AL MUJIIB
[ Yang Mengabulkan Do’a]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Allah punya hak untuk mengabulkan do’a
hamba-Nya, di tangan-Nyalah hak preogatif itu, tidak satupun makhluk yang kuasa
mengabulkan do’a seseorang, karena memang Allahlah tempat meminta, tempat
memohon dan yang akan mengabulkannya. Allah bersifat Al Mujiib, Yang
Mengabulkan Do’a;
”Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan
selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."[Huud 11;61]
Do’a
menurut bahasa adalah minta pertolongan, memanggil, memuji, memohon, sedangkan
dari segi istilah yaitu permohonan hamba kepada Allah sebagai Khaliq
[Pencipta]. Do’a selain berbentuk permohonan kepada Allah juga akan berujud
ibadah sebagaimana Rasulullah bersabda, “Do’a
adalah sumber ibadah”. Selain do’a itu perintah dari Rasul dia juga
perintah Allah, bukankah Allah telah menyebutkan bahwa orang yang tidak mau
berdo’a termasuk orang yang sombong, orang yang sombong terhalang baginya untuk
masuk syurga;
“Berdo’alah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan do’amu, orang yang
menyombongkan diri hingga tak hendak beribadah kepada-Ku sungguh mereka itu
akan masuk neraka dalam keadaan hina dina” [Al Mukmin 40; 60]
Allah
berfirman dalam surat Al Baqarah 2;186;
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan
permohonan orang yang mendo’a kepada-Ku…”
Manusia
diperintahkan berdo’a karena adanya dua unsur yaitu, unsur manusiawi; manusia
dalam berusaha memiliki kemampuan yang terbatas, tidak semua rencana manusia
dapat berhasil dengan sukses, jadi harus sabar dan tabah menunggu hasil dengan
mengharapkan bantuan Allah. Unsur Ilahi; Allah memiliki segala ketentuan
walaupun manusia telah merancang dan merencanakannya, akan tetapi banyak
menemukan kegagalan, keberhasilan manusia disamping dilakukan dengan kerja keras
dan rencana yang matang juga berkat rahmat dan mau’izhah Allah.
Dalam
kajian-kajian psikologis [ilmu jiwa] do’a dipandang sebagai obat bagi orang
yang mengalami tekanan jiwa, stress, putus asa, keterbelakangan dan lain-lain.
Oleh karena itu Dr. Zakiah Darajat sampai pada satu kesimpulan bahwa do’a yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat memberikan makna penyembuhan bagi stress
dan gangguan kejiwaan. Do’a juga mengandung manfaat bagi pembinaan atau dengan
kata lain do’a mempunyai kreatif, preventif dan konstruktif bagi kesehatan
jiwa.
Dalam
berdo’a Allah menggambarkan tabiat manusia, yaitu manusia yang lupa dengan
karunia Allah;
”Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia
berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah
Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia kembali melalui jalannya yang
sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk menghilangkan
bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas
memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan” [Yunus 10; 12].
Orang
yang demikian, do’anya hanya sebagai
pelarian saja, bila berhasil dia lupa, seolah-olah keberhasilan itu
tanpa bantuan Allah, Allah menegaskan,
“Dan
apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan
diri, tetapi apabila dia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a “
[Fusshilat 41; 51].
Sedangkan
sikap pribadi mukmin ialah; dia akan berdo’a dikala lapang apalagi dikala sempit,
dia akan berdo’a dikala sedang dan susah dan bila berhasil usahanya maka
semakin tunduk kepada-Nya, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang ingin supaya dikabulkan do’anya diwaktu mendapat
kesusahan, maka hendaklah dia banyak berdo’a diwaktu lapang” [HR. Turmuzi].
Tiga
hadits dibawah ini menggambarkan bahwa Allah senantiasa siap untuk mengabulkan
do’a hamba-Nya, siang bahkan malam, apalagi saat-saat waktu yang tepat untuk
berdo’a;
Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : "Tuhan kami yang Maha Suci dan Maha
Tinggi setiap malam turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang
akhir. Dia berfirman : "Barangsiapa yang bermohon kepadaKu maka Aku
perkenankan. Barangsiapayang mohon kepadaKu maka Aku beri, dan barangsiapa yang
mohon ampun kepadaKu maka Aku ampuni".(Hadits ditakhrij oleh Bukhari).
Dari Abu Hurairah ra. Dari Rasulullah saw. bersabda : "Allah setiap malam turun ke langit dunia sampai lewat sepertiga
malam yang pertama. Dia berfirman : "Akulah Raja. Akulah Raja. Barangsiapa
yang berdo'a kepadaKu, maka Aku memperkenankannya, barangsiapa yang minta
kepadaKu maka Aku memberinya. Barangsiapa yang mohon ampun kepadaKu maka Aku
mengampuninya". Dan senantiasa demikian sampai fajar bersinar". (Hadits ditakhrij oleh Muslim).
Dari Anas bin Malik ra., ia berkata : Saya
mendengar Rasulullah saw. bersabda : Allah berfirman : "Wahai anak Adam (
manusia ), sesungguhnya selama kamu berdo'a dan mengaharap kepadaKu, Aku
memberi ampuman kepadamu terhadap apa (dosa ) yang ada padamu dan Aku tidak
memperdulikannya. Wahai anak Adam seandainya dosamu sampai ke langit kemudian
kamu minta ampun kepadaKu maka Aku memberi ampuna kepadamu dan Aku tidak
memperdulikannya. Wahai anak Adaml, sesungguhnya apabila kamu datang kepadaKu
dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian kamul menjumpai Aku dengan tidak
mensekutukan Aku dengan sesuatu niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan
sepenuh bumi".(Hadits
ditakhrij oleh Turmudzi).[Himpunan Hadits Qudsi, Ahmad Sunarto, kompilasi CHM
oleh Pakdenono, April 2007].
Kadangkala
do’a disertai dengan zikir dalam rangak menyebut asma Allah dan
mengagungkan-Nya, hal ini tidak ada masalah asal masih dalam bingkai sesuai
dengan teladan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Dalam berdo’a dan berzikir
Rasul mencontohkan kepada ummatnya agar dijadikan sebagai kegiatan rutian
harian untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Doa dan dzikir yang paling utama adalah
membaca Al-Qur’an. Berkata Syaikh Al-Abubakar Jazairi : “Al-Qur’an adalah
dzikir yang paling utama, karena ia adalah kata-kata ALLAH SWT dan ia adalah
doa dan dzikir termulia yang hanya diberikan melalui lisan para Rasul.” .
.Hendaklah memulai berdoa dengan
menghafal doa yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih.
Berkata Syaikhul Islam: “Doa dan dzikir adalah ibadah, dan syarat ibadah adalah
ittiba’ (mengikuti) Nabi SAW, bukan mengikuti hawa nafsu dan bukan pula
mengada-ngada membuat sesuatu yang tidak ada contohnya dari nabi SAW .” Lebih
lanjut Syaikhul Islam berkata: “Diantara perbuatan tercela ialah orang yang menggunakan
hizib dan wirid yang tidak ada contohnya dari Nabi SAW, sekalipun itu berasal
dari gurunya, sementara ia justru meninggalkan dzikir dan wirid yang diajarkan
oleh Nabinya SAW, yang merupakan hujjah ALLAH SWT atas hamba-hamba-NYA.”
Hendaklah orang yang membaca doa/dzikir
memahami maknanya dan wajib melaksanakan hukum ALLAH SWT setelah berdzikir tsb.
Berkata Imam Ibnu Qayyim: “Dzikir yang paling baik adalah doa dan dzikir yang
diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan,
yaitu yang dicontohkan oleh RasuluLLAH SAW dan orang yang membacanya memahami
maknanya dan apa yang terkandung di dalamnya ”
Tidak boleh disertai oleh sikap berlebih-lebihan, pamer (riya’), sikap khusyu yang dibuat-buat dsb. Imam Ibnul Jauzy berkata: “Iblis banyak menyesatkan kebanyakan orang awam yang menghadiri majlis dzikir.. Aku mengetahui banyak sekali yang hadir dalam majlis tsb bertahun-tahun mereka mengikuti dzikir, tetapi keadaan dan tingkahlaku mereka tidak berubah sedikitpun, mereka tetap saja berjual-beli dengan bunga (riba), menipu dalam bekerja, tidak mengetahui hukum-hukum dalam shalat, melakukan ghibbah.. Mereka adalah orang-orang yang terjebak tipu-daya syaithan, aku melihat mereka menyangka bahwa tangisan mereka di majlis dzikir/doa tsb bisa menghapus dosa-dosa mereka?! Sungguh mereka telah tertipu .” [Adab Berdo’a atau Berdzikir,Al-Ikhwan.net,5 October 2006,11 Ramadhan 1427 H] .
Ada seorang laki-laki dating
kepada Imam Ja’far Ash Shiddiq, lalu berkata, “Ada dua ayat dalam Al Qur’an
yang aku paham apa maksudmu?”“Bagaimana dua bunyi ayat itu?”Tanya Imam
Ja’far. Yang pertama berbunyi “Ud’uuni astajib lakum” (Berdo’alah kepada-Ku
niscaya akan Ku perkenankan bagimu), (QS. Al Mu’min [40] : 60). Lalu aku
berdo’a dan aku tidak melihat do’aku diijabah,” ujarnya."Apakah
engkau berpikir bahwa Allah akan melanggar janji-Nya?" tanya Imam
Ja'far."Tidak," jawab orang itu."Lalu ayat yang kedua
apa?" Tanya Imam Ja'far lagi.
"Ayat yang kedua
berbunyi "Wamaa anfaqtum min syai in fahuwa yukhlifuhuu, wahuwa khairun
raaziqin" (Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya), (QS. Saba [34] :
39). Aku telah berinfak tetapi aku tidak melihat penggantinya," ujarnya."Apakah
kamu berpikir Allah melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far lagi."Tidak,"
jawabnya."Lalu mengapa?"Tanya imam Ja'far."Aku tidak
tahu," jawabnya.
Imam Ja'far kemudian
menjelaskan, "Akan kukabarkan kepadamu, Insya Allah seandainya engkau
menaati Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian engkau berdo'a
kepada-Nya, maka Allah akan mengijabah do'amu.Adapun engkau berinfak tidak
melihat hasilnya, kalau engkau mencari harta yang halal, kemudian engkau
infakkan harta itu di jalan yang benar, maka tidaklah infak satu dirham pun,
niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih banyak.Kalau engkau berdo'a kepada
Allah, maka berdo'alah kepada-Nya dengan Jihad Do'a.Tentu Alah akan menjawab
do'amu walaupun engkau orang yang berdosa."
"Apa yang dimaksud
Jihad Do'a?" sela orang itu.Apabila engkau melakukan yang fardhu
maka agungkanlah Allah dan limpahkanlah Dia atas segala apa yang telah
ditentukan-Nya bagimu. Kemudian, bacalah shalawat kepada Nabi SAW dan
bersungguh-sungguh dalam membacanya. Sampaikan pula salam kepada imammu yang memberi
petunjuk. Setelah engkau membaca shalawat kepada Nabi, kenanglah nikmat Allah
yang telah dicurahkan-Nya kepadamu.Lalu bersyukurlah kepada-Nya atas segala
nikmat yang telah engkau peroleh.
Kemudian engkau ingat-ingat
sekarang dosa-dosamu satu demi satu kalau bisa.Akuilah dosa itu dihadapan
Allah. Akuilah apa yang engkau ingat dan minta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa
yang tak kau ingat. Bertaubatlah kepada Allah dari seluruh maksiat yang kau
perbuat dan niatkan bahwa engkau tidak akan kembali melakukannya.
Beristighfarlah dengan seluruh penyesalan dengan penuh keikhlasan serta rasa
takut tetapi juga dipenuhi harapan.
Kemudian bacalah, "Ya
Allah, aku meminta maaf kepada-Mu atas seluruh dosaku.Aku meminta ampun dan
taubat kepada-Mu. Bantulah aku untuk mentaati-Mu dan bimbinglah aku untuk
melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku segala hal yang engkau rdhai.
Karena aku tidak melihat seseorang bisa menaklukkan kekuatan kepada-Mu, kecuali
dengan kenikmatan yang Engkau berikan.Setelah itu, ucapkanlah hajatmu. Aku
berharap Allah tidak akan menyiakan do'amu," papar Imam Ja'far.[Mengapa Do'a Tidak Diijabah, Manajemen Qalbu, K.H. Abdullah Gymnastiar].
Do’a tidak semata-mata dimaksud untuk memohon
pertolongan kepada Allah untuk melepaskan diri dari kesulitan dan penderitaan.
Do’a juga dimaksud sebagai sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan
kualitas diri dan kemampuannya, sehingga dapat melakukan segala tugas yang dipikulnya dengan baik dan menggembirakan
dirinya.
Do’a mutlak diperlukan oleh manusia, karena
manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sekarang dan yang akan
datang, padahal manusia selalu
menginginkan keberhasilan dalam mencapai apa yang diinginkannya, sekarang dan
akan datang. Untuk menangkal hal-hal yang tidak baik atau merugikan dirinya
pada saat sekarang dan akan datang, ia memerlukan adanya kekuatan diluar
dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah itu,semua itu hanya kepada Allah
sebagai Khaliqnya
.
Bagi seorang mukmin, berdo’a merupakan ibadah, meskipun tidak
dikabulkan tapi nilai-nilai ibadah telah dia terapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Apa saja do’a yang kita ajukan kepada Allah adalah baik tapi ada
beberapa do’a yang kita sanjungkan kepada Allah mengharapkan kebaikan kepada
diri kita secara maknawi seperti mengharapkan taufiq dan hidayah-Nya, rahmat
dan maghfirah-Nya yang do’a tadi tidak mesti untuk kepentingan duniawi dan
materi saja.
Allah Al Mujiib, Yang Mengabulkan Do’a, dengan
kekuasaan dan izin-Mulah patah-patah doa hamba yang diucapkan di tengah malam,
di siang dan pagi hari kami sanjungkan, diantara takut dan harap, kami takut ya
Allah andaikata Engkau tidak memberikan lagi rahmat dan karunia-Mu kepada kami,
kami selalu harap ya Allah, harap agar Engkua selalu mendengar dan mengabulkan
doa yang kami sanjungkan, walaupun kadangkala kami ingin cepat doa itu
dikabulkan padahal kami tidaklah cepat mengabulkan perintah-Mu.
Ampunilah kami ya Allah, yang selalu
berharap kasih, sayang dan perhatian-Mu sementara terlalu banyak dosa,
kesalahan dan maksiat yang kami lakukan, berilah hamba ya Allah, kekuatan untuk
melaksanakan perintah-Mu, bantu hamba ya Allah untuk senantiasa mensyukuri
nikmat-Mu, kabulkanlah ya Allah do’a, munajad dan zikir yang kami sanjungkan,
Engkaulah yang Mengabulkan do’a hamba-hamba-Nya.Wallahu a’lam [Cubadak
Solok, 20 Jumadil Awal 1432.H/ 24 April 2011.M, Jam 12;30].
Referensi;
1.Kuliah
Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Adab Berdo’a atau Berdzikir,Al-Ikhwan.net,5
October 2006
5.Himpunan Hadits Qudsi, Ahmad Sunarto, kompilasi
CHM Pakdenono, April 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar