AL WASSI’
[Yang Maha Luas
Karunia-Nya]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Karunia
Allah diberikan kepada makhluk-Nya terbentang luas, seluas langit, bumi dan
segala apa yang ada diantara keduanya, Al Wassi’ merupakan nama-nama Allah yang
terkandung dalam asmaul husna dan merupakan sifat mulia yang dimiliki
Allah. Kemana lagi akan mencari karunia
yang demikian banyaknya, masihkan kita meragukan eksistensi Allah sebagai
pemilik apa yang ada di Timur dan apa yang ada di Barat, Allah Maha Luas
Karunia-Nya;
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)
lagi Maha mengetahui.[Al Baqarah 2;115].
10. dan Allah telah
meratakan bumi untuk makhluk(Nya).
11. di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak
mayang.
12. dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
14. Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,
15. dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
16. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
17. Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang
memelihara kedua tempat terbenamnya[1442]
18. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing
[1443].
21. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?[Ar
Rahman, 55;10-21]
Nikmat yang diberikan
Allah kepada manusia tak terhingga jumlahnya, tetapi ada nikmat yang sangat
tinggi nilainya yaitu nikmat iman dan islam, nikmat iman dan islam
hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya dan ini merupakan hak
preogratif Allah tanpa bisa dicampuri oleh siapapun. Walaupun demikian iman
tersebut akan diberikan memang kepada orang-orang yang mencarinya atau
orang-orang yang memang ada kecendrungan kepada keimanan, Allah berfirman;
"Segala puji bagi Allah yang Telah menunjuki
kami kepada (surga) ini. dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk
kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. "[Al A'raf 7;43]
"Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa
yang disesatkan Allah, Maka merekalah orang-orang yang merugi" [Al A'raf 7;178].
Dengan kejadian langit
dan bumi saja, bagi orang yang berfikir tentang kebenaran akan menimbulkan
keimanan yang mendalam apalagi menerima nikmat lain yang lebih banyak lagi,
tentu akan menambah rasa syukur dan keimanan yang lebih dalam lagi, sehingga
tidak ada alasan untuk mengabaikan seruan Allah, semua yang diciptakan Allah
dalam bentuk dan jenis apapun tidaklah sia-sia, hal ini diakui oleh orang-orang
yang punya hati nurani, yang akhirnya perlindungan hanya diserahkan kepada
Allah semata, sebagai Tuhan Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha
Luas Karunia-Nya. Dia memberikan karunia berupa materi kepada hamba-Nya untuk
dinikmati sebagai fasilitas hidup di dunia ini, disamping karunia lainnya;
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.[Ali Imran
3;190-191].
Karunia lain
yang merupakan karunia non materi dari Allah merupakan karunia ukhrawi berupa
dikabulkannya do’a. membalas semua amal baik yang sudah dilakukan hamba-Nya
dengan pahala, menghapuskan dosa dan kesalahandengan memberikan ampunan dan
memasukkannya ke dalam syurga, tempat yang menjadi tujuan akhir kehidupan ini,
betapa luas karunia Allah untuk hamba-Nya;
“Maka Tuhan mereka
memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak
menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki
atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.
Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang
disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan
Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke
dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi
Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."[Ali Imran 3;l95].
Siapapun di dunia ini hanya
akan menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga dan
membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin
berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya.
Ada yang sibuk menjaga
hartanya karena dia menganggap hartanyalah yang paling bernilai.Ada yang sibuk
menjaga wajahnya agar awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya
paling bernilai.Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya,
karena kedudukan dan jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga.
Tapi ada pula orang yang
mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup
tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari
ALLOH yang Mahaagung. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu
kita jaga mati-matian.Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu
melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.
Karenanya, sudah sepantasnya
dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah
itu tidak hilang.Misal, ketika mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk
dengan berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan
sekuat tenaga agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang
berharga tidak hilang dan taufik tidak sampai sirna.
Begitupula ketika menuntut
ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya
hidayah tidak sampai sirna.Bahkan seharusnya acara mencari nafkah, mencari
ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari
ALLOH SWT.
Ada sebuah doa yang ALLOH SWT
ajarkan kepada kita melalui firman-Nya,;(Q.S. Ali Imran 3: 8).
“Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan
sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu,
sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia”.
Demikianlah
ALLOH Azza wa Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan
kepada kita agar senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun
dengan cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus
senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita, di setiap getar-getar doa
yang meluncur dari bibir kita. [Karunia Hidayah K.H. Abdullah Gymnastiar,Manajemen
Qalbu].
