Jumat, 19 Juni 2015

26. Al Muqtadir, Yang Menundukkan





AL MUQTADIR
[Yang Menundukkan]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

            Allah Maha Kuasa atas segala makhluk-Nya, semua kehendak-Nya adalah mutlak dan Dia Yang Menundukkan segala sesuatu dengan caranya sendiri, sifat mulia-Nya itu dinamakan Al Muqtadir yaitu Yang Menundukkan, adalah nama dan sifat yang menunjukkan kekuasaan dan keperkasaan, tak satupun yang melakukan perlawanan kepada-Nya, perlawanan apapun akan dilemahkan-Nya. Kekafiran, kezhaliman, kefasikan dan kemunafikan adalah bentuk perlawanan yang disadari atau tidak oleh manusia, maka Allah akan melemahkan dan menundukkan hamba-Nya yang demikian dengan berbagai cara.

            Bagaimana Allah menundukkan orang-orang dahulu yang melakuka kekafiran dengan terang-terangan, mereka tidak mampu berkilah dan berdalih lebih lama karena dengan waktu yang cepat sekali Allah menurunkan ancaman dan azab-Nya sebagai balasan bagi kekafiran mereka;
“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?dan Sesungguhnya telah datang kepada kaum Fir'aun ancaman-ancaman.mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya, lalu Kami azab mereka sebagai azab dari yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu, atau Apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-Kitab yang dahulu.”[Al Qamar 54;40-43]

Di dunia ini kita hadir sebagai bentuk ketundukan kepada Allah, sejak lahir kita tidak mampu untuk berbuat banyak, bahkan untuk menentukan bentuk wajah dan fisik kita saja terserah kepada Allah yang menciptakan.

Hampir dipastikan, kita semua tidak pernah bisa meraba bagaimana rupa takdir kita ke depan. Segala sesuatunya adalah misteri bagi kita.Acap kali kejadian dan semua peristiwa terjadi begitu saja tanpa bisa direkayasa.Terkadang kita juga tidak berkuasa dengan amalan kita sendiri.Kegagalan, kesuksesan, kaya miskin, antara kehidupan dan kematian adalah mutlak milik Allah. Bahkan, di beberapa ayat diinformasikan, salah satunya dalam QS ash-Shaaffat, [37]: 96, bahwa kita dan semua amalan kita Allahlah pembuat skenarionya, "Wallahu khalaqakum wa maa ta'maluun".[Muhammad Arifin IlhamDamanhuri/RepublikaJumat, 04 Juni 2010, 09:54 WIB]


Setiap kejadian di atas muka bumi selalu diputuskan dengan rahmat-Nya, serta kudrat dan iradat-Nya.Seluruh ciptaan tak ada yang luput dari pengawasan-Nya, termasuk aktivitas manusia. Allah jua yang telah menuliskannya dalam lauh mahfuzh-Nya (QS Al-Hadid [57]: 22).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Meski semua telah tertulis di zaman azali, manusia tetap diperintahkan untuk berikhtiar menjemput kebaikan.Tak ada satu kebaikan pun yang diraih dengan berpangku tangan.Semua itu meniscayakan adanya sebuah gerak, usaha, dan akselarasi.

Diam hanya akan membuat seseorang berkubang dalam penderitaan dan kegagalan. Jika kita adalah seorang pedagang atau pebisnis, mutlak untuk melakukan sesuatu.Sebaik-baik ikhtiar manusia adalah merujuk pada syariat-Nya, sebagai Zat yang mengatur kehidupan.[Republika.co.id,Ustaz Muhammad Arifin Ilham,
Dunia Diperintahkan Melayani Hamba yang Taat BeribadahAhad, 17 Oktober 2010, 19:35 WIB]
            Allah yang menundukkan segala-galanya, semua apa yang ada di langit dan di bumi berada dalam genggaman-Nya, apapun keinginan Allah terhadap ciptaan-Nya akan sangat mudah bagi-Nya untuk melakukan, semua makhluk tunduk atas segala kemauan-Nya, apakah akan diselamatkan atau akan dibinasakan, tak ada yang dapat menghalangi-Nya;
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak ?jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah.”[Ibrahim 14;19-20]
                Allah menundukkan kekuasaan Raja Namrud dikala Ibrahim menyampaikan da’wah kepadanya tapi da’wah itu ditolak bahkan dimusuhi.Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dapat dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebih-lebihan yang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Iamerasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidak dapat memberi manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan. Dia yang dapat berbicara, dapat mendengar, dapat berfikir, dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan.Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia.di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.

Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahawa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahawa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus di banteras dan diperangi agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta iniAllah SWT menceritakan peristiwa tersebut dalam firman-Nya:

"Dan sesungguhnya telah kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui keadaannya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: 'Patung-patung itu apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya ?' Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.' Ibrahim menjawab: 'Sesungguhnya kamu dan bapak- bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.' Mereka menjawab: 'Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?' Ibrahim berkata: 'Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas apa yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala- berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.' Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: 'Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.' Mereka berkata: 'Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.' Mereka berkata: '(Kalau demikian) Bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikannya.' Mereka bertanya: 'Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?' Ibrahim menjawab: 'Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.' Maka mereka telah kembali kepada kesedaran mereka dan lalu berkata: 'Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang- orang yang menganiaya (diri sendiri).' Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahawa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.' Ibrahim berkata:, maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun tidak dapat pula memberi mudarat kepada kamu?' Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahaminya? Mereka berkata: 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan- tuhan kami jika kamu benar-benar hendak bertindak.'" (QS. al- Anbiya': 51-68)
            Nabi Ibrahim mampu menundukkan mereka dengan argumentasi dan logik berfikir yang sehat. Tetapi mereka membalasnya dengan menetapkan akan menggantungnya di dalam api. Sungguh ini sangat menghairankan. Suatu mahkamah yang mengerikan digelar di mana si tertuduh akan dihukum dengan pembakaran.
            Namun Allah membela nabi-Nya dengan menundukkan api yang biasanya membakar apalagi sedang membara pasti akan membinasakan siapa yang mengenainya tapi dikala itu sang api, patuh atas perintah Tuhannya;
Manusia yang melihat peristiwa itu berdiri agak jauh dari galian api itu kerana saking panasnya. Lalu, seorang tokoh dukun memerintahkan agar Ibrahim dilepaskan ke dalam api. Tiba-tiba malaikat Jibril berdiri di hadapan Nabi Ibrahim dan bertanya kepadanya: "Wahai Ibrahim, tidakkah engkau memiliki keperluan?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak memerlukan sesuatu darimu." Nabi Ibrahim pun dilepaskan lalu dimasukkan ke dalam kubangan api. Nabi Ibrahim terjatuh dalam api. Api pun mulai mengelilinginya, lalu Allah SWT menurunkan perintah kepada api, Allah SWT berkata:

"Kami berfirman: Wahai api jadilah engkau dingin dan membawa keselamatan kepada Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 69)

Api pun tunduk kepada perintah Allah SWT sehingga ia menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi Nabi Ibrahim. Api hanya membakar tali- tali yang mengikat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dengan tenang berada di tengah-tengah api seakan-akan beliau duduk di tengah-tengah taman. Beliau memuji Allah SWT, Tuhannya dan mengagungkan-Nya. Yang ada di dalam hatinya hanya cinta kepada sang Kekasih, yaitu Allah SWT. [Kisah nab-nabi, Dahalan bin Che Mat (Pak Ndak).
                Begitu juga Allah menundukkan penguasa-penguasa yang zhalim lainnya dengan berbagai kejatuhan yang dialami hingga memberikan siksa dan azab-Nya. Allah juga menundukkan kegagahan Umar bin Khattab dengan hidayah sehingga masuk islam dan membelanya. Rasulullahpun selalu berdo’a kepada Allah agar hati yang dimilikinya selalu hidup dalam keadaan kokoh dalam agama ini “Ya Muqallabil Qulub Tsabbit Qalbi ‘ala dinik”, Wahai yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku ini dalam agama-Mu’. Artinya kita sendiri tidak mampu menundukkan hati kita, karena jangankan hati, sedangkan diri kita sendiri di bawah ketundukan Allah.
            Ya Al Muqtadir, Allah Yang Menundukkan, kekuasaan-Mu tak satupun yang mampu menandingi, dengan taufiq dan hidayah-Mu berilah hamba-Mu ini kemampuan untuk menundukkan keangkuhan dan kecongkakan yang ada pada jiwa kami, tundukkanlah nafsu kami untuk menyelamatkan agama kami, lemahkanlah sifat-sifat negative kami hingga menjadi positif. Tundukkan kemalasan, keengganan dan kelalaian kami dalam menjalankan ibadah kepada-Mu.
            Ya Allah, Al Muqtadir, berilah kami kemampuan untuk menundukkan pandangan kami agar terjaga dari fitnah dunia sebagaimana yang Engkau perintahkan;
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat", Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. “[An Nuur 24;30-31]
Ya Ilahi, Al Muqtadir, semua makhluk yang Engkau ciptakan berada dalam genggaman-Mu, mereka patuh dan taat, mereka tunduk dengan segala sunnah-Mu sehingga kehidupan ini berjalan harmonis, jangan Engkau siksa kami ya Allah karena masih banyaknya dari hamba-hamba-Mu yang belum tunduk hatinya kepada kebenaran, berilah hidayah-Mu ya Allah sehingga kami terbimbing di jalan-Mu, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 29 Rabiul Akhir 1432.H/ 03 April  2011.M Jam; 21;45]
Referensi;
1.Republika.co.id,Ustaz Muhammad Arifin Ilham
2. Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3. Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
4. Kisah nab-nabi, Dahalan bin Che Mat (Pak Ndak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar