Kamis, 18 Juni 2015

37. Al Wassi', Yang Luas Karunia-Nya




AL WASSI’
[Yang Maha Luas  Karunia-Nya]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

            Karunia Allah diberikan kepada makhluk-Nya terbentang luas, seluas langit, bumi dan segala apa yang ada diantara keduanya, Al Wassi’ merupakan nama-nama Allah yang terkandung dalam asmaul husna dan merupakan sifat mulia yang dimiliki Allah.  Kemana lagi akan mencari karunia yang demikian banyaknya, masihkan kita meragukan eksistensi Allah sebagai pemilik apa yang ada di Timur dan apa yang ada di Barat, Allah Maha Luas Karunia-Nya;
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.[Al Baqarah 2;115].
10. dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya).
11. di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.
12. dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
14. Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,
15. dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
16. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
17. Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya[1442]
18. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [1443].
21. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?[Ar Rahman, 55;10-21]

Nikmat yang diberikan Allah kepada manusia tak terhingga jumlahnya, tetapi ada nikmat yang sangat tinggi nilainya yaitu nikmat iman dan islam, nikmat iman dan islam hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya dan ini merupakan hak preogratif Allah tanpa bisa dicampuri oleh siapapun. Walaupun demikian iman tersebut akan diberikan memang kepada orang-orang yang mencarinya atau orang-orang yang memang ada kecendrungan kepada keimanan, Allah berfirman;
"Segala puji bagi Allah yang Telah menunjuki kami kepada (surga) ini. dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. "[Al A'raf 7;43]
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, Maka merekalah orang-orang yang merugi" [Al A'raf 7;178].

Dengan kejadian langit dan bumi saja, bagi orang yang berfikir tentang kebenaran akan menimbulkan keimanan yang mendalam apalagi menerima nikmat lain yang lebih banyak lagi, tentu akan menambah rasa syukur dan keimanan yang lebih dalam lagi, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikan seruan Allah, semua yang diciptakan Allah dalam bentuk dan jenis apapun tidaklah sia-sia, hal ini diakui oleh orang-orang yang punya hati nurani, yang akhirnya perlindungan hanya diserahkan kepada Allah semata, sebagai Tuhan Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Luas Karunia-Nya. Dia memberikan karunia berupa materi kepada hamba-Nya untuk dinikmati sebagai fasilitas hidup di dunia ini, disamping karunia lainnya;
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.[Ali Imran 3;190-191].

Karunia lain yang merupakan karunia non materi dari Allah merupakan karunia ukhrawi berupa dikabulkannya do’a. membalas semua amal baik yang sudah dilakukan hamba-Nya dengan pahala, menghapuskan dosa dan kesalahandengan memberikan ampunan dan memasukkannya ke dalam syurga, tempat yang menjadi tujuan akhir kehidupan ini, betapa luas karunia Allah untuk hamba-Nya;
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."[Ali Imran 3;l95].

Siapapun di dunia ini hanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya.
Ada yang sibuk menjaga hartanya karena dia menganggap hartanyalah yang paling bernilai.Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai.Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya, karena kedudukan dan jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga.
Tapi ada pula orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari ALLOH yang Mahaagung. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita jaga mati-matian.Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.
Karenanya, sudah sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah itu tidak hilang.Misal, ketika mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan sekuat tenaga agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang berharga tidak hilang dan taufik tidak sampai sirna.
Begitupula ketika menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah tidak sampai sirna.Bahkan seharusnya acara mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari ALLOH SWT.
Ada sebuah doa yang ALLOH SWT ajarkan kepada kita melalui firman-Nya,;(Q.S. Ali Imran 3: 8).
“Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia”.
Demikianlah ALLOH Azza wa Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita, di setiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir kita. [Karunia Hidayah K.H. Abdullah Gymnastiar,Manajemen Qalbu].

Sifat pribadi muttaqin diantaranya adalah selalu memiliki Khauf dan Raja, rasa takut dan rasa harap hanya kepada Allah, mereka takut dengan segala terputusnya hidup ini dari karnia Allah, sedangkan seharusnya selalu punya harapan untuk menanti dan memohon karunia Allah itu melalui do’a dan munajad siang dan malam karena segala keberhasilan manusia tidak lepas dari bantuan dari Allah, usaha manusia yang optimal memang sangat dibutuhkan tapi tanpa do’a dan pengharapan dari Allah menunjukkan kesombongan, do’a saja yang disanjungkan tanpa usaha juga tidak bermakna. Adapun keuntungan yang diperoleh manusia dengan memanjatkan do’a, mengharapkan pertolongan dan rahmat dari Allah adalah;

      Pertama, manusia sangat memerlukan sandaran yang dapat memberikan kekuatan kepada dirinya pada saat dia lemah, ketika segala kekuatan diluar dirinya tiada mampu lagi menopang dan menunjang dirinya. Pada saat semacam ini tiada jalan bagi manusia untuk menentramkan hati,menenangkan jiwa dan menjernihkan fikirannya selain hanya mengadukan nasib dan keadaannya kepada yang Maha Mutlak.

      Kedua, do’a tidak semata-mata dimaksud untuk memohon pertolongan kepada Allah untuk melepaskan diri dari kesulitan dan penderitaan. Do’a juga dimaksud sebagai sarana memohon kepada Allah untuk meningkatkan kualitas diri dan kemampuannya, sehingga dapat melakukan segala tugas yang  dipikulnya dengan baik dan menggembirakan dirinya. 

Ketiga, do’a mutlak diperlukan oleh manusia, karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sekarang dan yang akan datang,  padahal manusia selalu menginginkan keberhasilan dalam mencapai apa yang diinginkannya, sekarang dan akan datang. Untuk menangkal hal-hal yang tidak baik atau merugikan dirinya pada saat sekarang dan akan datang, ia memerlukan adanya kekuatan diluar dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah itu,semua itu hanya kepada Allah sebagai Khaliqnya
.
Bagi seorang mukmin,  berdo’a merupakan ibadah, meskipun tidak dikabulkan tapi nilai-nilai ibadah telah dia terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja do’a yang kita ajukan kepada Allah adalah baik tapi ada beberapa do’a yang kita sanjungkan kepada Allah mengharapkan kebaikan kepada diri kita secara maknawi seperti mengharapkan taufiq dan hidayah-Nya, rahmat dan maghfirah-Nya yang do’a tadi tidak mesti untuk kepentingan duniawi dan materi saja.

Rasulullah meskipun dijamin masuk syurga, dosanya yang lalu dan hari ini bahkan akan datang dihapuskan Allah tapi setiap saat tidak lupa untuk berdo’a kepada Alah agar dirinya, ummatnya dan manusia seluruhnya mendapat bimbingan dan hidayah-Nya, apatah lagi kita yang sangat berjarak dengan Allah, tentu lebih penting lagi menjalin komunikasi dengan Allah melalui do’a dan munajad kepada-Nya;

Hadis riwayat Abu Hurairah, ia berkata: Dari Nabi, beliau bersabda: Allah berfirman: Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak terbesit dalam hati manusia. Bukti kebenaran itu terdapat dalam Alquran: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Shahih Muslim)
Dari Anas bin Malik rodhiallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi]1
                   Ya Allah, Al Wassi’, Yang Maha Luas Karunia-Nya, terlalu banyak karunia-Mu yang diberikan kepada makhluk-Mu, yang kadangkala hanya dibalas dengan kekafiran, kemunafiqan dan kesyirikan sehingga tidak ada manfaatnya karunia itu bagi kami selain mendatang bencana dan azab yang membinasakan.

Ya Ilahi, belum dan tidaklah sepadan karunia-Mu dengan pengabdian hamba kepada-Mu, tanpa perhitungan Engkau curahkan karunia-Mu kepada hamba, tapi hamba ini dengan perhitungan sekali memberikan pengabdian kepada-Mu, ampunilah hamba ya Allah, berilah kami waktu untuk mereguk karunia-Mu dengan pengadian yang prima kepada-Mu, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 05 Jumadil Awal 1432.H/ 09 April 2011.M, Jam 08;40].

Referensi;
1. Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
2. KumpulanCeramah Praktis, Mukhlis Denros, 2009
3.Karunia Hidayah K.H. Abdullah Gymnastiar,Manajemen Qalbu
4. Hadits Web

Tidak ada komentar:

Posting Komentar