AL GHANI
[Yang Maha
Kaya]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Asmaul
husna adalah nama-nama Allah yang baik, selain nama juga mengandung makna yang
dalam sekaligus nama-nama Allah ini juga merupakan sifat-Nya yang Agung dan
Perkasa. Intinya Allah memperkenalkan nama dan sifat dan kekuasaan-Nya kepada
makhluk-Nya, agar sang makhluk memperlakukan Allah sebagai Tuhan dan menempatkan
dirinya sebagai hamba yang berkewajiban untuk mengagungkan dan mengabdi
kepada-Nya;
“Dialah Allah yang
tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. “[Al Hasyr 59;22]
Dari
Sembilan Puluh Sembilan nama-nama yang indah itu adalah Al Ghani artinya Yang
Maha Kaya. Allah itu memiliki kekayaan yang luar biasa yang tidak bisa
ditandingi oleh makhluk-Nya karena seluruh alam raya ini bahkan diri makhluk
itu adalah milik-Nya;
Dia
Maha Kaya, yang tidak membutuhkan bantuan dari siapapun, siapapun tidak akan
mampu memberikan bantuan karena usaha bantuan tersebut berasal dari Yang Maha
Kuasa yaitu Allah. Bahkan andaikata seluruh makhluk di alam semesta itu
memberikan bantuan maka Allah tidak membutuhkan bantuan, tidak meminta sesuatu
dan tidak mengharapkan sesuatu dari makhluk-Nya;
“Maka Sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam’ [Ali Imran
3;97]
Walaupun
manusia dan jin diperintahkan untuk beribadah didunia ini dalam pengabdian yang
prima dalam seluruh asfeknya, bentuk perintah Allah tersebut bukanlah bentuk
kelemahan dan sandaran-Nya kepada sang makhluk, digambarkan oleh Rasulullah
andaikata seluruh isi alam ini tidak mau tunduk dan patuh kepada Allah maka
tidak akan merendahkan derajat-Nya, Allah tidak akan lemah dengan kekafiran
hamba-Nya, Allah tidak akan mengemis
kepada hamba-Nya karena kedurhakaan siapapun, Dia Maha Kuat, Dia Pemberi rezeki
dan tidak membutuhkan rezeki dari siapapun;
“Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.Aku
tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya
mereka memberi-Ku makan.Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”[Adz Dzariat 51;56-58]
Bentuk
lain dari Maha Kayanya Allah adalah ganjaran yang akan diberikan kepada
orang-orang-orang yang beriman, Dia akan membeli harta dan jiwa bahkan apapun
yang ada pada manusia dengan bayaran atau balasan syurga, inilah jual beli yang
termahal yang disediakan Allah, padahal berapa total harga diri, harta dan jiwa
manusia itu, apakah sebanding dengan harga syurga, syurga itu luar biasa
mahalnya, sedangkan syurga di dunia berupa rumah mewah, pekarangan yang indah
lagi luas, sawah dan ladang yang menghasilkan sangat mahal harganya apalagi
syurga di akherat tentu tidak dapat dibayangkan keindahannya, tapi ini sebuah tawaran
Allah, Dia berikan kekayaan-Nya berupa syurga dengan sebuah perjuangan
hamba-Nya;
“Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka.mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan Al Quran.dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
Itulah kemenangan yang besar.”[At Taubah 9;111].
Salah
satu gambaran syurga yang menggiurkan itu dan rasanya tidak akan terbayar hanya
dengan harga diri dan jiwa kita saja, tapi ini janji Allah bahwa membayarnya
dengan iman dan amal shaleh. Kenikmatan di syurga itu adalah kenikmatan yang
serba lengkap, baik jasmani maupun rohani.
‘’Dan sampaikanlah
berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka
diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan :
"Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu." mereka diberi
buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang
suci dan mereka kekal di dalamnya “[Al Baqarah 2;25].
Allah memberikan kekayaan-Nya kepada makhluk
didunia ini melalui usaha dan kerja keras dengan tidak melupakan mencari
kekayaan Allah yang lebih banyak lagi di akherat yaitu syurga-Nya;
“
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”[Al Qashash 28;77]
Kisah klasik dalam sejarah peradaban manusia juga kita
kenal, sebagaimana saudara sepupu Nabi Musa yang bernama Qarun, karena
kepintarannya mencari harta sehingga kunci gudangnya saja harus ditarik gerobak
untuk membawanya, dari hal itulah sehingga dia dekat dengan Fir'aun yang
mengingkari kenabian Musa dan menolak ke Esaan Allah lantaran Musa dan
pengikutnya orang-orang yang tidak punya harta, nampaknya harta bisa
mendekatkan seseorang dengan kekuasaan. Tsa'labah yang hidup di zaman Nabi
Muhammad yang bosan dengan kemiskinan sehingga bermohon kepada Allah melalui
Nabi Muhammad agar diberikan harta yang banyak dengan harapan semakin taat
menjalankan perintah Allah, tapi nyatanya karena hartalah dia akhirnya jauh
dari agama dan mati dalam keadaan penyesalan.