Sifat pribadi muttaqin diantaranya
adalah selalu memiliki Khauf dan Raja, rasa takut dan rasa harap hanya kepada
Allah, mereka takut dengan segala terputusnya hidup ini dari karnia Allah,
sedangkan seharusnya selalu punya harapan untuk menanti dan memohon karunia
Allah itu melalui do’a dan munajad siang dan malam karena segala keberhasilan manusia tidak lepas dari
bantuan dari Allah, usaha manusia yang optimal memang sangat dibutuhkan tapi
tanpa do’a dan pengharapan dari Allah menunjukkan kesombongan, do’a saja yang
disanjungkan tanpa usaha juga tidak bermakna. Adapun keuntungan yang diperoleh
manusia dengan memanjatkan do’a, mengharapkan pertolongan dan rahmat dari Allah
adalah;
Pertama, manusia sangat memerlukan
sandaran yang dapat memberikan kekuatan kepada dirinya pada saat dia lemah,
ketika segala kekuatan diluar dirinya tiada mampu lagi menopang dan menunjang
dirinya. Pada saat semacam ini tiada jalan bagi manusia untuk menentramkan
hati,menenangkan jiwa dan menjernihkan fikirannya selain hanya mengadukan nasib
dan keadaannya kepada yang Maha Mutlak.
Kedua, do’a tidak semata-mata dimaksud
untuk memohon pertolongan kepada Allah untuk melepaskan diri dari kesulitan dan
penderitaan. Do’a juga dimaksud sebagai sarana memohon kepada Allah untuk
meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya, sehingga dapat melakukan segala
tugas yang dipikulnya dengan baik dan
menggembirakan dirinya.
Ketiga, do’a mutlak
diperlukan oleh manusia, karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada
dirinya sekarang dan yang akan datang,
padahal manusia selalu menginginkan keberhasilan dalam mencapai apa yang
diinginkannya, sekarang dan akan datang. Untuk menangkal hal-hal yang tidak
baik atau merugikan dirinya pada saat sekarang dan akan datang, ia memerlukan
adanya kekuatan diluar dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah itu,semua
itu hanya kepada Allah sebagai Khaliqnya
.
Bagi seorang mukmin, berdo’a merupakan ibadah, meskipun tidak
dikabulkan tapi nilai-nilai ibadah telah dia terapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Apa saja do’a yang kita ajukan kepada Allah adalah baik tapi ada
beberapa do’a yang kita sanjungkan kepada Allah mengharapkan kebaikan kepada
diri kita secara maknawi seperti mengharapkan taufiq dan hidayah-Nya, rahmat
dan maghfirah-Nya yang do’a tadi tidak mesti untuk kepentingan duniawi dan
materi saja.
Rasulullah meskipun dijamin masuk syurga, dosanya
yang lalu dan hari ini bahkan akan datang dihapuskan Allah tapi setiap saat
tidak lupa untuk berdo’a kepada Alah agar dirinya, ummatnya dan manusia
seluruhnya mendapat bimbingan dan hidayah-Nya, apatah lagi kita yang sangat
berjarak dengan Allah, tentu lebih penting lagi menjalin komunikasi dengan
Allah melalui do’a dan munajad kepada-Nya;
Hadis riwayat
Abu Hurairah, ia berkata: Dari Nabi, beliau bersabda: Allah berfirman: Aku
sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh
mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak terbesit dalam hati
manusia. Bukti kebenaran itu terdapat dalam Alquran: Seorang pun tidak mengetahui
apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang
menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(Shahih Muslim)
Dari Anas bin Malik rodhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Alloh subhanahu wa ta’ala
berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap
kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai
anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta
ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau
datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa
menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan
ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi]1
Ya Allah, Al Wassi’, Yang
Maha Luas Karunia-Nya, terlalu banyak karunia-Mu yang diberikan kepada
makhluk-Mu, yang kadangkala hanya dibalas dengan kekafiran, kemunafiqan dan
kesyirikan sehingga tidak ada manfaatnya karunia itu bagi kami selain mendatang
bencana dan azab yang membinasakan.
Ya
Ilahi, belum dan tidaklah sepadan karunia-Mu dengan pengabdian hamba kepada-Mu,
tanpa perhitungan Engkau curahkan karunia-Mu kepada hamba, tapi hamba ini
dengan perhitungan sekali memberikan pengabdian kepada-Mu, ampunilah hamba ya
Allah, berilah kami waktu untuk mereguk karunia-Mu dengan pengadian yang prima
kepada-Mu, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 05 Jumadil Awal 1432.H/ 09 April
2011.M, Jam 08;40].
Referensi;
1. Al Qur’an dan terjemahannya,
Depag RI 1994/1995
2. KumpulanCeramah Praktis,
Mukhlis Denros, 2009
3.Karunia
Hidayah K.H. Abdullah
Gymnastiar,Manajemen Qalbu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar