AL QADIR
[Yang
Menetapkan Ukuran]
Oleh Drs.
St. MUKHLIS DENROS
Semua yang diciptakan Allah tertata dengan rapi sesuai
dengan ukurannya, bagaimana siang tidak pernah melampau malam dan malam tidak
menabrak siang, angin berhembus sepoi-sepoi hingga menimbulkan sejuknya
suasana, dikala sampai pada waktunya sang angin akan bertiup kencang, badai
menghempaskan segala yang ada dan pada saatnya kembali tenang, hujan yang
diawali dengan kumpulan awan sehingga menebal membentuk mendung semakin lama
semakin berat, turunlah rintik hujan dengan gerimisnya sampai kepada hujan yang
lebat bahkan dapat membawa banjir dan bah yang mencelakakan kehidupan manusia
sekitarnya.
Allah menetapkan segala ukuran kejadian yang
diciptakannya sesuai dengan sunnatullah atau hukum alam, semuanya harus tunduk
kepada ketentuan dari Khaliq yang menciptakan alam raya ini, karena memang di
dunia ini selain Allah adalah makhluk artinya yang diciptakan, termasuk di
dalamnya adalah manusia, tumbuh-tumbuhan
dan alam sekitarnya.
Allah juga menciptakan makhluk lainnya seperti jin dan malaikat
dengan kejadian yang berbeda dan watak yang tidak sama pula, sehingga
beragamlah makhluk Allah tersebut. Dengan memperhatikan kejadian seluruh
makhluk membuat kita semakin yakin bila Allah itu Maha Perkasa,wajar bila
seorang sufi mengatakan,”Barangsiapa yang mengenal asal kejadiannya maka dia
akan mengetahui siapa Tuhannya
Allah Swt Maha
Kuasa, Ia menciptakan alam semesta semuanya tidak menggunakan alat atau
perkakas. Bila akan menjadikan sesuatu, cukuplah dengan kalimat “Kun” jadilah,
lalu terjadilan seperti firman Allah dalam surat Yasin surat ke 36 ayat 82
”Sesungguhnya
keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya:
"Jadilah!" Maka terjadilah ia”
“ Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai
anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan dia Telah
menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya. Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya
(untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka
sendiri diciptakan dan tidak Kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari
dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak
Kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan” [Al
Furqan 25;2-3]”
Firman Allah dalam hadits qudsi ;”Aku adalah gudang yang
tersembunyi, maka Aku suka agar Aku dikenal, lalu Aku ciptakan makhluk supaya
ia mengenalku Aku”Dalam surat Yunus 10;3 Allah menyatakan firman-Nya;
”Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada
seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang
demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?”
Jadi jelaslah yang mengatur semua kejadian alam, makhluk,
manusia, binatang, matahari, bulan dan bintang, hidup dan mati adalah Allah
Swt [Al Baqarah 2;255]
Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar.”
Yang diciptakan Allah bukanlah sebatas isi langit dan
bumi tapi seluruh jagad raya yang maha luas, hal ini digambarkan oleh seorang
ilmuan yang bernama Albert Einstein,ketika
dia meneropong bintang yang paling dekat dengan bumi,dia menemukan jarak satu
juta tahun perjalanan cahaya, artinya
bila kita menyorotkan senter ke bintang tersebut maka akan sampai cahaya senter
tersebut setelah satu juta tahun lamanya. Dan ketika dia menyorotkan
teropongnya pada bintang yang paling jauh maka dia menemukan jarak yang luar
biasa yaitu 20 nonya dibelakang, sehingga kekagumannya tadi terucap dengan
pendapat,”Ilmu tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta”.
Berfikir sejenak atas
peristiwa alam yang terjadi sehari-hari akan membangkitkan kesadaran
yang tinggi, bagaimana langit dan bumi diciptakan serta rintik hujan sampai ke
tanah yang dapat menyuburkan tanaman;
“Sesungguhnyadalampenciptaanlangitdanbumi,
silihbergantinyamalamdansiang, bahtera yang berlayar di lautmembawaapa yang
bergunabagimanusia, danapa yang Allah turunkandarilangitberupa air, laludengan
air itudiahidupkanbumisesudahmati (kering)-nyadandiasebarkan di
bumiitusegalajenishewan, danpengisaranangindanawan yang
dikendalikanantaralangitdanbumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaandankebesaran Allah) bagikaum yang memikirkan”[Al Baqarah 2;164].
Di angkasarayadengankebesaranpenciptaNyaberjuta-jutabintangberhamburanmemberiwarnaindahnya
di langit, pergantianmusimdancuaca, gumpalanawan yang membawahujandansungai
yang mengaliri air [Ash Shaffat 37;6]
“ Sesungguhnya Kami
telahmenghiaslangit yang terdekatdenganhiasan, Yaitubintang-bintang,
Kebesaran Allah tidak ditemui tandingannya dan hal ini
diakui dengan kerendahan hati oleh orang-orang yang beriman yang mau mengetuk
hatinya untuk membacakan segala peristiwa dari alam ini, sejak dari biji yang
tak berdaya, tumbuhan, hewan dan manusia yang dihidupkan serta dimatikan dengan
kekuasaan-Nya [Al An’am 6;95]
”Sesungguhnya
Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang
memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?”
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari ciptaan Allah;
lautan dengan segala kekayaannya, binatang serangga dengan berbagai jenisnya,
tumbuh-tumbuhan dengan corak warnanya sampai kepada diri manusia itu sendiri
[Al Jatsiyah 45;4]
“Dan
padapenciptakankamudanpadabinatang-binatang yang melata yang bertebaran (di
mukabumi) terdapattanda-tanda (kekuasaan Allah) untukkaum yang meyakini”
Bagaimana awal mula diciptakan manusia yang berasal dari
air mani dengan segala proses kejadiannya [As Sajdah 32;7-8]
“Yang
membuatsegalasesuatu yang Diaciptakansebaik-baiknyadan yang
memulaipenciptaanmanusiadaritanah.kemudianDiamenjadikanketurunannyadarisaripati
air yang hina”
Semua ciptaan Allah itu telah ditentukan kadar dan
ukurannya sesuai dengan jenis makhluk yang diciptakan itu, setiap kandungan
seorang ibu sesuai dengan kadar dan ukurannya itu akan lahir seorang bayi, selama
hidup di dunia dalam batas waktunya kelak akan tua dan meninggal dunia, selama proses tertentu pula
awan yang mengandung air akan turun hujan untuk kehidupan dan penghidupan
penghuni bumi, bahkan bakteri dan baksil yang masuk ke tubuh manusia, pada waktu
dan ukuran tertentu akan menjadi penyakit yang mencelakakan manusia bila tidak
ditanggulangi dengan pengobatan yang intensif, Allah menjelaskan dalam
firman-Nya;
“Sesungguhnya Kami menciptakansegalasesuatumenurutukuran”[QS.
54;49]
Air
dimanapuntelahditentukanukurannyaoleh Allah akanmengalirdaritempat yang
tinggiketempat yang lebihrendah, apiakanmembakarkarenamemangdemikianukurannya,
besiadalahbendakeras yang sulituntukditembusolehkekuatanmanusiasedangbusaakanmengapung
di air karenaringannyadanitusudahkeputusan yang ditentukanoleh Allah
sesuaidenganukuranuntukbenda-bendaitu.
Dengan
tanpa perhitungan Allah mencurahkan nikmat-Nya kepada manusia sehingga manusia
dapat hidup tentram dan damai dengan segala fasilitas yang disediakan. Segala
kebutuhan dan sarana hidup telah disediakan Allah untuk digali, diolah, dijaga
dan dilestarikan sebagai amanat dari Allah, sejak dari hutan yang lebat lagi
subur yang dapat menampung air sebagai persediaan dimusim kemarau, minyak yang
terpendam di dalam bumi sebagai harta yang tak ternilai jumlah dan harganya
sampai kepada lautan yang penuh dengan segala keperluan hidup manusia, semua
itu untuk manusia, ”Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan Bani Adam dan telah Kami berikan ia kendaraan di darat dan
di lautan dan telah Kami berikan rezeki yang baik-baik, dan telah Kami lebihkan
ia dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan yang sebenar-benarnya
dilebihkan” [Al Isra’ 17;70].
Semua fasilitas tersebut bila tidak dijaga dan dipelihara
oleh manusia maka kecelakaan, kesusahan dan malapetaka akan turun, hal ini
terjadi karena ulah kelengahan manusia dan kejahilannya, ”Telah hadir kerusakan di bumi dan di laut dengan sebab tangan manusia,
yang akhirnya Allah rasakan kepada mereka ganjaran dari sebagian yang mereka
kerjakan, supaya mereka mau kembali kepada jalan Tuhan”[Ar Rum 30;41].
Hidup akan tentram dan damai, bila memperoleh jaminan
dari Allah sebagai penguasa alam semesta; sehingga tidak ada rasa takut dalam
memelihara sarana kehidupan ini. Sangatlah sia-sia bila manusia terlepas dari
jaminan Allah walaupun nikmat Allah masih diterima tetapi diiringi oleh
turunnya murka dan laknat Allah. Sedangkan orang yang berada dalam jaminan
penguasa atau raja saja hidupnya merasa enak, apalagi di bawah lindungan dan
jaminan Allah, dalam surat Al A’raf 7;96 Allah berfirman, ”Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan juga ayat-ayat Kami itu, maka mereka Kami siksa disebabkan
perbuatannya”.
Begitu banyak sejarah yang terbentang di belakang kita
yang dapat diambil sebagai pelajaran, tadinya mereka jaya dibawah berkah Allah
akhirnya hancur berantakan karena laknat Allah. Itu semua karena kekafiran dan
keingkaran manusia sebagaimana halnya kaum ’Ad, Tsamud, Bani Israil serta
hancurnya negeri Saba’, pada masa jayanya negeri ini dengan bendungan
Maghribnya diperintah oleh seorang Ratu bernama Bulqis yang akhirnya dapat
ditaklukkan dan diislamkan oleh Nabi Sulaiman. Karena tentram dan damainya
negeri ini dengan kemakmuran kehidupan penduduknya sehingga terukir dengan
indahnya dalam Al Qur’an sebagai sebutan ”Baldatun
Thayibatun Warabbun Ghafur” yaitu Negeri
Yang Baik Dibawah Ampunan Allah, sampai pada Dinasti Mahrib yang
dilanjutkan oleh raja-raja yang tidak cakap dalam memerintah, menyebabkan
runtuhnya negeri Saba ’ pada tingkat yang paling rendah.
Terjadilah perebutan kekuasaan silih berganti, saling
bertengkar merebut harta warisan dan merebut mahkota serta saling bunuh bahkan terjadi
perang antar saudara. Akhirnya kerajaan yang dipegang oleh Ibnu Amin al Azdi
yang lalai dengan fungsinya sebagai raja pemimpin rakyat. Dia tidak mempunyai
sifat-sifat utama, bahkan pengecut, pengkhianat negeri, bejat moral, lalim,
melalaikan segala amanat yang seharusnya dilaksanakan oleh seorang raja.
Bendungan Maghribpun tidak diperhatikan lagi, dinding dan pintunya mulai rusak
yang kian berat, batu-batunya pada lepas, disana-sini terdapat lubang menganga
yang sangat menyedihkan, karena rakyat semakin melarat dan sengsara, seluruh
penduduk telah melupakan ajaran Allah dan mengingkari nikmat Allah, mereka
merusak semua bangunan umum termasuk bendungan raksasa itu yang setiap saat
mengancam mereka.
Ketika
terjadi hujan yang lebat dengan terus menerus, bendungan tersebut tidak mampu
lagi menampung air yang semakin membanjir maka akhirnya bendungan Maghrib
tersebut jebol dan hancur dengan menelan korban yang tidak sedikit dan negeri
Saba’ hancur berantakan sebagai balasan atas kekufuran mereka, dalam surat As
Saba’ Allah menerangka;
,”Maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar yang menghancurkan segalanya dan Kami
ganti kebun-kebun mereka itu dengan kebun-kebun yang ditumbuhi pohon-pohon
berbuah pahit dan semacam pohon cemara dan sedikit pohon bidara”[As
Saba’ 34;16-17].
Ya Al
Qadir, Allah yang telahmenetapkanukuransegalakejadian, segalakejahatan yang
dikerjakanmakhlukakanditetapkanukuranbalasannyadansebaliknyabegitujugasegalakebaikan
yang dilakukanhamba-Mu walaupunkecilapalagibesarakanditerimabalasannyadanituadalahukuran
yang pastidari-Mu, ya Allah Engkaulah yang MahaMenentukansegalasesuatunya, denganketentuandankadar
yang telahEngkautentukan, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang
tundukatassegalakeputusan-Mu agar hidup kami
tetapberadadalamkeputusandanukurandari-Mu, wallahua’lam [CubadakSolok,
11 RabiulAkhir 1432.H/ 16 Maret 2011, Jam 20;19]
Referensi;
1. Al
Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
2. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis
Denros, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar