Minggu, 14 Juni 2015

51. Al Bathin, Yang Tersembunyi



AL BATHIN
[ Yang Tersembunyi]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

            Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari sifat-sifat Allah yang terkandung pada asmaul husna, tidak sedikit hikmah yang dapat dipetik bagi orang-orang yang mau membaca dan mempelajari asmaul husna sehingga asma ul husna itu  ibarat samudera luas yang diarungi oleh siapa yang mau mengarunginya, sangat luas ilmu yang dapat dipetik dari kandungan asmaul husna itu sehingga dia ibarat hutan belantara yang masih lebat belum terjamah.

            Allah itu punya nama yang indah dari sekalian nama indah yang lainnya yaitu Al Bathin, Yang Tersembunyi, apa yang terkandung dari makna ini ? kita ambil beberapa pelajaran yang diungkapkan, Allah berfirman;
“Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”[Al Hadid 57;3]

Yang dimaksud dengan: yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah, yang nyata adanya karena banyak bukti- buktinya dan yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.

Banyak kejadian di dunia ini yang tidak bisa dianalisa oleh akal manusia, kejadian itu diluar kemampuan manusia untuk mencernanya tapi mengandung hikmah yang luar biasa, karena keimananlah sehingga kejadian yang luar biasa itu diterima oleh ummat manusia, tanpa iman maka hal yang luar biasa itu untuk sementara ditolak, setelah sekian tahun bahkan abad melalui penemuan penelitian barulah diakui kebenaran itu.

Nabi Musa pernah ditanya oleh muridnya tentang orang yang paling pintar saat itu, maka dia menjawab bahwa dialah orang yang paling pintar.Tidak begitu lama Allah menegur Musa bahwa masih ada hamba Allah yang lebih pintar daripadanya. Musa bermaksud mencari orang tersebut dengan muridnya yang bernama Yusa' bin Nun.
"Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau Aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".[Al Kahfi 18;60]

Pertemuan Musa dengan orang yang dimaksud terjadi dipertemuan dua lautan, pendapat tafsir Al Maraghi menyatakan bahwa dua lautan tersebut ada perbedaan pendapat ulama adalah laut Arab dan laut Merah,  laut Tengah dan laut Atlantik dan ada yang mengatakan Laut asin dan laut Tawar [muara sungai Nil].

            Dengan berbekal seadanya di tengah perjalanan mereka makan lalu ikan mereka yang tinggal sebelah melompat ke laut, Musa yakin bahwa inilah tempat yang dikatakan Allah, akhirnya Musa bertemu dengan orang yang dicari;
" Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami, yang Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami" [Al Kahfi 18;65].

Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian.sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut. Ada tiga hal yang dilakukan oleh Khidr dalam perjalanan itu, semua kejadian diprotes oleh Musa karena bertentangan dengan akal yang sehat, seperti nabi Khidr melarang Musa banyak bertanya, Khidr melubangi perahu, membunuh anak kecil dan memperbaiki dinding rumah orang yang rubuh [Al Kahfi 18;67-77].

            Sudah tiga kali kesabaran Musa diuji dan kenyataannya memang dia tidak mampu bersabar dalam perjalanan itu, sesuai dengan janjinya bahwa kalau dia sudah  tiga kali mendapat teguran dari guru maka Musa siap untuk diberi sangsi atas kesalahannya itu, Khidir lansung memberikan vonis untuk berpisah  hari itu juga, tapi sebelum berpisah Khidir memberikan kesempatan kepada Musa untuk menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi dibalik itu, dengan seksama Musa menerima ilmu yang selama ini belum pernah dia peroleh;
"Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara Aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya" [18;78]
"Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan Aku bertujuan merusakkan bahtera itu, Karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera" [18;79]
"Dan adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran" [18;80]
"Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).'' [18;81]
"Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah Aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya"[18;82]

            Begitu juga halnya kejadian yang dialami oleh anak-anak muda yang kita kenal dengan Ashabul Kahfi, mereka adalah anak-anak muda yang beriman kepada Allah, tidak mau menyembah yang lain karena hal itu mencemari tauhid, ketika raja memerintahkan semua rakyatnya untuk menyembah berhala, pemuda-pemuda ini meyingkir untuk menyelamatkan diri dari kejaran sang raja,  sehingga sampailah mereka bersembunyi pada sebuah gua, di dalam gua itu mereka tidur bukan mati, karena setiap waktu mereka masih melakukan gerakan-gerakan ke kiri dan ke kanan untuk menjaga kestabilan tubuhnya, adakah tubuh yang berada dalam tidurnya selama sekian tahun bisa bertahan tidak membusuk dan bangun kembali dengan izin Allah;
“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang Luas dalam gua itu.itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. dan kamu mengira mereka itu bangun, Padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.”[Al Kahfi 18;17-18].

Allah berkuasa untuk menidurkan pemuda itu sekian ratus tahun hingga mereka sadarkan diri, kemudian keluar mencari makanan, tapi warung penjual makanan itu tidak mau menerima uangnya sebab mata uang itu sudah berusia ratusan tahun yang lalu, ketika itu negeri ini dikuasai oleh raja yang zhalim dan syirik, tapi sekarang negeri ini dipimpin oleh orang yang  shaleh, perdebatan tentang berapa jumlah mereka dalam gua itu, berapa lama mereka berada di sana, ini adalah perdebatan yang zhahir, sedangkan yang bathin yang sebenarnya hanya Allah saja yang mengetahuinya;
“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.”[Al Kahfi 18;22].

            Banyak kejadian yang ada di dunia ini tersembunyi peristiwanya dan tidak tahu maknanya, Allah yang menjelaskan segala hal yang bathin itu sebagai pelajaran yang dapat diambil oleh orang-orang yang punya hati nurani.

            Allah, Al Bathin, Yang Tersembunyi, banyak peristiwa dan  kejadian yang tampil di dunia ini, sejak dunia ini diciptakan-Nya, sepanjang itu pula kejadian itu terekam indah dalam hikmah yang dapat dipelajari oleh hamba-Nya, semuanya dari Allah Swt. Salah satu yang kadangkala luput dari perhatian kita adalah masalah fitnah, ujian dan musibah yang didatangkan Allah kepada manusia, memang menyakitkan, tapi dari semua itu ada hikmah yang terkandung untuk kita ambil sebagai pelajaran. “Disadari atau tidak, ternyata tidak sedikit orang yang hancur luluh keimanannya hanya karena ketidakmampuannya menghadapi musibah dalam hidup.Salah satu penyebabnya karena salah dalam memahami makna musibah dan salah pula dalam menyikapinya.Kesalahan seseorang dalam memaknai dan menyikapi musibah akibatnya bisa sangat fatal terhadap keimanannya.”

Bagi seorang mu’min tentu meyakini bahwa, segala sesuatu hanya akan terjadi di dunia ini karena, “Kun Fayakun” Allah, sehingga segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini terutama yang tidak kita inginkan harusnya menjadi bahan “muhasabah” (introspeksi) atau “tazkirah” (peringatan) apa yang sebenarnya sedang Allah rencanakan untuk kita.
Berbicara masalah musibah, sebenarnya musibah adalah sesuatu yang mutlak akan dialami oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, baik seseorang itu yang kafir maupun mu'min. Jika musibah menimpa orang yang kafir, pasti itu adalah azab. Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia), sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. As Sajdah, 32 : 21).

Namun, jika menimpa orang yang mu'min, pasti itu adalah bentuk kasih-sayang Allah SWT.Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw pernah menyatakan, "Jika Allah sudah mencintai suatu kaum maka Allah SWT akan memberikan bala, ujian atau cobaan".Ini semakin mempertegas kepada kita bahwa musibah bagi orang-orang yang mu'min itu sebagai bentuk kasih-sayang.

            Kematian Abu Jahal dan Siti Khadijah merupakan pukulan berat bagi Nabi Muhammad, betapa tidak, Abu Jahal adalah pamannya, walaupun masih kafir, tapi dia sudah menunjukkan bantuan keamanan terhadap kemenakannya yang  selalu diganggu oleh orang-orang kafir Quraisy, demikian pula dengan Siti Khadijah, isteri yang dicintainya, selain isteri yang baik dan shalehah, diapun sudah menunjukkan komitmennya untuk membela islam dengan menyerahkan seluruh hartanya untuk kepentingan da’wah.

            Secara manusiawi wajar bila Muhammad sedih dengan kematian dua orang yang dicintainya itu, tapi apa dibalik itu, hikmahnya adalah, dengan keberhasilan dakwah nabi Muhammad orang akan semakin simpati dan kagum dengan nabi Muhammad karena tanpa adanya kedua tokoh itu dia mampu berhasil, tapi apabila keduanya masih hidup, maka orang akan berkata, wajar saja Muhammad berhasil karena ada dua orang yang berpengaruh dalam hidupnya yaitu Abu Thalib dan Khadijah.

Ya Allah, Al Bathin, Yang Tersembunyi, banyak kejadian kehidupan yang kami jalani di dunia ini diluar kemampuan akal kami untuk menerimanya, tapi semua itu terjadi berkat izin-Mu yang banyak mengandung hikmah tanpa kami sadari. Ya Allah berikanlah kepada kami, hamba-Mu ini keimanan yang mendalam sehingga segala kejadian mampu kami untuk menyikapinya, segala peristiwa dapat kami ambil ibrahnya untuk kami terima dengan tawakal.

Ya Ilahi, ampunilah hamba ini, yang terlalu banyak berbuat kealfaan, kesalahan, maksiat dan dosa sehingga hidup kami selalu berada dalam kegelisahan dan kezhaliman, tanpa bimbingan-Mu, tanpa ampunan-Mu, tanpa kau bukakan tabir kebenaran kepada kami, maka termasuklah kami orang-orang yang zhalim, ya Allah Al Bathin.Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 09 Jumadil Awal 1432.H/ 13 April 2011.M, Jam 12;20].

Referensi;
1.Kuliah Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009




3 komentar:

  1. Jazakumullah tulisannya ustadz, tapi afwan mungkin di situ ada typo sedikit. Yang meninggal dunia paman Rasul SAW yang bernama Abu Thalib bukan Abu Jahal seperti yang tertulis di artikel ini. Afwan ustadzi..

    BalasHapus
  2. menulis sejarah tentang rasul harus hati2, abu jahal itu musuh Allah, yg anda maksud paman rasul itu Abu Thalib

    BalasHapus
  3. Abu Thalib no abu Jahal mohon di edit tulisannya 🙏

    BalasHapus