Kamis, 18 Juni 2015

31. Al Ghani, Yang Maha Kaya





AL GHANI
[Yang Maha  Kaya]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

            Asmaul husna adalah nama-nama Allah yang baik, selain nama juga mengandung makna yang dalam sekaligus nama-nama Allah ini juga merupakan sifat-Nya yang Agung dan Perkasa. Intinya Allah memperkenalkan nama dan sifat dan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya, agar sang makhluk memperlakukan Allah sebagai Tuhan dan menempatkan dirinya sebagai hamba yang berkewajiban untuk mengagungkan dan mengabdi kepada-Nya;
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. “[Al Hasyr 59;22]

                Dari Sembilan Puluh Sembilan nama-nama yang indah itu adalah Al Ghani artinya Yang Maha Kaya. Allah itu memiliki kekayaan yang luar biasa yang tidak bisa ditandingi oleh makhluk-Nya karena seluruh alam raya ini bahkan diri makhluk itu adalah milik-Nya;

                Dia Maha Kaya, yang tidak membutuhkan bantuan dari siapapun, siapapun tidak akan mampu memberikan bantuan karena usaha bantuan tersebut berasal dari Yang Maha Kuasa yaitu Allah. Bahkan andaikata seluruh makhluk di alam semesta itu memberikan bantuan maka Allah tidak membutuhkan bantuan, tidak meminta sesuatu dan tidak mengharapkan sesuatu dari makhluk-Nya;
“Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam’ [Ali Imran 3;97]

            Walaupun manusia dan jin diperintahkan untuk beribadah didunia ini dalam pengabdian yang prima dalam seluruh asfeknya, bentuk perintah Allah tersebut bukanlah bentuk kelemahan dan sandaran-Nya kepada sang makhluk, digambarkan oleh Rasulullah andaikata seluruh isi alam ini tidak mau tunduk dan patuh kepada Allah maka tidak akan merendahkan derajat-Nya, Allah tidak akan lemah dengan kekafiran hamba-Nya, Allah tidak akan  mengemis kepada hamba-Nya karena kedurhakaan siapapun, Dia Maha Kuat, Dia Pemberi rezeki dan tidak membutuhkan rezeki dari siapapun;
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”[Adz Dzariat 51;56-58]

            Bentuk lain dari Maha Kayanya Allah adalah ganjaran yang akan diberikan kepada orang-orang-orang yang beriman, Dia akan membeli harta dan jiwa bahkan apapun yang ada pada manusia dengan bayaran atau balasan syurga, inilah jual beli yang termahal yang disediakan Allah, padahal berapa total harga diri, harta dan jiwa manusia itu, apakah sebanding dengan harga syurga, syurga itu luar biasa mahalnya, sedangkan syurga di dunia berupa rumah mewah, pekarangan yang indah lagi luas, sawah dan ladang yang menghasilkan sangat mahal harganya apalagi syurga di akherat tentu tidak dapat dibayangkan keindahannya, tapi ini sebuah tawaran Allah, Dia berikan kekayaan-Nya berupa syurga dengan sebuah perjuangan hamba-Nya;
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran.dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.”[At Taubah 9;111].

            Salah satu gambaran syurga yang menggiurkan itu dan rasanya tidak akan terbayar hanya dengan harga diri dan jiwa kita saja, tapi ini janji Allah bahwa membayarnya dengan iman dan amal shaleh. Kenikmatan di syurga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.
‘’Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya “[Al  Baqarah 2;25].

Allah memberikan kekayaan-Nya kepada makhluk didunia ini melalui usaha dan kerja keras dengan tidak melupakan mencari kekayaan Allah yang lebih banyak lagi di akherat yaitu syurga-Nya; 
“ Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”[Al Qashash 28;77]

Kisah klasik dalam sejarah peradaban manusia juga kita kenal, sebagaimana saudara sepupu Nabi Musa yang bernama Qarun, karena kepintarannya mencari harta sehingga kunci gudangnya saja harus ditarik gerobak untuk membawanya, dari hal itulah sehingga dia dekat dengan Fir'aun yang mengingkari kenabian Musa dan menolak ke Esaan Allah lantaran Musa dan pengikutnya orang-orang yang tidak punya harta, nampaknya harta bisa mendekatkan seseorang dengan kekuasaan. Tsa'labah yang hidup di zaman Nabi Muhammad yang bosan dengan kemiskinan sehingga bermohon kepada Allah melalui Nabi Muhammad agar diberikan harta yang banyak dengan harapan semakin taat menjalankan perintah Allah, tapi nyatanya karena hartalah dia akhirnya jauh dari agama dan mati dalam keadaan penyesalan.

Banyak dari makhluk-Nya yang tidak sanggup menerima tetesan harta dari Allah, mereka akhirnya lupa siapa yang telah memberi harta itu, hidup berfoya-foya dan saling membanggakan padahal Al Ghani, Yang Maha Kaya  saja tidak berkehendak harta itu untuk tujuan tapi sebagai sarana untuk kebaikan di dunia dan akherat;
''Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya Berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri"[Al Qashash 28;76]

Setiap manusia mempunyai watak loba, tamak serta kurang qana’ahnya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw, ”Andaikata seseorang itu sudah memiliki dua lembah dari emas, pastilah ia akan mencari yang ketiganya sebagai tambahan dari dua lembah yang sudah ada itu” [HR. Bukhari dan Muslim].

            Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, ”Banyak sekali keinginan-keinginan tersembunyi dalam hati yang cukup merusak mahabbah dan ubudiyah kepada Allah serta keikhlasan beragama”. Kaab bin Malik meriwayatkan dari Nabi Saw. Ia bersabda, ”Tidak ada dua srigala lapar yang dilepaskan dari kandang kambing  yang justru sangat berbahaya baginya, selain kerakusan seseorang terhadap harta dan kedudukan bagi agamanya” [HR. Ahmad].

            Tanpa harta tidak mungkin kita akan bahagia tapi harta bukanlah satu-satunya yang mendatangkan kebahagiaan, harta  sebagai fasilitas hidup yang harus dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya, dia ibarat darah pada satu tubuh yang memerlukan kehidupan, berpandai-pandailah menggunakan darah bahkan bila kelebihan pada tubuh seseorang juga tidak baik bagi kesehatan sehingga perlu adanya penyaluran melalui pendonoran darah dalam rangka untuk membantu kehidupan orang lain.

Di tengah perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, Rasulullah saw memutuskan untuk beristirahat sejenak. Ketika semua anggota rombongan mulai mengambil tempat untuk melepas lelah dan membuka perbekalan, tampak seorang laki-laki yang sibuk hilir mudik dekat beliau.Dari atas punggung unta yang terlihat sangat keletihan, lelaki itu melirik ke sana-kemari dengan pandangan mata yang sayu.
Rasulullah saw segera menangkap bahasa tubuh lelaki itu, maka dengan suara yang bergema dan penuh wibawa. Beliau berkata kepada seluruh sahabatnya,“Siapa yang punya tunggangan (kendaraan) lebih, maka berikanlah kepada orang yang tidak punya kendaraan. Siapa yang punya perbekalan lebih, maka berikanlah kepada orang yang tidak punya perbekalan.”(HR. Muslim dan Abu Dawud).

Menurut Abu Sa`id al-Khudri, sahabat yang menuturkan kisah ini, selain dua jenis harta di atas, Rasulullah juga menyebut beberapa jenis harta lainnya yang mesti diperlakukan sama.  Karena begitu banyak jenis harta yang disebut, sempat terlintas dalam benak para sahabat, bahwa harta yang melebihi batas kebutuhan tidak lagi menjadi hak pemiliknya, melainkan harus diberikan kepada orang yang membutuhkan.

Peristiwa tersebut berlalu begitu cepat, tapi ajaran yang disampaikan Rasulullah saw membentuk pandangan hidup yang sangat mendalam tentang persoalan yang senantiasa aktual sepanjang waktu, yaitu kemiskinan dan kekayaan.  Fenomena miskin dan kaya diposisikan dalam Islam sebagai pasangan yang saling terkait dan tidak mungkin dipisahkan, sama seperti semua wujud ciptaan Allah di alam raya. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya,  “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS adz-Dzariyat: 49)

Dengan demikian, miskin dan kaya adalah dua entitas yang tidak mungkin berdiri sendiri. Artinya, kemiskinan akan menjadi masalah jika kekayaan pun bermasalah. Generasi awal Islam memahami betul hal ini, baik dalam kapasitas individu maupun pemerintah.Bahkan, jika boleh dibilang, mereka melihat sikap dan perilaku menyimpang orang-orang kaya adalah biang sebenarnya dari segala dampak buruk yang timbul dari kemiskinan. Tepatnya, ketika orang kaya tidak punya pandangan yang benar tentang konsep kekayaan dan tidak pernah merasa cukup karena cara konsumsi yang dipakainya tidak lepas dari israf atau tabdzir.

Maka akibatnya adalah, peredaran harta terbatas hanya pada segelintir orang kaya (dulatan bainal aghniya’), sementara orang-orang miskin tidak mendapatkan bagian yang cukup untuk sekedar mengisi perutnya.Dalam as-Sunan al-Kubra, al-Baihaqi menuturkan pernyataan tegas Ali bin Abi Thalib ra, “Allah telah mewajibakan kepada orang-orang kaya agar memberikan hartanya sebanyak yang dapat mencukupi kebutuhan orang-orang miskin. Karena itu, jika orang-orang miskin itu kelaparan, tidak berpakaian dan menderita, maka penyebabnya adalah orang-orang kaya itu enggan memberi.Allah pasti akan menghisab dan mengazab mereka karena sikapnya itu.”[Asep SobariMengentaskan Kekayaan Republika,co.id,Kamis, 30 Juli 2009 11:52]

Harta itu ibarat senjata bermata dua, kedua sisinya bisa melukai kita bila tidak hati-hati menggunakannya, dia dipersoalkan bukan saja darimana dan dengan apa diperoleh tapi kemana dipergunakan juga menjadi beban yang punya harta. Ke hati-hatian inilah yang mendorong sahabat Nabi bernama Abu Bakar untuk menginvestasikan hartanya dengan memerdekakan para budak, Umar bin Khattab tidak punya apa-apa lagi karena seluruh hartanya diserahkan untuk biaya jihad begitu juga Usman bin Affan milyaran rupiah hartanya untuk melepaskan ummat islam dari paceklik, nampaknya efektif harta itu bila di tangan orang-orang yang bijak.

Al Ghani, Yang Maha Kaya, tak ada yang mampu menandingi kekayaan-Nya, tak ada yang bisa menandingi Kekuasaan-Nya, Dia yang memiliki seluruhnya, tapi mengajarkan kepada makhluk-Nya untuk bersikap santun kepada orang yang tidak berharta dengan mengujudkan keshalehan sosial, menyantuni, memberi dan mengentaskan kemiskinan.

                Ya Allah, Al Ghani, Engkau Maha Kaya, semua apa yang ada di langit dan di bumi  serta diantara keduanya adalah milik-Mu, Kau berkehendak atas segalanya, sedikit kekayaan yang Engkau berikan kepada hamba-Mu mampu menghidupkan sekian generasi di dunia ini, tapi banyak diantara kami adalah orang-orang yang tidak bersyukur dengan kekayaan itu, berilah kami kesadaran agar menggunakan kekayaan itu sesuai dengan yang Engkau kehendaki.

            Ya Al Ghani, Engkau Maha Kaya, terlalu banyak sejarah dan cerita yang tampil di panggung kehidupan ini, karena kekayaan, karena jabatan, karena harta dan kesenangan dunia membuat makhluk lupa diri dari mana semua kekayaan yang diperolehnya itu, padahal ketika Engkau mengambil kembali kekayaan itu tak ada yang dapat menghalanginya.

            Ya Allah, kalaulah karena harta dan kekayaan yang berlimpah kami akan sengsara kelak di akherat maka jadikanlah hamba-Mu ini adalah orang-orang yang hidupnya tidak terlalu cinta kepada harta dan dunia, ummat terdahulu hancur berantakan diserang penyakit wahnun karena mereka punya kekayaan yang melalaikan mereka dari iman dan ibadah sehingga takut dengan kematian, ya Ilahi, biarlah hamba tidak punya harta dan kekayaan tapi kayakanlah hati dan jiwa hamba dengan iman dan islam, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 02 Jumadil Awal 1432.H/ 06 April 2011.M, Jam 10;15].

Referensi;
1. Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
2. KumpulanCeramah Praktis, Mukhlis Denros, 2009
3.Asep Sobari Mengentaskan Kekayaan Republika,co.id,2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar