Minggu, 14 Juni 2015

73. Al Mujiib, Yang Mengabulkan Do'a









AL MUJIIB
[ Yang Mengabulkan Do’a]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


                Allah punya hak untuk mengabulkan do’a hamba-Nya, di tangan-Nyalah hak preogatif itu, tidak satupun makhluk yang kuasa mengabulkan do’a seseorang, karena memang Allahlah tempat meminta, tempat memohon dan yang akan mengabulkannya. Allah bersifat Al Mujiib, Yang Mengabulkan Do’a;
”Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."[Huud 11;61]

            Do’a menurut bahasa adalah minta pertolongan, memanggil, memuji, memohon, sedangkan dari segi istilah yaitu permohonan hamba kepada Allah sebagai Khaliq [Pencipta]. Do’a selain berbentuk permohonan kepada Allah juga akan berujud ibadah sebagaimana Rasulullah bersabda, “Do’a adalah sumber ibadah”. Selain do’a itu perintah dari Rasul dia juga perintah Allah, bukankah Allah telah menyebutkan bahwa orang yang tidak mau berdo’a termasuk orang yang sombong, orang yang sombong terhalang baginya untuk masuk syurga;
“Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan do’amu, orang yang menyombongkan diri hingga tak hendak beribadah kepada-Ku sungguh mereka itu akan masuk neraka dalam keadaan hina dina” [Al Mukmin 40; 60]

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah 2;186;
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a kepada-Ku…”

            Manusia diperintahkan berdo’a karena adanya dua unsur yaitu, unsur manusiawi; manusia dalam berusaha memiliki kemampuan yang terbatas, tidak semua rencana manusia dapat berhasil dengan sukses, jadi harus sabar dan tabah menunggu hasil dengan mengharapkan bantuan Allah. Unsur Ilahi; Allah memiliki segala ketentuan walaupun manusia telah merancang dan merencanakannya, akan tetapi banyak menemukan kegagalan, keberhasilan manusia disamping dilakukan dengan kerja keras dan rencana yang matang juga berkat rahmat dan mau’izhah Allah.

            Dalam kajian-kajian psikologis [ilmu jiwa] do’a dipandang sebagai obat bagi orang yang mengalami tekanan jiwa, stress, putus asa, keterbelakangan dan lain-lain. Oleh karena itu Dr. Zakiah Darajat sampai pada satu kesimpulan bahwa do’a yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat memberikan makna penyembuhan bagi stress dan gangguan kejiwaan. Do’a juga mengandung manfaat bagi pembinaan atau dengan kata lain do’a mempunyai kreatif, preventif dan konstruktif bagi kesehatan jiwa.

            Dalam berdo’a Allah menggambarkan tabiat manusia, yaitu manusia yang lupa dengan karunia Allah;
”Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan” [Yunus 10; 12].

            Orang yang demikian, do’anya hanya sebagai  pelarian saja, bila berhasil dia lupa, seolah-olah keberhasilan itu tanpa bantuan Allah, Allah menegaskan,
 Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila dia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a “ [Fusshilat 41; 51].

            Sedangkan sikap pribadi mukmin ialah; dia akan berdo’a dikala lapang apalagi dikala sempit, dia akan berdo’a dikala sedang dan susah dan bila berhasil usahanya maka semakin tunduk kepada-Nya, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang ingin supaya dikabulkan do’anya diwaktu mendapat kesusahan, maka hendaklah dia banyak berdo’a diwaktu lapang” [HR. Turmuzi].

            Tiga hadits dibawah ini menggambarkan bahwa Allah senantiasa siap untuk mengabulkan do’a hamba-Nya, siang bahkan malam, apalagi saat-saat waktu yang tepat untuk berdo’a;

Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : "Tuhan kami yang Maha Suci dan Maha Tinggi setiap malam turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Dia berfirman : "Barangsiapa yang bermohon kepadaKu maka Aku perkenankan. Barangsiapayang mohon kepadaKu maka Aku beri, dan barangsiapa yang mohon ampun kepadaKu maka Aku ampuni".(Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
  
Dari Abu Hurairah ra. Dari Rasulullah saw. bersabda : "Allah setiap malam turun ke langit dunia sampai lewat sepertiga malam yang pertama. Dia berfirman : "Akulah Raja. Akulah Raja. Barangsiapa yang berdo'a kepadaKu, maka Aku memperkenankannya, barangsiapa yang minta kepadaKu maka Aku memberinya. Barangsiapa yang mohon ampun kepadaKu maka Aku mengampuninya". Dan senantiasa demikian sampai fajar bersinar". (Hadits ditakhrij oleh Muslim).

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : Allah berfirman : "Wahai anak Adam ( manusia ), sesungguhnya selama kamu berdo'a dan mengaharap kepadaKu, Aku memberi ampuman kepadamu terhadap apa (dosa ) yang ada padamu dan Aku tidak memperdulikannya. Wahai anak Adam seandainya dosamu sampai ke langit kemudian kamu minta ampun kepadaKu maka Aku memberi ampuna kepadamu dan Aku tidak memperdulikannya. Wahai anak Adaml, sesungguhnya apabila kamu datang kepadaKu dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian kamul menjumpai Aku dengan tidak mensekutukan Aku dengan sesuatu niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi".(Hadits ditakhrij oleh Turmudzi).[Himpunan Hadits Qudsi, Ahmad Sunarto, kompilasi CHM oleh Pakdenono, April 2007].
Kadangkala do’a disertai dengan zikir dalam rangak menyebut asma Allah dan mengagungkan-Nya, hal ini tidak ada masalah asal masih dalam bingkai sesuai dengan teladan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Dalam berdo’a dan berzikir Rasul mencontohkan kepada ummatnya agar dijadikan sebagai kegiatan rutian harian untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Doa dan dzikir yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an. Berkata Syaikh Al-Abubakar Jazairi : “Al-Qur’an adalah dzikir yang paling utama, karena ia adalah kata-kata ALLAH SWT dan ia adalah doa dan dzikir termulia yang hanya diberikan melalui lisan para Rasul.” .
.Hendaklah memulai berdoa dengan menghafal doa yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih. Berkata Syaikhul Islam: “Doa dan dzikir adalah ibadah, dan syarat ibadah adalah ittiba’ (mengikuti) Nabi SAW, bukan mengikuti hawa nafsu dan bukan pula mengada-ngada membuat sesuatu yang tidak ada contohnya dari nabi SAW .” Lebih lanjut Syaikhul Islam berkata: “Diantara perbuatan tercela ialah orang yang menggunakan hizib dan wirid yang tidak ada contohnya dari Nabi SAW, sekalipun itu berasal dari gurunya, sementara ia justru meninggalkan dzikir dan wirid yang diajarkan oleh Nabinya SAW, yang merupakan hujjah ALLAH SWT atas hamba-hamba-NYA.”
Hendaklah orang yang membaca doa/dzikir memahami maknanya dan wajib melaksanakan hukum ALLAH SWT setelah berdzikir tsb. Berkata Imam Ibnu Qayyim: “Dzikir yang paling baik adalah doa dan dzikir yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan, yaitu yang dicontohkan oleh RasuluLLAH SAW dan orang yang membacanya memahami maknanya dan apa yang terkandung di dalamnya ”

Tidak boleh disertai oleh sikap berlebih-lebihan, pamer (riya’), sikap khusyu yang dibuat-buat dsb. Imam Ibnul Jauzy berkata: “Iblis banyak menyesatkan kebanyakan orang awam yang menghadiri majlis dzikir.. Aku mengetahui banyak sekali yang hadir dalam majlis tsb bertahun-tahun mereka mengikuti dzikir, tetapi keadaan dan tingkahlaku mereka tidak berubah sedikitpun, mereka tetap saja berjual-beli dengan bunga (riba), menipu dalam bekerja, tidak mengetahui hukum-hukum dalam shalat, melakukan ghibbah.. Mereka adalah orang-orang yang terjebak tipu-daya syaithan, aku melihat mereka menyangka bahwa tangisan mereka di majlis dzikir/doa tsb bisa menghapus dosa-dosa mereka?! Sungguh mereka telah tertipu .” [Adab Berdo’a atau Berdzikir,Al-Ikhwan.net,5 October 2006,11 Ramadhan 1427 H] .

Ada seorang laki-laki dating kepada Imam Ja’far Ash Shiddiq, lalu berkata, “Ada dua ayat dalam Al Qur’an yang aku paham apa maksudmu?”“Bagaimana dua bunyi ayat itu?”Tanya Imam Ja’far. Yang pertama berbunyi “Ud’uuni astajib lakum” (Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Ku perkenankan bagimu), (QS. Al Mu’min [40] : 60). Lalu aku berdo’a dan aku tidak melihat do’aku diijabah,” ujarnya."Apakah engkau berpikir bahwa Allah akan melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far."Tidak," jawab orang itu."Lalu ayat yang kedua apa?" Tanya Imam Ja'far lagi.
"Ayat yang kedua berbunyi "Wamaa anfaqtum min syai in fahuwa yukhlifuhuu, wahuwa khairun raaziqin" (Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya), (QS. Saba [34] : 39). Aku telah berinfak tetapi aku tidak melihat penggantinya," ujarnya."Apakah kamu berpikir Allah melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far lagi."Tidak," jawabnya."Lalu mengapa?"Tanya imam Ja'far."Aku tidak tahu," jawabnya.
Imam Ja'far kemudian menjelaskan, "Akan kukabarkan kepadamu, Insya Allah seandainya engkau menaati Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian engkau berdo'a kepada-Nya, maka Allah akan mengijabah do'amu.Adapun engkau berinfak tidak melihat hasilnya, kalau engkau mencari harta yang halal, kemudian engkau infakkan harta itu di jalan yang benar, maka tidaklah infak satu dirham pun, niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih banyak.Kalau engkau berdo'a kepada Allah, maka berdo'alah kepada-Nya dengan Jihad Do'a.Tentu Alah akan menjawab do'amu walaupun engkau orang yang berdosa."
"Apa yang dimaksud Jihad Do'a?" sela orang itu.Apabila engkau melakukan yang fardhu maka agungkanlah Allah dan limpahkanlah Dia atas segala apa yang telah ditentukan-Nya bagimu. Kemudian, bacalah shalawat kepada Nabi SAW dan bersungguh-sungguh dalam membacanya. Sampaikan pula salam kepada imammu yang memberi petunjuk. Setelah engkau membaca shalawat kepada Nabi, kenanglah nikmat Allah yang telah dicurahkan-Nya kepadamu.Lalu bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah engkau peroleh.
Kemudian engkau ingat-ingat sekarang dosa-dosamu satu demi satu kalau bisa.Akuilah dosa itu dihadapan Allah. Akuilah apa yang engkau ingat dan minta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang tak kau ingat. Bertaubatlah kepada Allah dari seluruh maksiat yang kau perbuat dan niatkan bahwa engkau tidak akan kembali melakukannya. Beristighfarlah dengan seluruh penyesalan dengan penuh keikhlasan serta rasa takut tetapi juga dipenuhi harapan.
Kemudian bacalah, "Ya Allah, aku meminta maaf kepada-Mu atas seluruh dosaku.Aku meminta ampun dan taubat kepada-Mu. Bantulah aku untuk mentaati-Mu dan bimbinglah aku untuk melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku segala hal yang engkau rdhai. Karena aku tidak melihat seseorang bisa menaklukkan kekuatan kepada-Mu, kecuali dengan kenikmatan yang Engkau berikan.Setelah itu, ucapkanlah hajatmu. Aku berharap Allah tidak akan menyiakan do'amu," papar Imam Ja'far.[Mengapa Do'a Tidak Diijabah, Manajemen Qalbu, K.H. Abdullah Gymnastiar].
Do’a tidak semata-mata dimaksud untuk memohon pertolongan kepada Allah untuk melepaskan diri dari kesulitan dan penderitaan. Do’a juga dimaksud sebagai sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya, sehingga dapat melakukan segala tugas yang  dipikulnya dengan baik dan menggembirakan dirinya. 

Do’a mutlak diperlukan oleh manusia, karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sekarang dan yang akan datang,  padahal manusia selalu menginginkan keberhasilan dalam mencapai apa yang diinginkannya, sekarang dan akan datang. Untuk menangkal hal-hal yang tidak baik atau merugikan dirinya pada saat sekarang dan akan datang, ia memerlukan adanya kekuatan diluar dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah itu,semua itu hanya kepada Allah sebagai Khaliqnya
.
Bagi seorang mukmin,  berdo’a merupakan ibadah, meskipun tidak dikabulkan tapi nilai-nilai ibadah telah dia terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja do’a yang kita ajukan kepada Allah adalah baik tapi ada beberapa do’a yang kita sanjungkan kepada Allah mengharapkan kebaikan kepada diri kita secara maknawi seperti mengharapkan taufiq dan hidayah-Nya, rahmat dan maghfirah-Nya yang do’a tadi tidak mesti untuk kepentingan duniawi dan materi saja.

Allah Al Mujiib, Yang Mengabulkan Do’a, dengan kekuasaan dan izin-Mulah patah-patah doa hamba yang diucapkan di tengah malam, di siang dan pagi hari kami sanjungkan, diantara takut dan harap, kami takut ya Allah andaikata Engkau tidak memberikan lagi rahmat dan karunia-Mu kepada kami, kami selalu harap ya Allah, harap agar Engkua selalu mendengar dan mengabulkan doa yang kami sanjungkan, walaupun kadangkala kami ingin cepat doa itu dikabulkan padahal kami tidaklah cepat mengabulkan perintah-Mu.

Ampunilah kami ya Allah, yang selalu berharap kasih, sayang dan perhatian-Mu sementara terlalu banyak dosa, kesalahan dan maksiat yang kami lakukan, berilah hamba ya Allah, kekuatan untuk melaksanakan perintah-Mu, bantu hamba ya Allah untuk senantiasa mensyukuri nikmat-Mu, kabulkanlah ya Allah do’a, munajad dan zikir yang kami sanjungkan, Engkaulah yang Mengabulkan do’a hamba-hamba-Nya.Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 20 Jumadil Awal 1432.H/ 24 April 2011.M, Jam 12;30].

Referensi;
1.Kuliah Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Adab Berdo’a atau Berdzikir,Al-Ikhwan.net,5 October 2006
5.Himpunan Hadits Qudsi, Ahmad Sunarto, kompilasi CHM Pakdenono, April 2007
6.Mengapa Do'a Tidak Diijabah, Manajemen Qalbu, K.H. Abdullah Gymnastiar







Tidak ada komentar:

Posting Komentar