AN NAFI
[ Yang Memberi Manfaat]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Semua kejadian yang dialami manusia selama perjalanan hidupnya,
apakah yang mendatangkan mudharat seperti sakit, sudah, sedih, derita dan
sengsara, bencana dan azab, atau yang mendatangkan manfaat dalam hidupnya
seperti untung, senang, bahagia, kesuksesan dan keselamatan, maka semua itu
dari Allah, tidak ada pihak lain yang mampu memposisikan itu kepada makhluk
hidup di dunia ini. Manusia tidak mampu untuk menarik kemanfaatan bagi dirinya
dan tidak mampu pula menolak mudharat atas dirinya, semuanya itu dari Allah
semata;
”Katakanlah:
"Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan Sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan
aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".[Al
A’raf 7;188].
Begitu banyaknya potensi dunia ini disediakan
untuk manusia agar dapat dimanfaatkan, sebagai sarana untuk hidup dan
melanjutkan kehidupan ini, berupa tanah yang subur sehingga dapat digunakan
untuk sawah dan ladang sebagai sumber pencaharian bagi manusia, air hujan yang
tercurah dari langit untuk menyirami tumbuh-tumbuhan dan minuman ternak, udara yang sejuk membuat nyaman dan aman
tinggal di pelosok desa sekalipun, bagaimana bahan tambang yang ada di dalam
tanah berupa biji besi dan minyak serta
kandungan kekayaan lainnya, semuanya disediakan untuk manusia.
Kehadiran manusia di dunia ini tidaklah dibiarkan
demikian saja tapi dibekali dengan perlengkapan hidup dan modal untuk menggarap
alam ini dengan ikhtiar masing-masing, Allah menciptakan manusia dan Dia
mengetahui maslahat dan kebutuhannya, semua itu sebagai modal dasar hadirnya
manusia, untuk saling berlomba-lomba mencari keberhasilan dengan prestasi
masing-masing, memang Allah tidak menuntut keberhasilan kita, tapi yang dituntut adalah usaha maksimal kita
dalam usaha dan bekerja, inilah bekal manusia yang iberikan Allah;
Pertama, Allah menciptakan
jasad yang membutuhkan makanan dan minuman, agar jasad tersebut tumbuh dan
berkembang sebagaimana ia juga membutuhkan pakaian dan tempat tinggal. Dia
menciptakan untuknya akal yang membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi supaya
bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugas-tugas dan menjadi
kewajibannya berupaya memakmurkan bumi sebagai khalifah.
Dengan jasad yang kuat
akal yang cerdas manusia dituntut untuk berbuat dan beramal untuk kemaslahatan
dirinya dan masyarakat bahkan bumi keseluruhan sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Allah berfirman dalam surat Al A’raf 7;42
”Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh,
kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya, mereka Itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya.”
Kedua, Allah memberikan
bekal kepada manusia dengan diciptakan-Nya ruh yang membutuhkan petunjuk dan
hidayah, agar kehidupan manusia menjadi lurus di dunia dan akherat, karena
manusia disebut sebagai manusia bukanlah karena jasadnya tapi karena ruhnya
yang terpimpin oleh petunjuk Allah.
Ketiga, perangkat jasad,
akal dan ruh saja tidaklah cukup maka kemudian Allah menanggung dan memenuhi
seluruh kebutuhan manusia, karena memang manusia tidak memiliki sesuatupun;
”Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya.
dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya.”[Fushilat 41;10]
Keempat, untuk kehidupan manusia di bumi ini perlu
adanya rezeki dan Allah menjamin rezeki manusia dan menjadikannya mudah untuk
didapat di atas bumi ini. Tidak ada
seharusnya bagi seorang muslim rasa was-was dan khawatir tentang rezekinya,
yang penting mau berusaha, sedangkan ulat di dalam batu saja selalu diberikan
rezeki oleh Allah yang tidak putus-putusnya. Bila Allah menentukan jumlah
manusia di dunia ini tiga milyat, tentu Dia menyediakan persediaan rezeki lebih
dari itu untuk seumur dunia ini ;
”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan’’[Al Mulk 67;15].
Sebagian orang
mengasosiasikan rezeki itu adalah gaji, honor atau hasil usahanya saja yang dapat diukur dengan jumlah
materi, semua itu adalah bagian terkecil dari rezeki, makna rezeki itu luas
sekali bahkan orang yang tidak punya gaji atau honor dan penghasilan tetap
hidup dengan rezeki Allah yang datangnya tidak berpintu.
Kelima, bekal manusia di
dunia ini perlu perkembangan dan dinamika hidup sesuai dengan perkembangan
masanya, semua itu membutuhkan ilmu pengetahuan. Allah menjamin ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan akal serta membekali manusia alat dan sarana untuk
mendapatkannya,dijelaskan dalam firman Allah surat An Nahl 16;78
” Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.”
Keenam, manusia tidak bisa
hidup tanpa bimbingan wahyu dan petunjuk-Nya, terlalu banyak penyimpangan yang
dilakukan manusia bahkan keluar dari eksistensinya sebagai makhluk Allah ketika
tidak mengacu kepada petunjuk Allah. Untuk itulah makanya dikirim nabi dan
rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia, yang petunjuk tadi tidak
sembarangan orang dapat menerimanya sehingga muncullah golongan kafir, fasiq
dan zhalim sebagai ujud pembangkangan mereka terhadap petunjuk Allah itu.
Orang yang mampu menerima
hidayah tersebut adalah manusia yang punya hati nurani yang disertai rohani
yang tunduk kepada kebenaran. Dengan kekuasaannya Allah menjamin hidyah yang
dibutuhkan oleh ruh. Maka diutuslah para nabi dan rasul untuk menunjuki jalan
yang lurus;
”Dan sungguhnya kami
TelahmengutusRasulpadatiap-tiapumat (untukmenyerukan): "Sembahlah Allah
(saja), danjauhilahThaghutitu", Maka di antaraumatituada orang-orang yang
diberipetunjukoleh Allah danada pula di antaranya orang-orang yang Telahpastikesesatanbaginya.Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul)”[An Nahl 16;36].
Demikian banyaknya bekal
yang diberikan Allah kepada manusia untuk mengelola, memimpin dan memakmurkan
dunia ini dengan segala potensi yang dimiliki, semuanya itu sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia di dunia ini, andai kata tidak diberikan Allah bekal
tersebut maka tidaklah bertahan lama kehidupan manusia di dunia ini, selayaknya
manusia tidak mengabaikan nikmat tersebut untuk mencapai keberhasilan hidup di
dunia hingga akherat.
An Nafii, sifat Allah yang mulia, Yang
Memberikan Manfaat, Dia berkuasa untuk memberikan manfaat kepada makhluk-Nya
sehingga mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan bagi makhluk yang merasakannya,
manusiapun dituntut untuk mendistribusikan kemanfaatan itu kepada orang lain
sebagai ujud persaudaraan dan kemanusiaan, sebagaimana yang dilakukan oleh
sahabat nabi.
Perdaganganmanusiapernahterjadiketikamasaperbudakandizamanjahiliyyahbelumterhapuskan,
adalah Abu Bakar, banyakmenghabiskanuangnyauntukmembebaskanbudakseperti Bilal
bin Rabah, suatuketikaterjadilahtransaksiperdaganganantara Abu
BakardenganMuawiyahpemilikbudak, transaksiitumenyepakatiuntukmenjual Bilal
kepada Abu Bakarseharga [kitaperkirakan 20 juta].
DengansombongnyaMuawiyahmenerimauangitusambilberkata,"Engkaubodohsekali
Abu Bakar, maumembelibudakjelekinidenganhargabegitutinggi,
kalaulahengkautawarsaja lima jutaataulebihrendahdariitu, kuberikankepadamu,
daripadabudakitumenyusahkansaya", mendengaritudengankesombongan pula Abu
Bakarmembalasnya,"Engkau yang bodohhaiMuawiyah,
maumenjualbudaksebaikinikepadakudenganhargahanyaduapuluhjuta,
kalaulahengkauletakkanhargaempatpuluhjutaataulebihtinggilagiakusiapuntukmembelinya".
Transaksiperdaganganperbudakan
yang berlansungitutidaklahterjadipada Abu Bakar, begitudiaselesaikanpembayaran,
makadetikitu pula diabebaskanbudakituuntukmerdekauntukmenyembah Allah
dalamkomunitasmuslim, daritransaksiitu, untungduniauntukpribadi Abu
Bakartidakadatapikeuntungan di akheratakandiaperoleh,
karenamemangseorangmuslimituselalumelakukantransaksiperdagangandenganTuhannya,
kitahanyamenyediakanhartadanjiwatapibalasanbayarannyadisediakan Allah
dengansyurga.
’’Sesungguhnya
Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka
membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu
lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar” [At Taubah 9;111]
Keuntungan dunia dengan
segala isinya yang diraih manusia tidaklah seberapa dibandingkan balasan yang
akan diterima di akherat nanti, dunia hanya sementara, kesenangan yang
dirasakanpun semua tiada abadi, bila kita mampu meraih segala kesenangan dan
kenikmatan dunia, paling lama hanya enampuluh tahun demikian pula halnya
kesengsaraan di dunia dirasakan hanya sebatas usia manusia.
Ekonomi adalah tulang punggung kelanjutan hidup
manusia, tanpa ini kehidupan kita agak terganggu, bahkan dengan ekonomi tidak
jarang satu bangsa ditaklukkan oleh bangsa lain, lilitan hutang yang tidak tahu
kapan selesainya. Dalam Islam, masalah iqtishadi [ekonomi] dan ma’isyah [mata
pencaharian] banyak dibicarakan bahkan Umar bin Khattab pernah mengusir seorang
pemuda dari masjid, karena matahari sudah tinggi, dia masih berzikir juga,
tidak mau mencari rezeki.
Antara
ibadah dan ma’isyah diseimbangkan oleh Allah bahkan menghidupkan ekonomi
bagian dari ibadah, sebagaimana ketegasan Allah dalam surat Jumu’ah 62; 9-10, ;
”Hai
orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari
jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah
ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah
dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”.
Ya An Nafii, Allah Yang Memberi Manfaat, Begitu
banyaknya potensi dunia ini disediakan untuk manusia agar dapat dimanfaatkan,
sebagai sarana untuk hidup dan melanjutkan kehidupan ini, yang kadangkala semua
itu kami balas dengan kedurhakaan, dosa dan maksiat kepada-Mu, ampunilah hamba
ini ya Allah, yang tidak mensyukuri nikmat-Mu.
Ya Allah, jadikanlah hamba ini,
orang-orang yang bersyukur atas segala bekal hidup yang Engkau berikan sehingga
mendatangkan kemanfaatan kepada kami dalam mengelola hidup di dunia ini, dengan
syukur itulah kelak kami akan mendapatkan kembali nikmat yang lebih banyak, ya
Ilahi, jadikanlah hamba ini makhluk yang bermanfaat bagi manusia lainnya
sehingga semua itu sebagai ibadah bagi hamba, masukkanlah kami ya Allah ke
dalam orang-orang yang shaleh, baik didunia ataupun di akherat kelak, Wallahu a’lam [CubadakSolok,
15 JumadilAwal 1432.H/ 19 April 2011.M, Jam 11;10].
Referensi;
1.KuliahTafsir,
Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis,
Drs.MukhlisDenros, 2009
Asalamualaikum, afwan ustad, jika saya menamai merek baju saya dengan nafi clothes apakah boleh ustadz
BalasHapus