Banyak dari
makhluk-Nya yang tidak sanggup menerima tetesan harta dari Allah, mereka
akhirnya lupa siapa yang telah memberi harta itu, hidup berfoya-foya dan saling
membanggakan padahal Al Ghani, Yang Maha Kaya
saja tidak berkehendak harta itu untuk tujuan tapi sebagai sarana untuk
kebaikan di dunia dan akherat;
''Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum
Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan
kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya Berkata kepadanya:
"Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang terlalu membanggakan diri"[Al Qashash 28;76]
Setiap manusia mempunyai watak loba, tamak serta
kurang qana’ahnya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw, ”Andaikata seseorang itu sudah memiliki dua
lembah dari emas, pastilah ia akan mencari yang ketiganya sebagai tambahan dari
dua lembah yang sudah ada itu” [HR. Bukhari dan Muslim].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, ”Banyak sekali keinginan-keinginan tersembunyi dalam hati yang cukup
merusak mahabbah dan ubudiyah kepada Allah serta keikhlasan beragama”. Kaab
bin Malik meriwayatkan dari Nabi Saw. Ia bersabda, ”Tidak ada dua srigala
lapar yang dilepaskan dari kandang kambing yang justru sangat berbahaya
baginya, selain kerakusan seseorang terhadap harta dan kedudukan bagi agamanya”
[HR. Ahmad].
Tanpa harta tidak mungkin
kita akan bahagia tapi harta bukanlah satu-satunya yang mendatangkan
kebahagiaan, harta sebagai fasilitas
hidup yang harus dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya, dia ibarat darah pada
satu tubuh yang memerlukan kehidupan, berpandai-pandailah menggunakan darah
bahkan bila kelebihan pada tubuh seseorang juga tidak baik bagi kesehatan
sehingga perlu adanya penyaluran melalui pendonoran darah dalam rangka untuk
membantu kehidupan orang lain.
Di tengah
perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, Rasulullah saw memutuskan untuk
beristirahat sejenak. Ketika semua anggota rombongan mulai mengambil tempat
untuk melepas lelah dan membuka perbekalan, tampak seorang laki-laki yang sibuk
hilir mudik dekat beliau.Dari atas punggung unta yang terlihat sangat
keletihan, lelaki itu melirik ke sana-kemari dengan pandangan mata yang sayu.
Rasulullah saw segera menangkap
bahasa tubuh lelaki itu, maka dengan suara yang bergema dan penuh wibawa. Beliau
berkata kepada seluruh sahabatnya,“Siapa yang punya tunggangan (kendaraan)
lebih, maka berikanlah kepada orang yang tidak punya kendaraan. Siapa yang
punya perbekalan lebih, maka berikanlah kepada orang yang tidak punya
perbekalan.”(HR. Muslim dan Abu Dawud).
Menurut Abu Sa`id al-Khudri, sahabat yang menuturkan kisah ini, selain dua jenis harta di atas, Rasulullah juga menyebut beberapa jenis harta lainnya yang mesti diperlakukan sama. Karena begitu banyak jenis harta yang disebut, sempat terlintas dalam benak para sahabat, bahwa harta yang melebihi batas kebutuhan tidak lagi menjadi hak pemiliknya, melainkan harus diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Peristiwa tersebut berlalu begitu cepat, tapi ajaran yang disampaikan Rasulullah saw membentuk pandangan hidup yang sangat mendalam tentang persoalan yang senantiasa aktual sepanjang waktu, yaitu kemiskinan dan kekayaan. Fenomena miskin dan kaya diposisikan dalam Islam sebagai pasangan yang saling terkait dan tidak mungkin dipisahkan, sama seperti semua wujud ciptaan Allah di alam raya. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya, “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS adz-Dzariyat: 49)
Dengan demikian, miskin dan kaya adalah dua entitas yang tidak mungkin berdiri sendiri. Artinya, kemiskinan akan menjadi masalah jika kekayaan pun bermasalah. Generasi awal Islam memahami betul hal ini, baik dalam kapasitas individu maupun pemerintah.Bahkan, jika boleh dibilang, mereka melihat sikap dan perilaku menyimpang orang-orang kaya adalah biang sebenarnya dari segala dampak buruk yang timbul dari kemiskinan. Tepatnya, ketika orang kaya tidak punya pandangan yang benar tentang konsep kekayaan dan tidak pernah merasa cukup karena cara konsumsi yang dipakainya tidak lepas dari israf atau tabdzir.
Maka akibatnya adalah, peredaran harta
terbatas hanya pada segelintir orang kaya (dulatan bainal aghniya’), sementara
orang-orang miskin tidak mendapatkan bagian yang cukup untuk sekedar mengisi
perutnya.Dalam as-Sunan al-Kubra, al-Baihaqi menuturkan pernyataan tegas Ali
bin Abi Thalib ra, “Allah telah mewajibakan kepada orang-orang kaya agar
memberikan hartanya sebanyak yang dapat mencukupi kebutuhan orang-orang miskin.
Karena itu, jika orang-orang miskin itu kelaparan, tidak berpakaian dan
menderita, maka penyebabnya adalah orang-orang kaya itu enggan memberi.Allah
pasti akan menghisab dan mengazab mereka karena sikapnya itu.”[Asep SobariMengentaskan Kekayaan Republika,co.id,Kamis, 30 Juli 2009 11:52]
Harta itu
ibarat senjata bermata dua, kedua sisinya bisa melukai kita bila tidak
hati-hati menggunakannya, dia dipersoalkan bukan saja darimana dan dengan apa
diperoleh tapi kemana dipergunakan juga menjadi beban yang punya harta. Ke
hati-hatian inilah yang mendorong sahabat Nabi bernama Abu Bakar untuk
menginvestasikan hartanya dengan memerdekakan para budak, Umar bin Khattab
tidak punya apa-apa lagi karena seluruh hartanya diserahkan untuk biaya jihad
begitu juga Usman bin Affan milyaran rupiah hartanya untuk melepaskan ummat
islam dari paceklik, nampaknya efektif harta itu bila di tangan orang-orang
yang bijak.
Al Ghani,
Yang Maha Kaya, tak ada yang mampu menandingi kekayaan-Nya, tak ada yang bisa
menandingi Kekuasaan-Nya, Dia yang memiliki seluruhnya, tapi mengajarkan kepada
makhluk-Nya untuk bersikap santun kepada orang yang tidak berharta dengan
mengujudkan keshalehan sosial, menyantuni, memberi dan mengentaskan kemiskinan.
Ya
Allah, Al Ghani, Engkau Maha Kaya, semua apa yang ada di langit dan di
bumi serta diantara keduanya adalah
milik-Mu, Kau berkehendak atas segalanya, sedikit kekayaan yang Engkau berikan
kepada hamba-Mu mampu menghidupkan sekian generasi di dunia ini, tapi banyak diantara
kami adalah orang-orang yang tidak bersyukur dengan kekayaan itu, berilah kami
kesadaran agar menggunakan kekayaan itu sesuai dengan yang Engkau kehendaki.
Ya
Al Ghani, Engkau Maha Kaya, terlalu banyak sejarah dan cerita yang tampil di
panggung kehidupan ini, karena kekayaan, karena jabatan, karena harta dan
kesenangan dunia membuat makhluk lupa diri dari mana semua kekayaan yang
diperolehnya itu, padahal ketika Engkau mengambil kembali kekayaan itu tak ada
yang dapat menghalanginya.
Ya
Allah, kalaulah karena harta dan kekayaan yang berlimpah kami akan sengsara
kelak di akherat maka jadikanlah hamba-Mu ini adalah orang-orang yang hidupnya
tidak terlalu cinta kepada harta dan dunia, ummat terdahulu hancur berantakan
diserang penyakit wahnun karena mereka punya kekayaan yang melalaikan mereka
dari iman dan ibadah sehingga takut dengan kematian, ya Ilahi, biarlah hamba
tidak punya harta dan kekayaan tapi kayakanlah hati dan jiwa hamba dengan iman
dan islam, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 02 Jumadil Awal
1432.H/ 06 April 2011.M, Jam 10;15].
Referensi;
1.
Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
2.
KumpulanCeramah Praktis, Mukhlis Denros, 2009
3.Asep Sobari Mengentaskan Kekayaan Republika,co.id,2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar