Minggu, 14 Juni 2015

54. Al Haq, Maha Benar









AL HAQ
[ Maha Benar]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

                Allah adalahhaq, Al Qur’an adalahhaq, Kenabianadalahhaq, hariberbangkitadalahhaq, akheratadalahhaq, semuanyaadalahbenaradanyatanpadapatdisanggaholehsiapapunkecuali orang-orang yang tidakberiman. Salah satunama yang baikbagi Allah adalah Al Haqarttnya Allah Yang MahaBenar.
“MakaMahaTinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, danjanganlahkamutergesa-gesamembaca Al qur'ansebelumdisempurnakanmewahyukannyakepadamu[946], danKatakanlah: "YaTuhanku, tambahkanlahkepadakuilmupengetahuan."[Thaha 20;114].

            Al Qur’an bukanlahsekedarkitab yang mengaturtentanghubunganmanusiadenganTuhannyadantidak pula hanyamengatururusanakheratsaja, di dalamnyaadatauhid, janjidanancaman, ibadah, petunjukkepadakebenaran, larangandanperintah, halal dan haram, hukumislamsecaramenyeluruh, sejarahdanperumpamaan. Selain itu juga terdapat berbagai ilmu pengetahuan di dalamnya seperti filsafat [32;7,9], ekonomi [45;13], moral/akhlak [21;107], seni [7;31], hukum [3;83], sosial [2;213], politik dan pendidikan [4;28].

            Demikian banyaknya kandungan al Qur’an sehingga siapa saja yang mendapat hidayah ini tidak akan meninggalkannya bahkan tidak sedikit ilmuan yang menyatakan diri sebagai muslim ketika menemukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang mereka gali.

            Hadirnya al Qur’an ke dunia ni setelah adanya kitab-kitab terdahulu bukan sekedar untuk dibaca saja, a tau bekal untuk manusia saja, tapi banyak sekali tujuannya Allah menurunkan kitab yang satu ini yang keaslian dan kelestariannya lansung dijamin Allah tidak akan tercemar hingga akhir zaman, adapun tujuan Al Qur’an diturunkan adalah;

Al Qur’an diturunkan untuk kepentingan manusia yaitu memperkenalkan dirinya sebagai hamba yang hanya wajib menyembah kepada Allah dengan segala sifat positif dan negatifnya, tinjauan Al Qur’an terhadap manusia besifat obyektif;
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".[Al Isra’ 17;85]

Dengan Al Qur’an Allah memberitahukan hukum-hukum kebenaran serta mengobati penyakit rohani yang ada pada manusia seperti; sombong, iri, dengki dan lain-lain [10;57]
“Haimanusia, SesungguhnyatelahdatangkepadamupelajarandariTuhanmudanpenyembuhbagipenyakit-penyakit (yang berada) dalam dada danpetunjuksertarahmatbagi orang-orang yang beriman.”[Yunus 10;57]

                Bahkan Al Qur’an jugadiibaratkansebagaifurqanyaitu yang membedakanantara yang haqdengan yang bathil, segalasesuatu yang datangdari Allah adakaghaqataubenarsedangkanapasaja yang datangdari yang lain adalahbathilartinyarusakdanbinasa;
“(Beberapahari yang ditentukanituialah) bulanRamadhan, bulan yang di dalamnyaditurunkan (permulaan) Al Quran sebagaipetunjukbagimanusiadanpenjelasan-penjelasanmengenaipetunjukitudanpembeda (antara yang hakdan yang bathil). “[Al Baqarah 2;185]

Al Qur’an selainsebagaifurqandiajugamerupakanpetunjukbagimanusialebihkhususbagiummatislam, yaituummat yang mauuntukmenjalankanamanatdari Allah, yaitu Al Haq, yang MahaBenar, sehinggaseluruhaktifitashamba-Nyadituntutuntukselalubenar.

Dengan figur Rasulullah Saw, Islam mampu merambah pelosok dunia yang disampaikan melalui akhlak mulia. Inilah satu modal kenapa Islam mudah diterima orang. Akhlak yang diterapkan sesuai dengan fithrah nurani manusia. Diantara akhlak muslim yaitu benar, jujur, dan tegas dengan tidak melepaskan kelemahlembutan, Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 70,
”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”.
           
Kaum muslimin dituntut untuk berbicara benar, tidak mencla-mencle atau lemah pendirian. Namun dalam penyampaiannya digunakan ucapan yang lembah lembut dan santun. Bahkan ketika berbicara dengan musuh sekalipun,
”Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi kawan yang akrab” [ Fushilat ;34].

            Islam merupakan suatu dien yang persuasif dan sangat menghargai jati diri manusia. Islam tidak ingin memaksakan doktrinnya untuk diterima begitu saja oleh manusia, Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya dien [agama] mudah dan tidak seorangpun yang mempersulitnya kecuali pasti dikalahkannya. Bertindaklah tepat, lakukanlah pendekatan, sebarlah berita gembira, permudahlah dan gunakan siang dan malam serta sedikit waktu fajar sebagai penolongmu” [HR. Bukhari].

            Perlulah kita mengungkapkan apa yang dikatakan Imam Al Gazali tentang hal ini. Menurut beliau, benar [shidq] ada enam, yakni:

            Pertama, shidqu anniyah wal iradah yaitu niat yang benar dan motivasinya hanya mengharapkan ridha Allah. Inilah yang disebut dengan ikhlas. Untuk memulai sebuah aktivitas maka niat sangat penting  sekali, kalaulah niat sudah terpancang dengan memulainya sebuah usaha maka segalanya sudah tercatat menjadi sebuah kebaikan walaupun hasilnya belum tentu.

            Kedua, shidqu lisan, yaitu ucapan yang tidak bercampur dengan dusta dan kepalsuan, artinya lisan yang selalu benar meskipun dalam bercanda.. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang dapat menjamin kepadaku pemeliharaan yang ada diantara dua buah janggutnya [mulut] dan pemeliharaan apa yang diantara dua kakinya [kemaluan] maka aku jamin ia kepada Allah dengan syurga” [HR. Bukhari]. Dalam sebuah komentarnya Umar bin Khatab berujar, ”Barangsiapa yang banyak bergurau, maka ia akan diremehkan karena gurauannya. Barang siapa  banyak melakukan sesuatu, maka ia akan dikawal  orang dengan sesuatu itu. Barangsiapa banyak berbicara maka ia akan banyak pula salahnya. Barangsiapa sedikit rasa malunya maka akan sedikit wara’nya [sikap hati-hati dari dosa]. Dan barangsiapa yang sedikit wara’nya, maka akan matilah hatinya”.

            Ketiga, shidqu azmi, yaitu tekad yang baik dan cetusan yang murni.Untuk melakukan sebuah perubahan kearah yang lebih baik maka dibutuhkan tekad, tanpa tekad maka tidak akan terlaksana keinginan itu, seorang yang ingin shalat malam, semuanya itu harus ditekadkan dengan upaya yang maksimal sehingga segala yang merintangi untuk bangun malam dapat dilawan.

            Keempat, shidqu wafa bil azmi, adalah sikap teguh dalam melaksanakan tekad. Tekad saja nampaknya belumlah maksimal, perlu adanya sikap yang konsisten atau teguh untuk melaksanakannya, sekali atau dua kali saja melakukan shalat malam belumlah cukup, lakukan berkali-kali, walaupun dalam semalam hanya dua atau empat rakaat sudah memadai tapi dilakukan dengan kontinyu.

            Kelima, shidqu amal; amal yang benar yaitu sesuainya ucapan dengan perbuatan yang dilandasi oleh aqidah yang mantap. Niat dan tekad saja masih kurang untuk kesempurnaan, langkah berikutnya adalah amal yang benar, benar dari sumbernya dan benar pelaksanaannya, amal yang tidak benar dinyatakan oleh nabi amal itu dengan bid’ah yaitu mengada-adakan amal tanpa sumbernya dari nabi.

            Keenam, shidqu fi maqamatuddin; orang yang benar dalam melaksanakan agama sehingga mampu mencapai derajat taqwa. Untuk menegakkan agama pada sebuah negara tidaklah sulit, tapi yang sulit adalah menegakkan agama ini pada diri dan keluarga masing-masing, bila pada diri dan keluarga masing-masing sudah tegak agama ini dengan baik maka pada sebuah negara tinggal persetujuan eksekutif dan legislatif saja lagi maka berlansunglah syariat ini dengan baik.

Al Haq, Allah Yang MahaBenar, Dialah yang telahmenurunkan agama inidenganbenarmelaluirasul-Nya yang tertuangdalam Al Qur’an, kebenaranKitabinitidakdapatdiragukanbahkanandaikataadakeraguanadapeluanguntukmenandinginyabagi yang mampu;
“Aliflaammiin, Kitab (Al Quran) initidakadakeraguanpadanya; petunjukbagimereka yang bertaqwa”[Al Baqarah 2;1-2],
“Dan jikakamu (tetap) dalamkeraguantentang Al Quran yang Kami wahyukankepadahamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satusurat (saja) yang semisal Al Quran itudanajaklahpenolong-penolongmuselain Allah, jikakamu orang-orang yang benar.” [Al Baqarah 2;23]

Begituluasnyapeluang yang diberikan Allah kepada orang-orang yang ragudengankebenaran Al Qur’an sehinggabilaadakebenaran lain dipersilahkanuntukmengalahkan Al Qur’an, tapiternyatahinggadetikinibelumada yang beraniuntukmenandingikebenaran Allah, begitujugatentangkebenarankenabian Muhammad Saw, Allah mengungkapkanhalitudalambeberapafirman-Nya. Ada beberapa bukti otentik akan benarnya risalah dan kenabian Muhammad saw yaitu;

            Pertama, melalui dalil-dalil aqliyah [rasional] seperti Al Qur’an, ini tercermin pada kemukjizatan al Qur’an itu sendiri artinya mukjizat Al Qur’an dapat dilihat dari ilmu yang terkandung didalamnya yang dijamin Allah kelestariannya hingga akhir zaman, indahnya bahasa sastra yang terkandung pada Al Qur’an serta seperangkat ilmu lainnya yang belum ditemukan oleh manusia.

            Nabi Muhammad dilahirkan dari qabilah yang bukan ahli ilmu pengetahuan dan  beliau sendiri ummi artinya tidak pandai membaca dan tidak bisa menulis [Al A’raf  7;157-158].

Apabila beliau tumbuh dan besar dari lingkungan seperti ini kemudian pengetahuannya tentang Allah dan sifat-sifatnya serta hukum-hukumnya sampai mencapai derajat tinggi, maka setiap orang yang berakal sehat akan mengakui bahwa ilmu pengetahuan tersebut diterima dari Allah Swt.

Wahyu Allah inilah sebuah hikmah kenapa beliau hidup dalam lingkungan ummi, seandainya beliau hidup dalam lingkungan berilmu pengetahuan tentu masyarakat akan menolak konsep Al Qur’an dan mereka menuduh itu adalah rekayasa fikiran Muhammad saja, sedangkan dengan tegas dan jelas kalau Al Qur’an adalah wahyu Allah masih banyak juga yang meragukannya.
            Beliau adalah seorang yang ummi,  tidak bisa membaca dan menulis dan tidak pernah belajar pada seseorang tapi pemberitaan beliau tentang hal-hal yang ghaib dapat diterima oleh manusia beriman, baik pada masa yang lampau maupun yang akan datang.

Secara rasional da’wah yang disampaikan oleh Muhammad saw banyak mendapat pertolongan Allah dalam setiap perjalanannya seperti hijrah, selamatnya nabi Muhammad dari pengepungan kaum Quraisy pada malam hijrah, kaum musyrikin Quraisy tidak melihat nabi ketika beliau berada dalam gua Tsur [At Taubah 9;40]

            Kedua,bukti kebenaran Al Qur’an yang dibawa Muhammad terletak pada dalil-dalil al  hissiyah yaitu yang dapat diindra seperti mukjizat terbelahnya bulan, isra’ mi’raj, kayu dan batu mengucapkan slam kepada beliau dan keluarnya air dari sela-sela tangan beliau dan bertasbihnya makanan ketika sedang dimakan, selain kesaksian kitab-kitab terdahulu yang menginformasikan tentang akan hadirnya nabi terakhir yang membawa risalah kebenaran,baik dalam Taurat maupun Injil [7;157, 48;29].
“ (yaitu) orang-orang yang mengikutrasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) merekadapatitertulis di dalamTauratdanInjil yang ada di sisimereka, yang menyuruhmerekamengerjakan yang ma'rufdanmelarangmerekadarimengerjakan yang mungkardanmenghalalkanbagimerekasegala yang baikdanmengharamkanbagimerekasegala yang burukdanmembuangdarimerekabeban-bebandanbelenggu-belenggu yang adapadamereka[574]. Maka orang-orang yang berimankepadanya.memuliakannya, menolongnyadanmengikuticahaya yang terang yang diturunkankepadanya (Al Quran), merekaItulah orang-orang yang beruntung”[Al A’raf ;157]

             Di dalam Injil  Yohanes dijelaskan,”Jika kamu mencintaiku, maka kamu akan menuruti segala perintahku.akan meminta kepadamu Bapak dan dia akan memberi seorang penolong yang lain supaya ia menyertaimu selama-lamanya, yaitu ruh kenabian”.

            Yang dimaksud “penolong lain” disiniadalah Muhammad SAW, sedangkan kata-kata “Supayamenyertaimuselama-lamanya” adalahdienislam, Al Qur’an danHadits.  Di dalamkitabperjanjian lama [ulangan 33;2] berkataia“Tuhandatangdari Sinai danterbitkepadamerekadariSeir, ianampakbersinardaripegununganParan, terusmajukemukabesertapuluhanribu orang yang berbakti,”Iniadalahkesaksian yang jelasdarikitabTaurat, yang artinyabahwaallahmemanggil Musa danmemberinyawahyu di Sa’irsuatupegunungan di Quds sertamengutus Muhammad sebagairasul, yang muncul di Mekkah yang terletakdiantarapegununganParan. 

            Maknabesertapuluhanribu orang yang suciadalahisyaratkepadanabi Muhammad ketikamemasukikotaMekahbersamasepuluhributentaranya. Demikian pula kesaksianulamaahlikitabtentangkenabiandanrisalahini.Sebelumdiutusnyanabi Muhammad saw orang-orang YahuditelahberbicaratentangkedatanganseorangRasul. Akan tetapisetelahrasultersebutdatangdariselainmereka, merekapunmengingkarinya [Al Baqarah 2;89]

Bahkanmerekamengetahuisebagaimanamerekamengetahuianakmerekasendiri [Al Baqarah 2;146]
“ orang-orang (YahudidanNasrani) yang telah Kami beri Al kitab (TauratdanInjil) Mengenal Muhammad sepertimerekaMengenalanak-anaknyasendiri. danSesungguhnyasebahagiandiantaramerekaMenyembunyikankebenaran, Padahalmerekamengetahui”

Artinyabagimerekatentangkenabian Muhammad danrisalahinibukanlahhal yang barulagi, tapikarenadatangbukankepadakelompokmereka, makamerekasiapuntukmengingkarinya.

Demikianbuktikebenaranrisalahdankenabian Muhammad saw, sejakdarikebesaran Al Qur’an, pertolongan Allah sampaikesaksianTauratdanInjildanpengakuanulamaahlikitab, tapi yang namanyakebenaranbilatidakdidukungolehhidayah Allah makatetapkemungkarandankemunafikansebagaimusuh yang nyata.

Ya Al Haq, Allah Yang MahaBenar, sudahnyatakebenaran yang Engkauperlihatkankepadamakhluk-Mu, berupakejadianlangitdanbumi, penciptaanalamrayainisecarautuh, pengawasan-Mu terhadapmakhluk-Mu, semuanyabenar-benarnyatabahwaEngkaulah yang menjadikansemuanya, jadikanlahya Allah hati kami semakinyakindengansemuanyaini.

YaIlahi, tiadadayadanupayapadadhaifnyahambaini, dengan-Mulah kami kuat, dengan-Mu lah kami mampuuntukmelaksanakankebenaran yang sudahEngkauturunkan, jadikanlah kami orang-orang yang mempelajari, mengamalkandanmemperjuangkankebenaraninisehinggasyahidmenjemput kami ya Allah, Wallahu a’lam [CubadakSolok, 13 JumadilAwal 1432.H/ 17 April 2011.M, Jam 13;15].

Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros, 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar