AL ‘ALIY
[ Yang Maha Tinggi]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Dalam
ayat kursi yaitu ayat ke 255 dari surat Al Baqarah dinyatakan bahwa Allah itu
Maha Tinggi lagi Maha Besar, tidak ada makhluk manapun yang dapat menandingi
ketinggian dan kebesaran-Nya. Ketinggian dan Kebesaran Allah disebutkan dengan
beberapa Kekuasan yang dimiliki-Nya yaitu;
1. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia; walaupun di dunia ini banyak tampil Tuhan-tuhan lain yang
diciptakan manusia, karena kebodohan dan kefasikannya, patung dan berhala,
pohon-pohon besar, bintang dan bulan hingga matahari dijadikan tuhan, padahal
semua itu tidak mampu berbuat apapun terhadap dirinya apalagi terhadap yang
menyembahnya.
2. Yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya);di alam raya ini semuanya makhluk Allah, hasil
ciptaan-Nya sehingga tanpa Allah makhluk ini tidak ada artinya, semua makhluk
akan hancur karena kematian ataupun akhir dari kehidupan dunia, sedangkan Allah
hidup abadi, selain itu seluruh fasilitas hidup makhluk-Nya selalu dibawah
pengawasan dan kepengurusan Allah.
3. Tidak mengantuk dan tidak tidur; kalau
mengantuk dan tidur maka bukanlah Tuhan karena Allah tidaklah sama dengan
makhluk yang membutuhkan makan dan minum, mengantuk dan tidur sebagai sarana
istirahatnya. Tidak ada makhluk yang
mampu bertahan tidak tidur sekian malam, bila terjadi berarti sang makhluk
terkena serangan penyakit.
4. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di
bumi; semua apa yang ada di langit dan di bumi bahkan di alam jagat raya
ini milik-Nya, makhluk hanya diberi tempat untuk menetap dalam waktu yang
singkat, dikala Allah menghendaki semuanya akan diambil kembali, bahkan hamba
tidak memiliki apapun, semuanya itu hanya titipan belaka, jangankan sesuatu
yang dimiliki hamba, sedangkan hamba itu sendiri dikuasai kepemilikannya oleh
Allah.
5. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah
tanpa izin-Nya?Kelak diakherat dikala manusia berada dalam nasib yang belum
tentu akan kemana, apakah akan masuk neraka karena dosa-dosa yang dilakukan
ataukah akan masuk syurga sebagai rahmat dari Allah, saat itu hamba menantikan
syafaat atau pertolongan Allah, Allah memberikan syafaat-Nya melalui para nabi
dan para syuhada sehingga ada sekian hamba yang mendapat pertolongan,
keringanan azab bahkan masuk syurga, semuanya dengan izin Allah.
6. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka; apapun yang disembunyikan manusia terhadap
masa lalunya atau terhadap sesuatu yang akan terjadi, atau diletakkan pada
sebuah tempat yang gelap, sunyi dan tidak ada yang tahu, apakah manusia beramal
dengan ikhlas atau riya’maka semuanya akan diketahui Allah dan akan dibongkar
semuanya kelak di akherat.
7. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya; manusia hanya makhluk, akan
memperoleh sesuatu karena karunia dari Allah, ilmu yang ada pada manusia sangat
sedikit sekali dan itupun karena Allah yang memberikan sedikit ilmu-Nya, Ilmu
Allah dan ilmu manusia itu ibarat sebuah lautan dengan sebuah lidi, bila lidi
kita celupkan ke lautan maka terbawa sedikit air yang menempel di lidi itu,
maka itulah ilmu manusia, sedangkan lautan luas itu merupakan ilmu Allah.
8. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya; Allah itu berkuasa,
kekuasaan-Nya meliputi semuanya, yaitu apayang ada di langit dan di bumi di
bawah kekuasaan Allah, begitu luasnya kerajaan yang dimiliki Allah, semuanya
dalam pemeliharaan Allah, tanpa ada bantuan dari siapapun.
9. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar;
dengan sifat Maha Tinggi dan Maha Besar-Nya itu tidak ada yang mampu
menyamai-Nya, walaupun manusia mencari tandingan dengan menampilkan tuhan-tuhan
ciptaan manusia, atau adanya raja-raja kecil di dunia ini, tidak ada yang dapat
menyampai-Nya karena semuanya itu adalah makhluk Allah, hamba Allah yang Dia
Ciptakan.
“Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at
di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
besar.” [Al Baqarah 2;255]
Allah
Al Aliy, Yang Maha Tinggi, Ketinggian-Nya dituangkan dalam ayat kursi yang
mengandung makna sangat dalam, ayat kursi ini mengandung beberapa keutamaan,
baik bagi yang membacanya apalagi yang mengamalkannya hingga yang menghayatinya
menjadi sebuah jalan bagi kehidupan yang dilaluinya, Quraiys Syihab
mengutarakan keutamaan Ayat Kursi tersebut dalam tafirnya;
Ayat al-Kursi adalah ayat yang
paling agung dalam al-Qur'an. Sekian
banyak
riwayat yang bersumber dari Rasul dan sahabat-sahabat beliau yang
menginformasikan
hakekat ini. Antara lain dari seorang sahabat Nabi yang
bernama
Ubaiy bin Ka'ab yang menceritakan bahwa Nabi saw pernah bertanya
kepadanya:
"Ayat
apakah dalam Al-Qur'an yang paling agung?"
"Allah
dan Rasul-Nya yang lebih tahu" (ini diulang-ulang oleh Ubaiy),
kemudian
ia berkata ayat al-Kursi. Rasul saw, membenarkan Ubaiy
(Diriwayatkan
oleh Muslim)
Ubaiy
juga menguraikan dalam kesempatan lain,
bahwa ia pernah bertemu
dengan
jin dan bertanya kepadanya, apakah bacaan yang dapat menjauhkan
manusia
dari gangguan jin, sang jin menjawab, "Ayat al-Kursi". Ketika
informasi
ini disampaikan Ubaiy kepada Rasul, beliau menjawab, "benar
(informasi)
si jahat itu". (Diriwayatkan oleh al-Hakim)
Kasus
yang mirip dialami oleh sahabat Nabi yang lain yaitu Abu Hurairah,
ketika
diperintahkan Nabi saw. menjaga kurma
sedekah.
Ayat
al-Kursi dinamai juga ayatul hifz (ayat pemelihara), karena pembaca
yang
menghayati maknanya dapat memperoleh perlindungan Allah swt......
Dalam
konteks ini paling tidak ada dua hal yang dapat dikemukakan.
Pertama,
ayat ini berbicara tentang Allah swt.dan sifat-sifat-Nya.
Kandungan
uraiannya saja sudah cukup menjadikan
ayat ini ayat yang
agung.
Apalagi ayat al-Kursi merupakan
satu-satunya ayat yang dalam
redaksinya
ditemukan tujuh belas kali kata yang menunjuk kepada
Allah
swt. Enam belas diantaranya terbaca dengan jelas dan satu
tersirat.
Perhatikanlah terjemahan di bawah ini:
"Allah
(1) Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia (2)
Yang
Maha Hidup (3) Kekal, (Tuhan) Tuhan yang terus menerus
mengurus
(4) (makhluk-Nya). Dia (5) tidak mengantuk dan tidak
tidur.
Kepunyaan-Nya (6) apa yang ada di langit dan apa yang
ada
di bumi; Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah (7)
tanpa
izin-Nya (8). Allah (9) mengetahui apa-apa yang dihadapan
mereka
dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu
dari
ilmu Allah (10), melainkan apa yang
dikehendaki-nya (11).
Kursi
(pengetahuan/kekuasaan)-Nya (12) meliputi langit dan bumi.
Allah
(13) tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah (14)
Maha
Tinggi (15) lagi Maha Besar (16)
Yang
menunjuk kepada Allah tetapi tersirat adalah kalimat "hifzuhumaa,
karena
patron kata semacam ini menyiratkan kalimat "laa yauuduhu an
yahfazahumaa
huwa" (tidak lelah Dia memelihara keduanya), sehingga
kata
"Dia" yang nampak dalam terjemahan di atas, pada hakekatnya
tersirat
dalam redaksi "Hifzuhumaa".
Ayat
al-Kursi--demikian pula al-Mu'awwizatain dipilih untuk dibaca--baik
dalam
konteks tahlil, maupun bukan, karena ayat-ayat tersebut mengandung
makna
perlindungan, serta kewajaran Allah untuk dimohonkan kepada-Nya
perlindungan,
baik bagi yang masih hidup maupun yang telah berpulang.
Hal
kedua yang dapat dikemukakan dalam konteks pemahaman rasional adalah
hal
yang berkaitan dengan kandungan pesan ayat ini. Apabila yang membaca
ayat
al-Kursi menghayati maknanya dan hadir dalam jiwa dan benaknya
kebesaran
Allah yang dilukiskan oleh kandungan ayat ini, maka pastilah
jiwanya
akan dipenuhi pula oleh ketenangan....
"Allahu
laa ilaaha illa huwa (Allah tiada Tuhan selain Dia). Allah adalah
Tuhan
yang menguasai hidup mati makhluk, yang hanya kepada-Nyasaja tertuju
segala
pengabdian.....
Boleh
jadi ketika itu, terlintas di dalam benak si pembaca, bisikan Iblis
yang
berkata bahwa yang dimohonkan
pertolongan dan perlindungannya itu,
dahulu
pernah ada, tetapi kini telah "mati", maka penggalan ayat berikutnya,
meyakinkannya
tentang kekeliruan dugaan tersebut, yakni dengan sifat
"al-Hayyu"
(yang Maha Hidup dengan kehidupan yang kekal).
