarnya banyak kerusakan yang dilakukan manusia di dunia ini yaitu kerusakan aqidah dengan melakukan perbuatan syirik, kerusakan dalam bidang ibadah dengan melakukan amalan bid'ah, kerusakan akhlak, kerusakan hukm dan kerusakan yang terjadi terhadap bumi dan isinya.Isi bumi ini akan indah kalau ekosistemnya terjaga dengan baik, tanaman hidup dengan subur dengan hasil panen selain memenuhi kebutuhan manusia juga mendatangkan  kesehatan bagi yang menikmatinya, kemodern selalu mempercepat segala sesuatu sehingga hasil panen dapat dipetik dalam waktu hanya dua atau tiga bulan, buahpun berbentuk besar dan menggiurkan padahal semua itu dapat mendatangkan kerusakan di alam karena pupuk yang digunakan mengandung zat yang dapat membunuh zat hara dan merusak kesehatan para petani.

            Kerusakan lain yang terjadi adalah penebangan hutan sembarangan sehingga membuat hutan gundul yang mengakibatkan longsor dan banjir, ujungnya bencana dan malapetaka yang dirasakan manusia, padahal Allah memperingatkan ummat ini;
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik" [Al A'raf 7;56].

Demikian banyaknya bentuk kerusakan yang terjadi di dunia ini yang akan menyengsarakan kehidupan manusia padahal tugas manusia sebagai khalifah adalah membuat kebaikan di dunia ini untuk kesejahteraan penduduknya hingga anak cucu, tapi ketika nilai-nilai Ilahiyah sudah diabaikan maka pasti manusia berbuat sekehendak hatinya maka tentu saja kerusakan terjadi yang akibatnya manusia juga merasakannya sebagaimana sekelumit kejadian besar dibawah ini;

"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".Tetapi mereka berpaling, Maka kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr, Demikianlah kami memberi balasan kepada mereka Karena kekafiran mereka.dan kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan Hanya kepada orang-orang yang sangat kafir" [Saba' 34:15-17]

Itulah contoh kerusakan yang pernah terjadi adalah hancurnya negeri Saba' yang digambarkan dalam Al Qur'an hanya berawal karena penduduknya lalai menjaga bendungan yang mengairi sawah mereka sehingga sekian lama akhirnya bendungan itu jebol yang menenggelamkan seluruh pertanian. Kerusakan yang dilakukan manusia akan menciptakan kerusakan yang lebih parah lagi berupa bencana dan musibah, kerusakan apa kiranya yang dilakukan oleh manusia ketika bencana datang bertubi-tubi di negeri ini seperti gempa yang disertai Tsunami di Aceh  [2004] dan Mentawai [2010] yang meluluhlantakkan negeri tersebut dengan menelan kurban tidak terkira jumlahnya, meletusnya gunung Galunggung dan Merapi di Magelang [2010], gempa dahsyat menghancurkan Sumatara Barat [2009], lumpur Lapindo yang merusak tiga kecamatan di Sidoarjo Jawa Timur hingga belum selesai pembenahannya,  belum lagi banjir dimana-mana yang merendam desa dan kota sehingga menghancurkan segala yang ada, tanah longsor menimbun korbannya serta banyak lagi bencana yang menghiasi penderitaan anak negeri ini, kerusakan apa gerangan yang dilakukan rakyat yang mayoritas muslim ini.

Belum lagi kerusakan lain yang digambarkan oleh malaikat tentang kehadiran manusia di dunia ini, manusia suka membuat kerusakan dan  saling menumpahkan darah dengan pembunuhan tanpa alasan yang tepat. Bagaimana kasus Tanjung Priok yang mempertontonkan keganasan penguasa orde baru terhadap ummat islam, begitu juga kasus Talang Sari di Lampung serta kasus-kasus lainnya yang dilakukan oleh penguasa dan pemimpin negeri ini, sehingga setiap siapa saja yang memimpin negeri ini baik militer ataupun sipil selalu berlumuran darah rakyatnya. Penyerbuan teroris hingga tanpa pengadilan yang dapat menentukan siapa teroris itu sebenarnya karena aparat melakukan tembak di tempat terhadap siapa saja yang dianggap teroris. Apalagi pembunuhan teroris itu pesanan pihak asing, dana dari Amerika dan Australia, sehingga mau kita membunuh bangsa sendiri demi uang dan demi kepentingan bangsa lain.

Ratusan tahun yang lalu pulau Sumatera  dan Jawa adalah satu daratan yang terhampar luas sehingga manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan hidup nyaman di dalamnya, tapi karena arogansi manusia, ekploitasi alam yang tidak ada perhitungan, penyelewengan aqidah, kerusakan diberbagai lini kehidupan yang berlansung sepanjang sejarahnya, maka terjadilah gempa dan tsunami yang dahsyat sehingga menenggelamkan sebagian besar daratan itu yang memisahkan kehidupan manusia menjadi dua pulau, hal itu diketahui setelah sembilan ratus tahun yang lalu ketika ditemukan beberapa kota dan bangunan yang tertutup oleh tanah dan bebatuan seperti ditemukannya Candi Borobudur yang merupakan agama besar di Nusantara ketika itu dan candi-candi lainnya, dapat diperkirakan ketika itu ummat tidak menyembah Allah, mereka menyembah tuhan lain yang tidak pantas dijadikan sebagai tuhan, kerusakan dan kemungkaran terjadi dimana-mana,  Sebagai contoh bagaimana Allah mengazab atas keingkaran yang dilakukan oleh ummat Nabi Nuh, dalam surat Nuh 71;21-25 dinyatakan Allah;
"Nuh berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya mereka Telah mendurhakaiku dan Telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,Dan melakukan tipu-daya yang amat besar".Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr".Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah"..

  Kalau kita melihat adanya lembah-lembah yang curam, lereng-lereng bukit landai yang mengerikan, air terjun yang indah dengan curahan air begitu banyak, gunung yang tinggi memukau serta pemandangan indah lainnya, semua itu berangkat dari kejadian luar biasa yang dialami ummat ketika itu, mungkin gempa yang dahsyat, tsunami yang menghancurkan, longsor yang memporakporandakan atau gunung merapi yang mengamuk, yang jelas segala kerusakan yang diperbuat manusia akan mendatangkan kerusakan yang lebih besar lagi sebagai balasannya.

Allah Al Muzill, Allah Yang Menghinakan, kehinaan yang ditimpakan Allah kepada manusia berangkat dari ulah tangan manusia yang tidak mau mengikuti petunjuk kebenaran dari-Nya.Pada suatu hari lewatlah seseorang di depan Rasulullah SAW. Beliau bertanya kepada seseorang disampingnya: "Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?" Orang itu menjawab: "Ia lelaki golongan terhormat. Demi ALLAH, seandainya meminang pastilah diterima dan bila memberi pembelaan pasti dikabulkan". Lalu Rasulullah SAW berdiam. Kemudian melintaslah seseorang. Rasulullah bertanya kepada orang yang disampingnya tadi: "Bagaimana pandanganmu tentang orang ini?" Ia menjawab: "Ia muslim yang faqir. Bila meminang pantas ditolak, bila memberi pembelaan takkan didengar pembelaannya dan bila berbicara takkan didengar ucapannya". Rasulullah SAW bersabda : "Sepenuh bumi ia lebih baik daripada orang tadi (yang pertama)" (HSR Muslim).

            Begitu sangat mencoloknya orang-orang yang mulia dibandingkan orang yang hina di mata manusia, manusia memandang orang lain hina karena sesuatu yang tidak dimiliki, segala kekurangan harta dan tidak adanya kekuasaan. Tapi bagi Allah, Rasul dan orang-orang beriman yang menghinakan seseorang itu bukan karena tidak punya harta, bukan karena tidak ada kekuasaan tapi karena tidak adanya komitmen agama yang jelas bahkan cendrung membuat kerusakan di dunia ini.

Ya Allah, Al Muzill, Yang Menghinakan, Engkau berkuasa menghinakan manusia menurut kehendak-Mu dan Engkaupun berhak memuliakan siapa yang Engkau kehendaki. Berikanlah kefahaman kepada kami ya Allah agar tetap mengetahui yang hak itu adalah benar, berikan hamba kekuatan untuk menegakkan kebenaran itu walaupun semua orang menghinakannya. Jauhkan hamba dari segala yang mungkar dan kerusakan ya Allah, berilah hamba kekuatan untuk meninggalkan yang mungkar itu agar mulia di hadapan-Mu meskipun semua orang menghinakan, Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 24 Jumadil Awal 1432.H/ 28 April 2011.M, Jam 08;59].

Referensi;
1.Kuliah Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4 Hadits Arbain An Nawawi, Sofyan Efendi, HaditsWeb 3.0,






Tidak ada komentar:

Posting Komentar