Rabu, 10 Juni 2015

92. Al 'Aliy, Yang Maha Tinggi






AL ‘ALIY
[ Yang Maha Tinggi]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


            Dalam ayat kursi yaitu ayat ke 255 dari surat Al Baqarah dinyatakan bahwa Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Besar, tidak ada makhluk manapun yang dapat menandingi ketinggian dan kebesaran-Nya. Ketinggian dan Kebesaran Allah disebutkan dengan beberapa Kekuasan yang dimiliki-Nya yaitu;
           
1.      Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; walaupun di dunia ini banyak tampil Tuhan-tuhan lain yang diciptakan manusia, karena kebodohan dan kefasikannya, patung dan berhala, pohon-pohon besar, bintang dan bulan hingga matahari dijadikan tuhan, padahal semua itu tidak mampu berbuat apapun terhadap dirinya apalagi terhadap yang menyembahnya.

2.      Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);di alam raya ini semuanya makhluk Allah, hasil ciptaan-Nya sehingga tanpa Allah makhluk ini tidak ada artinya, semua makhluk akan hancur karena kematian ataupun akhir dari kehidupan dunia, sedangkan Allah hidup abadi, selain itu seluruh fasilitas hidup makhluk-Nya selalu dibawah pengawasan dan kepengurusan Allah.

3.      Tidak mengantuk dan tidak tidur; kalau mengantuk dan tidur maka bukanlah Tuhan karena Allah tidaklah sama dengan makhluk yang membutuhkan makan dan minum, mengantuk dan tidur sebagai sarana istirahatnya. Tidak ada makhluk yang mampu bertahan tidak tidur sekian malam, bila terjadi berarti sang makhluk terkena serangan penyakit.

4.      Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi; semua apa yang ada di langit dan di bumi bahkan di alam jagat raya ini milik-Nya, makhluk hanya diberi tempat untuk menetap dalam waktu yang singkat, dikala Allah menghendaki semuanya akan diambil kembali, bahkan hamba tidak memiliki apapun, semuanya itu hanya titipan belaka, jangankan sesuatu yang dimiliki hamba, sedangkan hamba itu sendiri dikuasai kepemilikannya oleh Allah.

5.      Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?Kelak diakherat dikala manusia berada dalam nasib yang belum tentu akan kemana, apakah akan masuk neraka karena dosa-dosa yang dilakukan ataukah akan masuk syurga sebagai rahmat dari Allah, saat itu hamba menantikan syafaat atau pertolongan Allah, Allah memberikan syafaat-Nya melalui para nabi dan para syuhada sehingga ada sekian hamba yang mendapat pertolongan, keringanan azab bahkan masuk syurga, semuanya dengan izin Allah.

6.      Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka; apapun yang disembunyikan manusia terhadap masa lalunya atau terhadap sesuatu yang akan terjadi, atau diletakkan pada sebuah tempat yang gelap, sunyi dan tidak ada yang tahu, apakah manusia beramal dengan ikhlas atau riya’maka semuanya akan diketahui Allah dan akan dibongkar semuanya kelak di akherat.

7.      Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya; manusia hanya makhluk, akan memperoleh sesuatu karena karunia dari Allah, ilmu yang ada pada manusia sangat sedikit sekali dan itupun karena Allah yang memberikan sedikit ilmu-Nya, Ilmu Allah dan ilmu manusia itu ibarat sebuah lautan dengan sebuah lidi, bila lidi kita celupkan ke lautan maka terbawa sedikit air yang menempel di lidi itu, maka itulah ilmu manusia, sedangkan lautan luas itu merupakan ilmu Allah.

8.      Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya; Allah itu berkuasa, kekuasaan-Nya meliputi semuanya, yaitu apayang ada di langit dan di bumi di bawah kekuasaan Allah, begitu luasnya kerajaan yang dimiliki Allah, semuanya dalam pemeliharaan Allah, tanpa ada bantuan dari siapapun.

9.      Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar; dengan sifat Maha Tinggi dan Maha Besar-Nya itu tidak ada yang mampu menyamai-Nya, walaupun manusia mencari tandingan dengan menampilkan tuhan-tuhan ciptaan manusia, atau adanya raja-raja kecil di dunia ini, tidak ada yang dapat menyampai-Nya karena semuanya itu adalah makhluk Allah, hamba Allah yang Dia Ciptakan.
 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” [Al Baqarah 2;255]

                Allah Al Aliy, Yang Maha Tinggi, Ketinggian-Nya dituangkan dalam ayat kursi yang mengandung makna sangat dalam, ayat kursi ini mengandung beberapa keutamaan, baik bagi yang membacanya apalagi yang mengamalkannya hingga yang menghayatinya menjadi sebuah jalan bagi kehidupan yang dilaluinya, Quraiys Syihab mengutarakan keutamaan Ayat Kursi tersebut dalam tafirnya;
               Ayat al-Kursi adalah ayat yang paling agung dalam al-Qur'an. Sekian
banyak riwayat yang bersumber dari Rasul dan sahabat-sahabat beliau yang
menginformasikan hakekat ini. Antara lain dari seorang sahabat Nabi yang
bernama Ubaiy bin Ka'ab yang menceritakan bahwa Nabi saw pernah bertanya
kepadanya:
"Ayat apakah dalam Al-Qur'an yang paling agung?"
"Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu" (ini diulang-ulang oleh Ubaiy),
kemudian ia berkata ayat al-Kursi. Rasul saw, membenarkan Ubaiy
(Diriwayatkan oleh Muslim)

Ubaiy juga  menguraikan dalam kesempatan lain, bahwa ia pernah bertemu
dengan jin dan bertanya kepadanya, apakah bacaan yang dapat menjauhkan
manusia dari gangguan jin, sang jin menjawab, "Ayat al-Kursi". Ketika
informasi ini disampaikan Ubaiy kepada Rasul, beliau menjawab, "benar
(informasi) si jahat itu". (Diriwayatkan oleh al-Hakim)

Kasus yang mirip dialami oleh sahabat Nabi yang lain yaitu  Abu Hurairah,
ketika diperintahkan Nabi saw. menjaga kurma  sedekah.

Ayat al-Kursi dinamai juga ayatul hifz (ayat pemelihara), karena pembaca
yang menghayati maknanya dapat memperoleh perlindungan Allah swt......
Dalam konteks ini paling tidak ada dua hal yang dapat dikemukakan.

Pertama, ayat ini berbicara tentang Allah swt.dan sifat-sifat-Nya.
Kandungan uraiannya saja sudah  cukup menjadikan ayat ini ayat yang
agung. Apalagi ayat al-Kursi merupakan  satu-satunya ayat yang dalam
redaksinya ditemukan tujuh belas kali kata yang menunjuk kepada
Allah swt. Enam belas diantaranya terbaca dengan jelas dan satu
tersirat. Perhatikanlah terjemahan di bawah ini:

"Allah (1) Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia (2)
Yang Maha Hidup (3) Kekal, (Tuhan) Tuhan yang terus menerus
mengurus (4) (makhluk-Nya). Dia (5) tidak mengantuk dan tidak
tidur. Kepunyaan-Nya (6) apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi; Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah (7)
tanpa izin-Nya (8). Allah (9) mengetahui apa-apa yang dihadapan
mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu
dari ilmu Allah  (10), melainkan apa yang dikehendaki-nya (11).
Kursi (pengetahuan/kekuasaan)-Nya (12) meliputi langit dan bumi.
Allah (13) tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah (14)
Maha Tinggi (15) lagi Maha Besar (16)

Yang menunjuk kepada Allah tetapi tersirat adalah kalimat "hifzuhumaa,
karena patron kata semacam ini menyiratkan kalimat "laa yauuduhu an
yahfazahumaa huwa" (tidak lelah Dia memelihara keduanya), sehingga 
kata "Dia" yang nampak dalam terjemahan di atas, pada hakekatnya
tersirat dalam redaksi "Hifzuhumaa".

Ayat al-Kursi--demikian pula al-Mu'awwizatain dipilih untuk dibaca--baik
dalam konteks tahlil, maupun bukan, karena ayat-ayat tersebut mengandung
makna perlindungan, serta kewajaran Allah untuk dimohonkan kepada-Nya
perlindungan, baik bagi yang masih hidup maupun yang telah berpulang.

Hal kedua yang dapat dikemukakan dalam konteks pemahaman rasional adalah
hal yang berkaitan dengan kandungan pesan ayat ini. Apabila yang membaca 
ayat al-Kursi menghayati maknanya dan hadir dalam jiwa dan benaknya
kebesaran Allah yang dilukiskan oleh kandungan ayat ini, maka pastilah
jiwanya akan dipenuhi pula oleh ketenangan....

"Allahu laa ilaaha illa huwa (Allah tiada Tuhan selain Dia). Allah adalah
Tuhan yang menguasai hidup mati makhluk, yang hanya kepada-Nyasaja tertuju
segala pengabdian.....

Boleh jadi ketika itu, terlintas di dalam benak si pembaca, bisikan Iblis
yang berkata bahwa yang dimohonkan  pertolongan dan perlindungannya itu,
dahulu pernah ada, tetapi kini telah "mati", maka penggalan ayat berikutnya,
meyakinkannya tentang kekeliruan dugaan tersebut, yakni dengan sifat
"al-Hayyu" (yang Maha Hidup dengan kehidupan yang kekal).

Boleh jadi Iblis datang lagi dengan membawa keraguan dengan berkata:
"Memang Dia hidup kekal, tetapi Dia tidak pusing dengan urusan manusia,
apalagi si "pemohon". Kali ini penggalan ayat berikut menampik kebohongan
ini dengan firman-Nya "al-Qayyum" (yang terus menerus mengurus mahkluk-Nya),
dan untuk lebih meyakinkan dilanjutkannya uraian sifat Allah itu dengan
menyatakan: "laa ta'khuzuhu sinatun wa laa nauwm" (Dia tidak disentuh oleh
kantuk atau tidur) sehingga Dia terus menerus dalam keadaan jaga dan siaga.
Dengan penjelasan ini hilang keraguan yang dilemparkan iblis itu.

Setelah itu boleh jadi iblis datang lagi dengan membisikkan bahwa:
"Dia tidak kuasa menjangkau tempat di mana si pemohon berada, atau kalaupun
Dia sanggup, jangan sampai Dia "disogok" oleh yang bermaksud membinasakan
si pemohon, maka untuk menampik bisikan jahat ini, penggalan ayat berikut
tampil dengan gamblang menyatakan "lahuu maa fis-samawati wa maa fil ardhi
(Milik-Nya apa yang ada di langit dan di bumi serta keduanya berada di
bawah kekuasaan-Nya).

Tidak hanya itu, tetapi ini berlanjut dengan firman-Nya: "man zallazi
yasyfa'u 'indahu illa biiznihii" (Tiada yang dapat memberi syafaat di
sisi Allah kecuali seizin-Nya) dalam arti tidak ada lagi yang dapat
melakukan sesuatu tanpa izin-Nya. Dia demikian perkasa sehingga berbicara
dihadapan-Nya pun harus setelah memperoleh restu-Nya, bahkan apa yang
disampaikan harus  sesuatu yang hak dan benar. Karena itu jangan menduga
akan ada permintaan yang bertentangan dengan keadilan dan kebenaran.

Kini boleh jadi iblis belum putus asa meragukan pembaca ayat ini.Ia
berkata lagi: "Musuh anda mempunyai rencana yang demikian rinci sehingga
tidak diketahui Tuhan." Lanjutan ayat al-Kursi menampik bisikan ini :
"Ya'lamu maa baina aidiihim wa maaa khalfahum" (Dia mengetahui apa-apa
yang dihadapan mereka dan di belakang mereka). Yakni Allah mengetahui
apa yang mereka lakukan dan rencanakan baik yang berkaitan dengan masa
kini dan datang maupun masa lampau, dan juga "wa laa yuhbithuuna bisya'i-in
min 'ilmihi illa bimaasyaa-a". (Mereka tidak  mengetahui sedikitpun dari
ilmu Tuhan melainkan  apa yang dikehendaki Tuhan untuk mereka ketahui)

Ini berarti bahwa apa yang direncanakan Tuhan tidak dapat mereka
ketahui kecuali apa yang disampaikan Tuhan kepada mereka....
Untuk lebih menyakinkan lagi dinyatakan-Nya: "wasi'a kursiyuhus
samawati wal ardhi (kekuasaan dan ilmu-Nya mencakup langit dan
bumi) bahkan alam raya seluruhnya.

Kini sekali lagi, boleh jadi iblis datang dengan godaan barunya.
"Kalau demikian terlalu luas kekuasaan Tuhan dan terlalu banyak
jangkauan urusan-Nya, Dia pasti letih dan bosan mengurus semua itu".
Penggalan ayat berikut sekaligus penutupnya menampik  keraguan ini,
dengan firman-Nya "Laa yauuduhuu hifzuhuma wa huwal 'aliyyul 'azhim"
(Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Agung).

Demikian ayat al-Kursi menanamkan dalam jiwa pembacanya kebesaran
dan kekuasaan, serta kemampuan Allah swt. memelihara dan melindungi
siapa yang tulus bermohon kepada-Nya.

(Disarikan oleh Nadirsyah Hosen dari M. Quraish Shihab, "Hidangan Ilahi:
Ayat-ayat Tahlil", Lentera Hati, Jakarta, 1996, h. 110-118)
[Materi Tarbiyyah KTPD Isnet,Pakdenono]

            Allah Yang Maha Tinggi, ketinggian Allah harus menempati hati hamba-Nya apalagi hamba yang beriman, hamba yang ikhlas, hamba yang tunduk kepada Kekuasaan-Nya, sikap terpuji dari seorang hamba terhadap ketinggian Allah adalah dengan menjaga akhlak kepada Allah.
Akhlak kita kepada ALLAH SWT harus dipastikan benar-benar bersih. Orang yang menjaga akhlaknya kepada ALLAH, hatinya benar-benar putih seperti putihnya air susu yang tidak pernah tercampuri apapun. Bersih sebersih-bersihnya.Bersih keyakinannya, tidak ada sekutu lain selain ALLAH. Tidak ada satu tetes pun di hatinya meyakini kekuatan di alam semesta ini selain kekuatan ALLAH SWT sehingga ia sangat jauh dari sifat munafik.
Bagaimanakah sifat orang munafik itu?Berikut ini kita kutif tulisan dari Imam Al Ghazali yang menuturkan ucapan Imam Hatim Al Ashom, seorang ulama yang shalih ketika mengupas perbedaan antara orang mukmim dengan orang munafik.
"Seorang mukmin senantiasa disibukan dengan bertafakur, merenung, mengambil pelajaran dari aneka kejadian apapun di muka bumi ini, sementara orang munafik disibukan dengan ketamakan dan angan-angan kosong terhadap dunia ini.Seorang mukmin berputus asa dari siapa saja dan kepada siapa saja kecuali hanya kepada ALLAH, sementara orang munafik mengharap dari siapa saja kecuali dari mengharap kepada ALLAH.
Seorang mukmin merasa aman, tidak gentar, tidak takut oleh ancaman siapa pun kecuali takut hanya kepada ALLAH karena dia yakin bahwa apapun yang mengancam dia ada dalam genggaman ALLAH, di lain pihak orang munafik justru takut kepada siapa saja kecuali takut kepada ALLAH, naudzhubilah, yang tidak dia takuti malah ALLAH SWT.
Seorang mukmin menawarkan hartanya demi mempertahankan agamanya, sementara seorang munafik menawarkan agamanya demi mempertahankan hartanya.Seorang mukmin menangis karena malunya kepada ALLAH meskipun dia berbuat kebajikan, sementara seorang munafik tetap tertawa meskipun dia berbuat keburukan.Seorang mukmin senang berkhalwat dengan menyendiri bermunajat kepada ALLAH, sementara seorang munafik senang berkumpul dengan bersukaria bercampur baur dengan khalayak yang tidak ingat kepada ALLAH.
Seorang mukmin ketika menanam merasa takut jikalau merusak, sedangkan seorang munafik mencabuti seraya mengharapkan panen. Seorang mukmin memerintahkan dan melarang sebagai siasat dan cara sehingga berhasil memperbaiki, larangan dan perintah seorang mukmin adalah upaya untuk memperbaiki sementara seorang munafik memerintah dan melarang demi meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia malah merusak, naudzhubillah"……
Tiadalah yang dituju selain ALLAH, tiadalah yang diharap selain harap dari ALLAH, tiadalah yang ditakuti selain hanya ALLAH, tiadalah yang dimaksud selain ALLAH, tiadalah yang bulat mencuri hati selain ALLAH. Orang yang bersih tauhidnya, itulah yang benar akhlaknya, insya ALLAH.Sebab baik amalnya, ramah, dan dermawan orangnnya tetapi dia termasuk orang yang menyekutukan ALLAH, maka dia tidak termasuk orang yang berakhak mulia.[Menjaga Akhlak kepada Allah, K.H. Abdullah Gymnastiar].
Allah Al Aliy, Yang Maha Tinggi, demikian hamparan bukti ketinggian-Mu diperlihatkan melalui alam raya, dunia dan isinya, makhluk dengan sekian jenisnya, jadikan semuanya ya Allah sebagai pelajaran, iktibar bagi kami untuk semakin kuat iman kami dan semakin banyak ibadah kami, Allah, Engkaulah yang Maha Tinggi, tidak ada yang mampu menandingi ketinggian-Mu.
Al Aliy, Engkaulah yang Maha Tinggi, selayaknya semua tunduk dan patuh kepada-Mu, merendahkan diri dengan segala kerendahannya, karena makhluk manapun tidak layak meninggikan dirinya di hadapan-Mu, setinggi apapun tiada arti dihadapan kehebatan-Mu, ampuni kami ya Allah andaikata ada terlihat sikap dan sifat kami yang kadangkala tanpa sadar merasa diri lebih dari orang lain sehingga merendahkan orang itu, padahal kami bukanlah apa-apa tanda bimbingan-Mu, Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 26 Jumadil Awal 1432.H/ 30 April 2011.M, Jam 11;00].

Referensi;
1.Kuliah Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Menjaga Akhlak kepada Allah, K.H. Abdullah Gymnastiar.
5.M. Quraish Shihab, Materi Tarbiyyah KTPD Isnet,Pakdenono




Tidak ada komentar:

Posting Komentar