Boleh
jadi Iblis datang lagi dengan membawa keraguan dengan berkata:
"Memang
Dia hidup kekal, tetapi Dia tidak pusing dengan urusan manusia,
apalagi
si "pemohon". Kali ini penggalan ayat berikut menampik kebohongan
ini
dengan firman-Nya "al-Qayyum" (yang terus menerus mengurus
mahkluk-Nya),
dan
untuk lebih meyakinkan dilanjutkannya uraian sifat Allah itu dengan
menyatakan:
"laa ta'khuzuhu sinatun wa laa nauwm" (Dia tidak disentuh oleh
kantuk
atau tidur) sehingga Dia terus menerus dalam keadaan jaga dan siaga.
Dengan
penjelasan ini hilang keraguan yang dilemparkan iblis itu.
Setelah
itu boleh jadi iblis datang lagi dengan membisikkan bahwa:
"Dia
tidak kuasa menjangkau tempat di mana si pemohon berada, atau kalaupun
Dia
sanggup, jangan sampai Dia "disogok" oleh yang bermaksud membinasakan
si
pemohon, maka untuk menampik bisikan jahat ini, penggalan ayat berikut
tampil
dengan gamblang menyatakan "lahuu maa fis-samawati wa maa fil ardhi
(Milik-Nya
apa yang ada di langit dan di bumi serta keduanya berada di
bawah
kekuasaan-Nya).
Tidak
hanya itu, tetapi ini berlanjut dengan firman-Nya: "man zallazi
yasyfa'u
'indahu illa biiznihii" (Tiada yang dapat memberi syafaat di
sisi
Allah kecuali seizin-Nya) dalam arti tidak ada lagi yang dapat
melakukan
sesuatu tanpa izin-Nya. Dia demikian perkasa sehingga berbicara
dihadapan-Nya
pun harus setelah memperoleh restu-Nya, bahkan apa yang
disampaikan
harus sesuatu yang hak dan benar. Karena
itu jangan menduga
akan
ada permintaan yang bertentangan dengan keadilan dan kebenaran.
Kini
boleh jadi iblis belum putus asa meragukan pembaca ayat ini.Ia
berkata
lagi: "Musuh anda mempunyai rencana yang demikian rinci sehingga
tidak
diketahui Tuhan." Lanjutan ayat al-Kursi menampik bisikan ini :
"Ya'lamu
maa baina aidiihim wa maaa khalfahum" (Dia mengetahui apa-apa
yang
dihadapan mereka dan di belakang mereka). Yakni Allah mengetahui
apa
yang mereka lakukan dan rencanakan baik yang berkaitan dengan masa
kini
dan datang maupun masa lampau, dan juga "wa laa yuhbithuuna bisya'i-in
min
'ilmihi illa bimaasyaa-a". (Mereka tidak
mengetahui sedikitpun dari
ilmu
Tuhan melainkan apa yang dikehendaki
Tuhan untuk mereka ketahui)
Ini
berarti bahwa apa yang direncanakan Tuhan tidak dapat mereka
ketahui
kecuali apa yang disampaikan Tuhan kepada mereka....
Untuk
lebih menyakinkan lagi dinyatakan-Nya: "wasi'a kursiyuhus
samawati
wal ardhi (kekuasaan dan ilmu-Nya mencakup langit dan
bumi)
bahkan alam raya seluruhnya.
Kini
sekali lagi, boleh jadi iblis datang dengan godaan barunya.
"Kalau
demikian terlalu luas kekuasaan Tuhan dan terlalu banyak
jangkauan
urusan-Nya, Dia pasti letih dan bosan mengurus semua itu".
Penggalan
ayat berikut sekaligus penutupnya menampik
keraguan ini,
dengan
firman-Nya "Laa yauuduhuu hifzuhuma wa huwal 'aliyyul 'azhim"
(Allah
tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi
lagi
Maha Agung).
Demikian
ayat al-Kursi menanamkan dalam jiwa pembacanya kebesaran
dan
kekuasaan, serta kemampuan Allah swt. memelihara dan melindungi
siapa
yang tulus bermohon kepada-Nya.
(Disarikan
oleh Nadirsyah Hosen dari M. Quraish Shihab, "Hidangan Ilahi:
Ayat-ayat
Tahlil", Lentera Hati, Jakarta, 1996, h. 110-118)
[Materi Tarbiyyah KTPD
Isnet,Pakdenono]
Allah
Yang Maha Tinggi, ketinggian Allah harus menempati hati hamba-Nya apalagi hamba
yang beriman, hamba yang ikhlas, hamba yang tunduk kepada Kekuasaan-Nya, sikap
terpuji dari seorang hamba terhadap ketinggian Allah adalah dengan menjaga
akhlak kepada Allah.
Akhlak kita kepada ALLAH SWT
harus dipastikan benar-benar bersih. Orang yang menjaga akhlaknya kepada ALLAH,
hatinya benar-benar putih seperti putihnya air susu yang tidak pernah
tercampuri apapun. Bersih sebersih-bersihnya.Bersih keyakinannya, tidak ada
sekutu lain selain ALLAH. Tidak ada satu tetes pun di hatinya meyakini kekuatan
di alam semesta ini selain kekuatan ALLAH SWT sehingga ia sangat jauh dari
sifat munafik.
Bagaimanakah sifat orang
munafik itu?Berikut ini kita kutif tulisan dari Imam Al Ghazali yang
menuturkan ucapan Imam Hatim Al Ashom, seorang ulama yang shalih ketika
mengupas perbedaan antara orang mukmim dengan orang munafik.
"Seorang mukmin
senantiasa disibukan dengan bertafakur, merenung, mengambil pelajaran dari
aneka kejadian apapun di muka bumi ini, sementara orang munafik disibukan
dengan ketamakan dan angan-angan kosong terhadap dunia ini.Seorang mukmin berputus
asa dari siapa saja dan kepada siapa saja kecuali hanya kepada ALLAH, sementara
orang munafik mengharap dari siapa saja kecuali dari mengharap kepada ALLAH.
Seorang mukmin merasa aman,
tidak gentar, tidak takut oleh ancaman siapa pun kecuali takut hanya kepada
ALLAH karena dia yakin bahwa apapun yang mengancam dia ada dalam genggaman ALLAH,
di lain pihak orang munafik justru takut kepada siapa saja kecuali takut kepada
ALLAH, naudzhubilah, yang tidak dia takuti malah ALLAH SWT.
Seorang mukmin menawarkan
hartanya demi mempertahankan agamanya, sementara seorang munafik menawarkan
agamanya demi mempertahankan hartanya.Seorang mukmin menangis karena malunya
kepada ALLAH meskipun dia berbuat kebajikan, sementara seorang munafik tetap
tertawa meskipun dia berbuat keburukan.Seorang mukmin senang berkhalwat dengan
menyendiri bermunajat kepada ALLAH, sementara seorang munafik senang berkumpul
dengan bersukaria bercampur baur dengan khalayak yang tidak ingat kepada ALLAH.
Seorang mukmin ketika menanam
merasa takut jikalau merusak, sedangkan seorang munafik mencabuti seraya
mengharapkan panen. Seorang mukmin memerintahkan dan melarang sebagai siasat
dan cara sehingga berhasil memperbaiki, larangan dan perintah seorang mukmin
adalah upaya untuk memperbaiki sementara seorang munafik memerintah dan
melarang demi meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia malah merusak, naudzhubillah"……
Tiadalah yang dituju selain
ALLAH, tiadalah yang diharap selain harap dari ALLAH, tiadalah yang ditakuti
selain hanya ALLAH, tiadalah yang dimaksud selain ALLAH, tiadalah yang bulat
mencuri hati selain ALLAH. Orang yang bersih tauhidnya, itulah yang benar
akhlaknya, insya ALLAH.Sebab baik amalnya, ramah, dan dermawan orangnnya tetapi
dia termasuk orang yang menyekutukan ALLAH, maka dia tidak termasuk orang yang
berakhak mulia.[Menjaga Akhlak kepada Allah, K.H. Abdullah Gymnastiar].
Allah Al Aliy, Yang Maha Tinggi, demikian hamparan bukti
ketinggian-Mu diperlihatkan melalui alam raya, dunia dan isinya, makhluk dengan
sekian jenisnya, jadikan semuanya ya Allah sebagai pelajaran, iktibar bagi kami
untuk semakin kuat iman kami dan semakin banyak ibadah kami, Allah, Engkaulah
yang Maha Tinggi, tidak ada yang mampu menandingi ketinggian-Mu.
Al Aliy, Engkaulah yang Maha Tinggi,
selayaknya semua tunduk dan patuh kepada-Mu, merendahkan diri dengan segala
kerendahannya, karena makhluk manapun tidak layak meninggikan dirinya di
hadapan-Mu, setinggi apapun tiada arti dihadapan kehebatan-Mu, ampuni kami ya
Allah andaikata ada terlihat sikap dan sifat kami yang kadangkala tanpa sadar
merasa diri lebih dari orang lain sehingga merendahkan orang itu, padahal kami
bukanlah apa-apa tanda bimbingan-Mu, Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 26 Jumadil
Awal 1432.H/ 30 April 2011.M, Jam 11;00].
Referensi;
1.Kuliah
Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Menjaga Akhlak kepada Allah, K.H. Abdullah Gymnastiar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar