Kamis, 11 Juni 2015

78. Al Waduud, Yang Mencintai Makhluk-Nya



AL WADUUD
[ Yang Mencintai Makhluk-Nya]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


            Allah sebagai Rabb, yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberikan rezeki kepada makhluk-Nya. Allah juga sebagai Ilah, yang ditaati, yang diibadahi yang diimani, yang diikuti hukum-hukum-Nya dan yang dicintai. Sebagai Khaliq, yang menciptakan makhluk-Nya, Dia mencintai, menyayangi dan mengasihi  ciptaan-Nya;
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar.Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguhnya Dia-lah yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, yang mempunyai 'Arsy, lagi Maha mulia,”[Al Buruj 85;11-15]

Manusia adalah makhluk Allah yang istimewa dibandingkan makhluk yang lain, disamping diberi akal sebagai fasilitas juga tidak sedikit sarana dihamparkan untuk mereka berupa rezeki yang terdapat di darat dan di laut, semua itu boleh digunakan, diolah untuk kebutuhan manusia. Demikian pula hubungannya dengan Allah mempunyai hubungan yang istimewa yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, yaitu hubungan cinta;

            Yaitu hubungan kasih sayang antara hamba dengan Khaliqnya. Hubungan ini terujud karena nilai iman yang tinggi dan pemahaman tauhid yang benar, sehingga seorang mukmin meletakkan posisi cintanya sesuai dengan prioritas, bahkan Allah menggambarkan bagaimana seorang mukmin meletakkan dasar cintanya kepada Allah selain mencintai yang lain;
            ”Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). [Al Baqarah 2;165]


Isi dunia ini dilengkapi tiga perhiasan yaitu harta dengan berbagai bentuknya, tahta dengan berbagai jenis dan jenjangnya dan wanita dari berbagai tipe dan kepeningannya. Jangankan ketiga hal di atas sedangkan salah satu dari tiga dimiliki manusia lalu dia dikuasai oleh yang dimilikinya itu, dalam arti kata dia  terlalu cinta pasti dikuasai oleh yang dimilikinya itu lalu takut berpisah dengan apa yang dicintai tersebut apalagi kematian datang menghampiri tentu tidak dia harapkan;
”Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik [syurga]” [Ali Imran 3;14]

Bukan berarti ummat islam tidak boleh mencintai isi dunia, silahkan selama kecintaan tadi didasari cinta kepada Allah, sebagaimana kupasan Imam Al Gazali berikut ini dalam buku ”Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mukmin”;

            Kecintaan hakiki yang didasarkan karena Allah ialah apabila seseorang itu tidaklah mencintai orang lain karena pribadi [zat] nya orang itu, tetapi semata-mata karena mengingat keuntungan yang akan diperoleh untuk keakheratan dari sahabatnya itu. Misalnya seseorang yang mencintai gurunya, sebab dengan guru itu ia dapat memperoleh perantara guru menghasilkan ilmu pengetahuan dan amalan yang dilakukan itu hanyalah untuk keakheratan belaka untuk mencari keridhaan Allah.

            Seorang yang mencintai muridnya, sebab pada muridnya itulah ia dapat mencurahkan isi pengetahuannya dan dengan perantara murid itu pula ia dapat memperoleh derajat atau tingkat sebagai pengajar atau guru, guru yang semacam inilah yang juga disebut mencintai orang lain untuk mencari keridhaan Allah.

            Seseorang yang suka menyedekahkan hartanya karena Allah bukan karena pamer atau riya’, suka mengumpulkan tamu-tamunya lalu menjamu mereka dengan berbagai makanan yang lezat serta yang enak makanannya yang  dilakukan semata-mata karena untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ia suka kepada seorang pemasak karena ketelitian dan kebaikan cara memasaknya, maka orang inipun termasuk pula dalam golongan pencinta untuk mencari keridhaan Allah.

            Seseorang yang mencintai kepada seseorang yang suka menyampaikan sedekah atau zakatnya kepada orang-orang yang hendak menerimanya. Jadi ia mencintainya juga karena Allah. Demikian pula seseorang yang mencintai kepada pelayannya yang membersihkan dirinya untuk mencuci pakaian, membersihkan lantai rumahnya atau memasakkan makanannya, kemudian dengan demikian tadi ia sendiri dapat penuh mencurahkan ilmu pengetahuan serta amalan shalehnya, sedang maksudnya menggunakan pelayan dengan pekerjaan tadi adalah untuk terus menerus dapat beribadah, itupun orang yang mencintai karena Allah juga.

            Apabila seseorang itu menikahi seorang wanita yang shaleh, yang demikian itu dimaksudkan agar dirinya dapat terhindar dan terjaga dari godaan syaitan dan pula guna menjunjung agamanya atau agar nantinya dapat dikarunia oleh Allah seorang anak yang shaleh, seseorang mencintai isterinya karena karena isteri itulah yang merupakan perantara atau alat kepada tujuan-tujuan keagamaan, maka kedua macam orang itupun termasuk mencintai karena Allah.

            Memang, bukan sekali-kali yang merupakan syarat mencintai Allah itu harus tidak mencintai harta dunia, sehingga bagiannya dari keduniaan itu ditinggalkannya sama sekali, itu tidak, sebab isi do’a yang diperintahkan oleh para nabi adalah mencakup antara kepentingan dunia dan akherat, sebagaimana yang tertera dalam Al Qur’an surat Al Baqarah 2;201;
 ”Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan peliharalah kami dari siksa neraka”,

Dalam sebuah hadis rasulullah berdo’a, ”Ya Allah sesungguhnya saya memohonkan kepada-Mu suatu kerahmatan yang datangnya itudapatlah saya memperoleh keselamatan, kemuliaan-Mu di dunia dan di akherat”.

            Harta, tahta dan wanita yang dikaruniakan Allah dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah karena mencintai Allah bukan berarti  hidup jauh di pengasingan dengan pakaian dan makanan yang sangat menyedihkan, sebagaimana layaknya seorang sufi, namun demikian tidak sedikit pula menusia yang jauh dari Allah karena memiliki fasilitas dunia yang menodai, dia terlalu cinta kepada dunia padahal tidak akan lama didiaminya dan terlalu takut dengan kematian, padahal mati merupakan awal kehidupan yang abadi.

            Bila hal  ini difahami, tidak akan kita temui orang yang memiliki harta tapi bakhil tetapi sebaliknya mereka adalah orang yang penyantun dengan mendermakan sebagian hartanya kepada yang berhak disantuni, tidak akan kita temui para pemilik kekuasaan yang menindas si lemah dan menekan si bodoh, namun para penguasa yang menegakkan kebenaran dan mengangkat silemah menjadi kuat, juga tidak akan kita temui orang yang melacurkan dirinya dengan perbuatan maksiat yang menjijikkan.

            Seorang mukmin memang dituntut hanya mencintai Allah sebagai prioritas pertama, Allah memperingatkan kita;
 ”Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, usaha dan perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di dalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya, dan Allah tidak petunjuk kepada orang-orang fasiq” [At Taubah 9;24].

            Bagi seorang mukmin prioritas cintanya adalah Allah, Rasul dan berjuang menegakkan kebenaran, setelah itu baru boleh menempati cinta yang lain, bila tidak berarti orang-orang yang fasiq, ”Dan orang-orang yang beriman itu amat sangat cintanya kepada Allah” [Al Baqarah 2;165].

Bilakeimanandanpengabdiansertaakhlaksuatuummatsudahmulaimelencengdarijalantauhid, maka Allah akanmenggantiummat yang ingkartersebutdengangenerasi lain yang lebihbaik. Sebagaimanadalamsurat Al Maidah 5;54halitudijelaskan Allah;
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antarakamu yang murtaddariagamanya, Makakelak Allah akanmendatangkansuatukaum yang Allah mencintaimerekadanmerekapunmencintaiNya, yang bersikaplemahLembutterhadap orang yang mukmin, yang bersikapkerasterhadap orang-orang kafir, yang berjihaddijalan Allah, dan yang tidaktakutkepadacelaan orang yang sukamencela. Itulahkarunia Allah, diberikan-Nyakepadasiapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), lagiMahaMengetahui.”

Padaayatdiatas Allah memanggil orang-orang yang berimankarenamemang orang yang beriman yang maudanmampuuntukmenunaikankewajiban yang dibebankan Allah, keimanansajatidaklahcukuptapiasfek lain harusditunaikan, keimanan yang dicampuradukkandengankekufuranatautelahkeluardarinilai-nilaikeimananmaka orang berimantersebutakandigantidenganummatlain, salahsatusifatmerekaadalah yang Allah mencintaimerekadanmerekapunmencintaiNya.

Allah Al Waduud, Allah yang mencintaihamba-Nya, bilakecintaankepada Allah sudahmulaihilangatauummatsamasekalitidakmencintai Allah lagidenganbukti-buktipelanggaran yang dilakukannyamakadengansangatmenyesalkitaharusdigantidengangenerasi lain yang lebihbaik. ItulahmakanyaRasulullahselalumengajakummatislaminibagiandariummat yang dicintaidanmencintai Allah denganbuktimelakukanamalan-amalanshaleh;

Ada beberapaamal-amal yang menjadikanummatitudicintai Allah sebagaimanaHadits dari Abu Darda', Rasulullah bersabda;"Tiga golongan manusia yang dicintai Allah, serta disambut dengan tertawa dan gembira.....
1.Seseorang yang dalam peperangan dan ketika barisan di depannya telah kucar kacir, ia terus maju mempertaruhkan jiwanya semata-mata karena Allah
2.Seseorang yang mempunyai isteri yang cantik serta tempat tidur yang empuk, lalu ia bangun menegakkan shalat malam
3.Seseorang dalam bepergian bersama orang banyak, disaat malam tiba dan orang-orang berjaga kemudian tidur semuanya, iapun bangun di akhir malam dalam keadaan sempit atau lapang".

Berangkat dari hadits diatas, ada beberapa hal sebagai pelajaran bagi dan sekaligus dalam rangka meraih simpati Allah sehingga kita dicintai-Nya, maka resepnya yaitu;

1.Seseorang yang dalam peperangan dan ketika barisan di depannya telah kucar kacir, ia terus maju mempertaruhkan jiwanya semata-mata karena Allah Baik ia terbunuh atau dimenangkan Allah, lalu Allah berfirman "Lihatlah hamba-Ku ini, betapa ia bersabar mempertahankan jiwanya untuk-Ku".

            Orang yang  ikut berperang dalam membela agama Allah akan ditempatkan pada tempat yang luar biasa karena mereka telah merani menjual dirinya kepada Allah dan tergantung Allah memberikan harganya.

Saat perang Badar akan dihadapi, Rasulullah melihat pasukan Quraisy dengan 1000 orang sedangkan ummat  islam hanya 300 orang dengan peralatan yang sangat sederhana, waktu itulah beliau berdo’a dengan sebuah harapan kepada Allah,”Ya Allah, seandainya pasukan kecil ini kalah dalam perang ini maka sungguh ya Allah, tidak ada lagi orang yang akan menyembahmu di bumi ini”.

Berjihad fisabilillah itu termasuk amal yang utama,disamping mengerjakan shalat tepat pada waktunya, dan berbakti kepada kedua orangtua, demikian inti sari hadits dibawah ini; ”Dari Abu Aburrahman Abdullah bin Mas’ud ra, berkata,”Saya bertanya kepada nabi Saw,”Amal apakah yang lebih disenangi Allah?” beliau menjawab,”Mengerjakan shalat tepat pada waktunya” kataku ”Kemudian apa lagi?” sabda nabi,”berbakti kepada kedua orangtua”, aku bertanya lagi,”Kemudian apa?” sabda nabi,”Berjihad di jalan Allah”[HR.Bukhari dan Muslim]

            Adapun hadits-hadits lain tentang berjihad dan keutamaannya antara lain adalah,”Berpagi-pagi di dalam berjuang di jalan Allah atau senja hari adalah lebih baik daripada mendapatkan keuntungan dunia dan seisinya”[HR.Bukhari dan Muslim] 

            Keuntungan dunia dengan segala isinya yang diraih manusia tidaklah seberapa dibandingkan balasan yang akan diterima bagi mujahid di akherat nanti, dunia hanya sementara, kesenangan yang dirasakanpun semua tiada abadi, bila kita mampu meraih segala kesenangan dan kenikmatan dunia, paling lama hanya enampuluh tahun demikian pula halnya kesengsaraan di dunia dirasakan hanya sebatas usia manusia. ”Menjaga garis depan dalam berjihad di jalan Allah sehari semalam, adalah lebih baik daripada puasa dan bangun malam sebulan penuh, dan jika mati ketika itu, amal yang biasa dilakukan itu dilanjutkan dan diberi pahala dan rezeki serta aman dari fitnah kubur” [HR.Muslim].

Pada hadits lainpun beliau telah menyampaikan sabdanya,”Dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka adalah; mata yang telah menangis karena takut kepada Allah dan mata yang pernah berjaga dalam fisabilillah”[HR.Turmizi].

2.Seseorang yang mempunyai isteri yang cantik serta tempat tidur yang empuk, lalu ia bangun menegakkan shalat malam.Allah berfirman,"Orang itu meninggalkan nafsunya semata-mata untuk berzikir kepada-Ku.

            Suasana malam yang dingin apalagi dalam keadaan tidur pulas apalagi tempat tidur yang empuk sungguh akan membawa kita untuk semakin nyenyak tidur malam itu, ditambah lagi dengan dekapan mesra isteri yang cantik tentu nafsu enggan untuk meninggalkan peraduan itu, apalagi untuk shalat tahajud.

            Tapi Allah akan memberikan cintanya kepada hamba yang demikian dengan balasan yang tiada bandingannya kecuali syurga, bahkan sejak dahulu kehidupan Rasul dan para sahabatnya tidak meninggalkan shalat malam ini, Allah berfirman;
1.  Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
3.  (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
4.  Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan '[Al Muzammil 73; 1-4]

3.Seseorang dalam bepergian bersama orang banyak, disaat malam tiba dan orang-orang berjaga, kemudian tidur semuanya, iapun bangun di akhir malam dalam keadaan sempit atau lapang".
Untuk kenal dengan seseorang tidak hanya cukup tahu nama dan tempat tinggalnya, kata Rasulullah untuk dikatakan kenal dengan seseorang harus ada tiga momentum yang pernah dilalui yaitu pernah jalan bersama, pernah tidur bersama dan pernah makan bersama.
Orang akan nampak sifat aslinya ketika tidur bersama dengannya, karena dalam tidur kadang kala bisa dilihat kekurangan orang lain. Begitu juga orang akan nampak watak aslinya ketika makan bersama dengannya, tidak membaca bismillah, tergesa-gesa atau makan dan minum dengan tangan kiri.

Demikian pula halnya orang akan nampak ketika kita berjalan bersama dengannya, dalam perjalanan banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari teman seperjalaan diantaranya kesabaran, kehati-hatian dan pelaksanaan ibadah. Allah mencintai orang yang dikala dalam perjalanan masih sempat untuk shalat tahajud di malam hari sementara orang lain tertidur dalam kelelahannya.
1.  Hai orang yang berkemul (berselimut),
2.  Bangunlah, lalu berilah peringatan!
3.  Dan Tuhanmu agungkanlah!
4.  Dan pakaianmu bersihkanlah,
5.  Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,[Al Mudatsir 74;1-5]

            Amal yang banyak diperlukan dalam hidup ini sebagai bekal menuju akherat tapi orang-orang yang cerdas dia akan mengambil simpati Allah dengan amal-amal istimewa sehingga Allah mencintainya walaupun amalnya tidaklah banyak.

            Ya Al Waduud, Allah Yang Mencintai Hamba-Nya, dengan kasih dan sayang-Mu, dengan curahan karunia dan rahmat-Mu, Engkau berikan  untuk makhluk-Mu agar hidup senang dan bahagia di dunia, itu semuanya sebagai bukti kasih dan cinta-Mu kepada kami, bimbinglah kami ya Allah agar membalas cinta-Mu dengan cinta kami yang lebih lagi, jangan jadikan kami orang-orang yang mengharap cinta dari-Mu tapi kami mengabaikan cinta itu, maka  termasuklah kami orang-orang yang fasiq.

Ya Allah, dengan cinta-Mu, hamba merasakan bahagia yang luar biasa, dengan cinta-Mu hamba merasakan kaya diantara kekayaan yang berlimpah, dengan cinta-Mu hamba merasakan mulia diantara orang-orang mulia lainnya, dengan cinta-Mu hamba merasakan tinggi diantara ketinggian makhluk lainnya, tanpa cinta-Mu hamba tidaklah berarti sama sekali, Wallahu a’lam [CubadakSolok, 22 JumadilAwal 1432.H/ 26 April 2011.M, Jam 06;17].

Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros, 2009
4.Syaikh Hamid Kusyuk, Pewaris Firdaus
5.Imam Al Gazali”Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mukmin”;


Tidak ada komentar:

Posting Komentar