AL WADUUD
[ Yang Mencintai Makhluk-Nya]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Allah
sebagai Rabb, yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan
mematikan, yang memberikan rezeki kepada makhluk-Nya. Allah juga sebagai Ilah,
yang ditaati, yang diibadahi yang diimani, yang diikuti hukum-hukum-Nya dan
yang dicintai. Sebagai Khaliq, yang menciptakan makhluk-Nya, Dia mencintai,
menyayangi dan mengasihi ciptaan-Nya;
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Itulah
keberuntungan yang besar.Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras.
Sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan
menghidupkannya (kembali). Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, yang
mempunyai 'Arsy, lagi Maha mulia,”[Al Buruj 85;11-15]
Manusia adalah makhluk Allah yang istimewa
dibandingkan makhluk yang lain, disamping diberi akal sebagai fasilitas juga
tidak sedikit sarana dihamparkan untuk mereka berupa rezeki yang terdapat di
darat dan di laut, semua itu boleh digunakan, diolah untuk kebutuhan manusia.
Demikian pula hubungannya dengan Allah mempunyai hubungan yang istimewa yang
tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, yaitu hubungan cinta;
Yaitu hubungan kasih
sayang antara hamba dengan Khaliqnya. Hubungan ini terujud karena nilai iman
yang tinggi dan pemahaman tauhid yang benar, sehingga seorang mukmin meletakkan
posisi cintanya sesuai dengan prioritas, bahkan Allah menggambarkan bagaimana
seorang mukmin meletakkan dasar cintanya kepada Allah selain mencintai yang
lain;
”Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal). [Al
Baqarah 2;165]
Isi dunia ini dilengkapi tiga perhiasan yaitu
harta dengan berbagai bentuknya, tahta dengan berbagai jenis dan jenjangnya dan
wanita dari berbagai tipe dan kepeningannya. Jangankan ketiga hal di atas
sedangkan salah satu dari tiga dimiliki manusia lalu dia dikuasai oleh yang
dimilikinya itu, dalam arti kata dia
terlalu cinta pasti dikuasai oleh yang dimilikinya itu lalu takut
berpisah dengan apa yang dicintai tersebut apalagi kematian datang menghampiri
tentu tidak dia harapkan;
”Dijadikan
indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik [syurga]” [Ali Imran 3;14]
Bukan berarti ummat islam tidak boleh mencintai
isi dunia, silahkan selama kecintaan tadi didasari cinta kepada Allah,
sebagaimana kupasan Imam Al Gazali berikut ini dalam buku ”Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mukmin”;
Kecintaan hakiki yang
didasarkan karena Allah ialah apabila seseorang itu tidaklah mencintai orang
lain karena pribadi [zat] nya orang itu, tetapi semata-mata karena mengingat
keuntungan yang akan diperoleh untuk keakheratan dari sahabatnya itu. Misalnya
seseorang yang mencintai gurunya, sebab dengan guru itu ia dapat memperoleh
perantara guru menghasilkan ilmu pengetahuan dan amalan yang dilakukan itu
hanyalah untuk keakheratan belaka untuk mencari keridhaan Allah.
Seorang yang mencintai
muridnya, sebab pada muridnya itulah ia dapat mencurahkan isi pengetahuannya
dan dengan perantara murid itu pula ia dapat memperoleh derajat atau tingkat
sebagai pengajar atau guru, guru yang semacam inilah yang juga disebut
mencintai orang lain untuk mencari keridhaan Allah.
Seseorang yang suka
menyedekahkan hartanya karena Allah bukan karena pamer atau riya’, suka mengumpulkan
tamu-tamunya lalu menjamu mereka dengan berbagai makanan yang lezat serta yang
enak makanannya yang dilakukan
semata-mata karena untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ia suka kepada seorang
pemasak karena ketelitian dan kebaikan cara memasaknya, maka orang inipun
termasuk pula dalam golongan pencinta untuk mencari keridhaan Allah.
Seseorang yang mencintai
kepada seseorang yang suka menyampaikan sedekah atau zakatnya kepada
orang-orang yang hendak menerimanya. Jadi ia mencintainya juga karena Allah.
Demikian pula seseorang yang mencintai kepada pelayannya yang membersihkan
dirinya untuk mencuci pakaian, membersihkan lantai rumahnya atau memasakkan
makanannya, kemudian dengan demikian tadi ia sendiri dapat penuh mencurahkan
ilmu pengetahuan serta amalan shalehnya, sedang maksudnya menggunakan pelayan
dengan pekerjaan tadi adalah untuk terus menerus dapat beribadah, itupun orang
yang mencintai karena Allah juga.
Apabila seseorang itu
menikahi seorang wanita yang shaleh, yang demikian itu dimaksudkan agar dirinya
dapat terhindar dan terjaga dari godaan syaitan dan pula guna menjunjung
agamanya atau agar nantinya dapat dikarunia oleh Allah seorang anak yang
shaleh, seseorang mencintai isterinya karena karena isteri itulah yang
merupakan perantara atau alat kepada tujuan-tujuan keagamaan, maka kedua macam
orang itupun termasuk mencintai karena Allah.
Memang, bukan sekali-kali
yang merupakan syarat mencintai Allah itu harus tidak mencintai harta dunia,
sehingga bagiannya dari keduniaan itu ditinggalkannya sama sekali, itu tidak,
sebab isi do’a yang diperintahkan oleh para nabi adalah mencakup antara
kepentingan dunia dan akherat, sebagaimana yang tertera dalam Al Qur’an surat
Al Baqarah 2;201;
”Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akherat dan peliharalah kami dari siksa neraka”,
Dalam sebuah hadis rasulullah berdo’a, ”Ya Allah sesungguhnya saya memohonkan
kepada-Mu suatu kerahmatan yang datangnya itudapatlah saya memperoleh
keselamatan, kemuliaan-Mu di dunia dan di akherat”.
Harta, tahta dan wanita
yang dikaruniakan Allah dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah
karena mencintai Allah bukan berarti
hidup jauh di pengasingan dengan pakaian dan makanan yang sangat
menyedihkan, sebagaimana layaknya seorang sufi, namun demikian tidak sedikit
pula menusia yang jauh dari Allah karena memiliki fasilitas dunia yang menodai,
dia terlalu cinta kepada dunia padahal tidak akan lama didiaminya dan terlalu
takut dengan kematian, padahal mati merupakan awal kehidupan yang abadi.
Bila hal ini difahami, tidak akan kita temui orang
yang memiliki harta tapi bakhil tetapi sebaliknya mereka adalah orang yang
penyantun dengan mendermakan sebagian hartanya kepada yang berhak disantuni,
tidak akan kita temui para pemilik kekuasaan yang menindas si lemah dan menekan
si bodoh, namun para penguasa yang menegakkan kebenaran dan mengangkat silemah
menjadi kuat, juga tidak akan kita temui orang yang melacurkan dirinya dengan
perbuatan maksiat yang menjijikkan.
Seorang mukmin memang
dituntut hanya mencintai Allah sebagai prioritas pertama, Allah memperingatkan
kita;
”Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, usaha dan perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di dalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya, dan Allah tidak petunjuk
kepada orang-orang fasiq”
[At Taubah 9;24].
Bagi seorang mukmin
prioritas cintanya adalah Allah, Rasul dan berjuang menegakkan kebenaran,
setelah itu baru boleh menempati cinta yang lain, bila tidak berarti
orang-orang yang fasiq, ”Dan orang-orang
yang beriman itu amat sangat cintanya kepada Allah” [Al Baqarah 2;165].
Bilakeimanandanpengabdiansertaakhlaksuatuummatsudahmulaimelencengdarijalantauhid,
maka Allah akanmenggantiummat yang ingkartersebutdengangenerasi lain yang
lebihbaik. Sebagaimanadalamsurat Al Maidah 5;54halitudijelaskan Allah;
“Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antarakamu yang murtaddariagamanya,
Makakelak Allah akanmendatangkansuatukaum yang Allah
mencintaimerekadanmerekapunmencintaiNya, yang bersikaplemahLembutterhadap orang
yang mukmin, yang bersikapkerasterhadap orang-orang kafir, yang berjihaddijalan
Allah, dan yang tidaktakutkepadacelaan orang yang sukamencela. Itulahkarunia
Allah, diberikan-Nyakepadasiapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Mahaluas
(pemberian-Nya), lagiMahaMengetahui.”
Padaayatdiatas
Allah memanggil orang-orang yang berimankarenamemang orang yang beriman yang
maudanmampuuntukmenunaikankewajiban yang dibebankan Allah,
keimanansajatidaklahcukuptapiasfek lain harusditunaikan, keimanan yang
dicampuradukkandengankekufuranatautelahkeluardarinilai-nilaikeimananmaka orang
berimantersebutakandigantidenganummatlain, salahsatusifatmerekaadalah yang
Allah mencintaimerekadanmerekapunmencintaiNya.
Allah Al
Waduud, Allah yang mencintaihamba-Nya, bilakecintaankepada Allah
sudahmulaihilangatauummatsamasekalitidakmencintai Allah
lagidenganbukti-buktipelanggaran yang dilakukannyamakadengansangatmenyesalkitaharusdigantidengangenerasi
lain yang lebihbaik.
ItulahmakanyaRasulullahselalumengajakummatislaminibagiandariummat yang
dicintaidanmencintai Allah denganbuktimelakukanamalan-amalanshaleh;
Ada
beberapaamal-amal yang menjadikanummatitudicintai Allah sebagaimanaHadits dari Abu
Darda', Rasulullah bersabda;"Tiga golongan manusia yang dicintai Allah,
serta disambut dengan tertawa dan gembira.....
1.Seseorang yang dalam
peperangan dan ketika barisan di
depannya telah kucar kacir, ia terus maju mempertaruhkan jiwanya semata-mata
karena Allah
2.Seseorang yang mempunyai
isteri yang cantik serta tempat tidur
yang empuk, lalu ia bangun menegakkan shalat malam
3.Seseorang
dalam bepergian bersama orang banyak,
disaat malam tiba dan orang-orang berjaga kemudian tidur semuanya, iapun bangun
di akhir malam dalam keadaan sempit atau lapang".
Berangkat dari hadits diatas,
ada beberapa hal sebagai pelajaran bagi dan sekaligus dalam rangka meraih
simpati Allah sehingga kita dicintai-Nya, maka resepnya yaitu;
1.Seseorang yang dalam peperangan dan ketika
barisan di depannya telah kucar kacir, ia terus maju mempertaruhkan jiwanya
semata-mata karena Allah Baik ia terbunuh atau dimenangkan Allah, lalu Allah
berfirman "Lihatlah hamba-Ku ini,
betapa ia bersabar mempertahankan jiwanya untuk-Ku".
Orang yang ikut berperang dalam membela agama Allah akan
ditempatkan pada tempat yang luar biasa karena mereka telah merani menjual
dirinya kepada Allah dan tergantung Allah memberikan harganya.
Saat perang Badar akan dihadapi, Rasulullah
melihat pasukan Quraisy dengan 1000 orang sedangkan ummat islam hanya 300 orang dengan peralatan yang
sangat sederhana, waktu itulah beliau berdo’a dengan sebuah harapan kepada
Allah,”Ya Allah, seandainya pasukan kecil
ini kalah dalam perang ini maka sungguh ya Allah, tidak ada lagi orang yang
akan menyembahmu di bumi ini”.
Berjihad fisabilillah itu termasuk amal yang
utama,disamping mengerjakan shalat tepat pada waktunya, dan berbakti kepada
kedua orangtua, demikian inti sari hadits dibawah ini; ”Dari Abu Aburrahman Abdullah bin Mas’ud ra, berkata,”Saya bertanya
kepada nabi Saw,”Amal apakah yang lebih disenangi Allah?” beliau
menjawab,”Mengerjakan shalat tepat pada waktunya” kataku ”Kemudian apa lagi?”
sabda nabi,”berbakti kepada kedua orangtua”, aku bertanya lagi,”Kemudian apa?”
sabda nabi,”Berjihad di jalan Allah”[HR.Bukhari dan Muslim]
Adapun hadits-hadits lain
tentang berjihad dan keutamaannya antara lain adalah,”Berpagi-pagi di dalam berjuang di jalan Allah atau senja hari adalah
lebih baik daripada mendapatkan keuntungan dunia dan seisinya”[HR.Bukhari dan
Muslim]
Keuntungan dunia dengan
segala isinya yang diraih manusia tidaklah seberapa dibandingkan balasan yang
akan diterima bagi mujahid di akherat nanti, dunia hanya sementara, kesenangan
yang dirasakanpun semua tiada abadi, bila kita mampu meraih segala kesenangan
dan kenikmatan dunia, paling lama hanya enampuluh tahun demikian pula halnya
kesengsaraan di dunia dirasakan hanya sebatas usia manusia. ”Menjaga garis depan dalam berjihad di jalan
Allah sehari semalam, adalah lebih baik daripada puasa dan bangun malam sebulan
penuh, dan jika mati ketika itu, amal yang biasa dilakukan itu dilanjutkan dan
diberi pahala dan rezeki serta aman dari fitnah kubur” [HR.Muslim].
Pada hadits lainpun beliau telah menyampaikan
sabdanya,”Dua mata yang tidak akan
tersentuh api neraka adalah; mata yang telah menangis karena takut kepada Allah
dan mata yang pernah berjaga dalam fisabilillah”[HR.Turmizi].
2.Seseorang yang mempunyai isteri yang cantik serta tempat
tidur yang empuk, lalu ia bangun menegakkan shalat malam.Allah
berfirman,"Orang itu meninggalkan nafsunya semata-mata untuk berzikir
kepada-Ku.
Suasana malam yang dingin apalagi
dalam keadaan tidur pulas apalagi tempat tidur yang empuk sungguh akan membawa
kita untuk semakin nyenyak tidur malam itu, ditambah lagi dengan dekapan mesra
isteri yang cantik tentu nafsu enggan untuk meninggalkan peraduan itu, apalagi
untuk shalat tahajud.
Tapi Allah akan memberikan cintanya
kepada hamba yang demikian dengan balasan yang tiada bandingannya kecuali
syurga, bahkan sejak dahulu kehidupan Rasul dan para sahabatnya tidak
meninggalkan shalat malam ini, Allah berfirman;
1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2. Bangunlah (untuk
sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit.
4. Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al
Quran itu dengan perlahan-lahan '[Al Muzammil 73;
1-4]
3.Seseorang dalam bepergian bersama orang banyak, disaat malam tiba dan
orang-orang berjaga, kemudian tidur semuanya, iapun bangun di akhir malam dalam
keadaan sempit atau lapang".
Untuk kenal dengan
seseorang tidak hanya cukup tahu nama dan tempat tinggalnya, kata Rasulullah
untuk dikatakan kenal dengan seseorang harus ada tiga momentum yang pernah
dilalui yaitu pernah jalan bersama, pernah tidur bersama dan pernah makan
bersama.
Orang akan nampak sifat
aslinya ketika tidur bersama dengannya, karena dalam tidur kadang kala bisa
dilihat kekurangan orang lain. Begitu juga orang akan nampak watak aslinya
ketika makan bersama dengannya, tidak membaca bismillah, tergesa-gesa atau
makan dan minum dengan tangan kiri.
Demikian pula halnya
orang akan nampak ketika kita berjalan bersama dengannya, dalam perjalanan
banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari teman seperjalaan diantaranya
kesabaran, kehati-hatian dan pelaksanaan ibadah. Allah mencintai orang yang
dikala dalam perjalanan masih sempat untuk shalat tahajud di malam hari
sementara orang lain tertidur dalam kelelahannya.
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
2. Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. Dan Tuhanmu agungkanlah!
4. Dan pakaianmu bersihkanlah,
5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,[Al Mudatsir 74;1-5]
Amal yang banyak diperlukan dalam hidup ini sebagai
bekal menuju akherat tapi orang-orang yang cerdas dia akan mengambil simpati
Allah dengan amal-amal istimewa sehingga Allah mencintainya walaupun amalnya
tidaklah banyak.
Ya
Al Waduud, Allah Yang Mencintai Hamba-Nya, dengan kasih dan sayang-Mu, dengan
curahan karunia dan rahmat-Mu, Engkau berikan untuk makhluk-Mu agar hidup senang dan bahagia
di dunia, itu semuanya sebagai bukti kasih dan cinta-Mu kepada kami, bimbinglah
kami ya Allah agar membalas cinta-Mu dengan cinta kami yang lebih lagi, jangan
jadikan kami orang-orang yang mengharap cinta dari-Mu tapi kami mengabaikan
cinta itu, maka termasuklah kami orang-orang
yang fasiq.
Ya Allah, dengan
cinta-Mu, hamba merasakan bahagia yang luar biasa, dengan cinta-Mu hamba
merasakan kaya diantara kekayaan yang berlimpah, dengan cinta-Mu hamba
merasakan mulia diantara orang-orang mulia lainnya, dengan cinta-Mu hamba
merasakan tinggi diantara ketinggian makhluk lainnya, tanpa cinta-Mu hamba
tidaklah berarti sama sekali, Wallahu a’lam [CubadakSolok, 22
JumadilAwal 1432.H/ 26 April 2011.M, Jam 06;17].
Referensi;
1.KuliahTafsir,
Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis,
Drs.MukhlisDenros, 2009
4.Syaikh Hamid Kusyuk, Pewaris Firdaus
5.Imam Al Gazali”Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mukmin”;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar