AL MATIIN
[ Yang Teguh]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Allah
mempunyai kekuatan yang tidak disamakan dengan kekuatan manusia, kekuatan Allah
tidak dapat diukur dengan kekuatan lain, kekuatan-Nya sangat kokoh, tegar, stabil, mantap dan
teguh;
”Sesungguhnya Allah
Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”[Adz
Dzariyat 51;58].
Demikian pula makhluk yang
diciptakan-Nya seperti langit dan bumi, semua pada posisi yang kuat dan saling
menguatkan, kekuatan apa yang mampu menciptakan segalanya ini kalau bukan
kekuatan yang dimiliki Allah, adakah yang lain dapat berbuat yang lebih dari
itu ?
”Atau
siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu
dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan
indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah
disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) mereka adalah
orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). Atau siapakah yang telah
menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya,
dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu
pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan
(sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”[An
Naml 27;60-61]
Allah yang Maha Kuat, Kokoh, Stabil dan Mantap, Dia mengokohkan
ciptaan-Nya sesuai dengan kadar yang sudah ditentukan, lihatlah sudah berapa
milyar lamanya dunia ini terkembang, silih berganti bencana yang ditimpakan
tapi kekuatannya masih dapat dinikmati hingga kini dan kelak suatu masa
kekokohan dunia akan diganti dengan
dunia lain yang lebih kokoh, karena posisinya untuk selama-lamanya, itulah
akherat yang merupakan tujuan akhir dari kehidupan manusia.
Allah menciptakan manusia yang berasal dari sari
pati tanah, yang lunak dan lembut, tapi dengan kekuasaan-Nya, sesuatu yang
lunak dan lembut tadi mampu berkembang dengan baik, karena Allah simpan pada
suatu tempat yang kuat yaitu rahim, begitu indahnya Allah menggambarkan
kejadian manusia, dari air yang sangat lunak tapi mampu hidup karena
penyimpanannya yang aman dari segala gangguan dan goncangan, tempat penyimpanan
itu ada dalam tubuh wanita, yang juga dianggap makhluk yang lemah, tapi dengan
kekuatan dari Allah, mampu untuk memelihara cikal bakal manusia;
”Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”[Al Mukminun 23;12-13].
Kalaulah dari air saja kejadian manusia tanpa ada
tambahan lain maka sungguh tidaklah mengandung kekuatan dan tidak kokoh, agar
calon manusia itu kelak mampu hidup, berbuat dan bekerja di dunia, dapat
memeras keringat dan membanting tulang maka Allah membentuknya sedemikian rupah
sehingga memiliki kekuatan dan kekokohan;
”Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik.” [Al Mukminun 23;14].
Allah juga mengajarkan kepada hamba-Nya agar
memiliki sifat dan sikap yang teguh, kokoh, kuat dan istiqamah dalam keimanan,
walaupun iman itu berada pada hati sanuri yang lunak tapi dia tidak mudah untuk
runtuh, itulah iman yang istiqamah.
Suatu hari Sufyan bin
Abdullah [Abu Ammah] minta fatwa kepada Rasulullah sebagai pegangan hidupnya di
dunia, maka Rasulullah bersabda; "Katakanlah aku beriman kepada Allah,
kemudian berpegang teguhlah atas pendirian itu"
Buya Hamka berpendapat,"Istiqomahlah laksana batu karang di ujung pulau, menerima hempasan
segala ombak dan gelombang yang menggulung, setiap ombak dan gelombang datang,
setiap itu pula menambah kekokohannya. Istiqamahlah, laksana sebatang pohon
beringin, menerima segala angin sepoi dan angin badai, kadangkala berderak
derik laksana akan runtuh, terhoyong ke kiri dan ke kanan, demi angin berhenti
dan alam tenang, dia tegak pula kembali dan uratnya bertambah terhunjam ke
petala bumi............
"Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu"[Fushilat
41;30]
Untuk sebuah
pengakuan keimanan maka banyak orang yang bisa tapi untuk menjaga iman agar
tetap kokoh dan bersih dari nilai-nilai yang mencemarkan ketauhidan tidak
banyak orang yang sanggup. Orang yang istiqomah harus jauh dari sifat syirik,
karena syirik itu dapat merusak iman dan merupakan kesesatan.
Sikap muslim
dalam kehidupan ini dituntut untuk istiqamah, menerima ajaran islam secara
kafah yaitu sepenuhnya agar keislaman tadi membentuk kepribadian yang utuh pula
dengan puncak keimanan yaitu taqwa;
''Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu" [Al
Baqarah 2;208]
Dia
memahami islam bukan sebatas masjid dan mimbar, islam bukan hanya bicara syurga
dan neraka tapi juga difahami bahwa islam mencakup seluruh asfek kehidupan. Bagaimanapun
kondisi yang dialami, sakit atau senang, bahagia atau sengsara bahkan dikala
diuji dengan segala yang melenakan hidupnya agar berpaling dari islam maka
semakin kokoh keimanannya hingga ajal menjemputnya kelak. Kekonsistenannya
terhadap islam nampak dalam kehidupan sehari-hari melalui pribadi, keluarga dan
bermasyarakat.
Dengan
keimanan yang dimiliki menjamin jiwa
orang yang beriman akan stabil dalam kondisi apapun walaupun kondisi itu akan
meneteskan air mata atau akan menggenangkan darah maka semua itu dihadapi
dengan jiwa yang stabil,Rasulullah bersabda,"Sungguh ajaib sikap
orang-orang mukmin itu, kalau diberi nikmat dia bersyukur dan itu lebih baik
baginya, dan kalau ditimpa musibah diapun bersabar dan itu lebih baik
baginya"
Ibnu Taimiyah
saat berhadapan dengan pemerintahan yang zhalim yang akan mencelakakan dirinya
maka dia bermunajad kepada Allah yang menggambarkan kestabilan jiwanya
menghadapi segala teror itu, "Ya
Allah seandainya mereka mencampakkan aku maka waktu itu adalah saat yang tepat
bagiku untuk bertamasa bersamaMu, kalau mereka mengurungku maka saat itu adalah
waktu yang tepat bagiku untuk bersunyi diri bersamaMu, walaupun sekiranya
mereka menggantungku maka itu adalah waktu yang tepat agar aku bisa cepat
bertemu dengan-Mu".
Seorang mukmin harus mampu menampakkan akhlak yang kokoh
ibarat karang, dia harus berbeda dengan pribadi lain. Sehingga mempunyai
karakter Matiinul Khuluq yaitu Akhlak Yang Solid lagi kokoh.Seluruh
sikapnya menunjukkan ketaatan kepada Allah sehingga segala yang laghwi
[sia-sia] akan ditinggalkan. Pekerjaannyag jauh dari sia-sia, waktunya diisi
dengan hal-hal yang bermanfaat, hartanya untuk hal-hal yang mendatangkan
kebaikan dan ucapannya selalu terjaga dari canda, cengkrama yang menjurut
maksiat.Ini semua didikan Allah melalui Rasulnya dalam agama Islam, Rasulullah
bersabda;"Tuhanku telah mendidikku, maka aku adalah sebaik-baik didikan
Allah".
Dimasa jahiliyyah saja Muhammad diberi gelar Al
Amin, karena akhlak mulia yang dimilikinya agar ditularkan kepada bangsa
manusia seluruhnya sehingga menjadi umat yang beradab, inilah pengakuan beliau
ketika wahyu diberikan, ”Innama Bu’istu
liutamimma makarimal akhlak” [sesungguhnya aku dibangkitkan di dunia ini untuk
memperbaiki akhlak manusia].
Jadilah ummatnya yang punya
akhlakul karimah karena mencontoh langsung kepada figur yang menyampaikan yaitu
Rasulullah. Beliau standard akhlak yang disebutkan Allah, untuk kita teladani
dalam kehidupan sehari-hari;
"Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah' [Al Ahzab33;21].
Begitu banyak sejarah yang terbentang di belakang
kita yang dapat diambil sebagai pelajaran, tadinya mereka jaya dibawah berkah
Allah akhirnya hancur berantakan karena laknat Allah. Itu semua karena
kekafiran dan keingkaran manusia sebagaimana halnya kaum ’Ad, Tsamud, Bani
Israil serta hancurnya negeri Saba’, pada masa jayanya negeri ini dengan
bendungan Maghribnya diperintah oleh seorang Ratu bernama Bulqis yang akhirnya
dapat ditaklukkan dan diislamkan oleh Nabi Sulaiman.
Karena tentram dan damainya negeri ini dengan
kemakmuran kehidupan penduduknya sehingga terukir dengan indahnya dalam Al
Qur’an sebagai sebutan ”Baldatun
Thayibatun Warabbun Ghafur” yaitu Negeri
Yang Baik Dibawah Ampunan Allah, sampai pada Dinasti Maghrib yang
dilanjutkan oleh raja-raja yang tidak cakap dalam memerintah, menyebabkan
runtuhnya negeri Saba ’ pada tingkat yang paling rendah.
Ketika terjadi hujan yang
lebat dengan terus menerus, bendungan tersebut tidak mampu lagi menampung air
yang semakin membanjir maka akhirnya bendungan Maghrib tersebut jebol dan
hancur dengan menelan korban yang tidak sedikit dan negeri Saba’ hancur
berantakan sebagai balasan atas kekufuran mereka, dalam surat As Saba’ Allah
menerangkan;
,”Maka
Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar yang menghancurkan segalanya dan
Kami ganti kebun-kebun mereka itu dengan kebun-kebun yang ditumbuhi pohon-pohon
berbuah pahit dan semacam pohon cemara dan sedikit pohon bidara”[As Saba’ 34;16-17].
Bagi orang-orang yang beriman, semua kejadian itu
adalah ujian dari Allah yang merupakan alat takaran iman seseorang sebagaimana
firman Allah dalam surat Al Ankabut 29;1-3
"Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?Dan Sesungguhnya kami Telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang
dusta".
Fitnah adalah
ujian, tempaan dan pengkaderan yang diberikan kepada orang-orang beriman dalam
rangka untuk meningkatkan kualitas imannya, mengokohkan keimanan, menguatkan
kepribadian, sedangkan ibtila' adalah menguji atau mengetes, ujian yang datang
dari Allah kepada hamba-Nya dengan kesenangan dan kesusahan. Fitnah dan ibtila'
diberikan Allah kepada hamba-Nya ada dua macam yaitu keburukan dan kebaikan
sebagaimana firman Allah dalam surat Al
Anbiya' 21;35
"Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu
dikembalikan".
Fitnah yang
berupa kesenangan seperti harta yang banyak, jabatan yang tinggi, populeritas,
cantik atau tampan, luasnya ilmu dan lain-lain. Akibatnya banyak yang tidak
bersyukur, merasa lebih tinggi dari orang lain, jauh dari ajaran islam dan
cendrung sombong.
Fitnah yang
berupa kesengsaraan seperti kemiskinan, kelaparan, kematian, ketakutan,
penyiksaan, kesedihan, pengusiran, penindasan dan lain-lain, biasanya hal ini
mudah dihadapi oleh siapapun dengan kesabaran;
"Dan
sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar" [Al Baqarah 2;155]
Adapun cakupan
fitnah itu secara individu sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim, Nabi
Yusuf, Nabi ayub, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad serta nabi-nabi yang
lain. Sedangkan secara komunal seperti yang dialami ummat islam di zaman
jahiliyyah, ummat islam di Moro, Bosnia, Kashmir, India, Afghanistan dan ummat
islam lainnya yang mengalami penindasan oleh bangsa lain.
Karena kita
sebagai manusia, sebagai hamba Allah dan tinggal di bumi Allah pula maka tidak
akan lepas dari ujian, fitnah dan cobaan yang akan datang, baik ujian itu
karena kesalahan kita sendiri ataupun berupa peningkatan iman, tiada jalan lain
selain tetap TEGUH SEPERTI KARANG, yang dihempas oleh ombak, dihantam oleh
cuaca panas dan dingin, diterjang oleh angin dan badai, tapi karang tetap kokoh
bahkan semakin kokoh. Rasulullah Bersabda; "Iman itu bukanlah
angan-angan, tetapi apa yang mantap di dalam hati dan dibuktikan kebenarannya
dengan amal" [HR. Muslim]
Al Matiin, Allah Yang Teguh, Kokoh, Stabil dan Mantap,
semua ciptaan-Mu tidak lepas dari Pemeliharaan dan Pengawasan-Mu, langit dan
bumi serta apapun diantara keduanya berdiri kuat dan saling menguatkan agar
mampu menopang kehidupan makhluk yang Engkau ciptakan, berilah kami ilmu dan
kefahaman untuk mensyukuri semua karunia-Mu ini ya Allah.
Allah
Al Matiin, Yang menciptakan manusia pada sebuah tempat yang kokoh, agar mampu
hidup dan berkembang dan kelak menjadi manusia yang kokoh fisiknya, kuat
fikirannya dan teguh pendirian serta istiqamah imannya, tidak ada kemampuan
kami untuk menjadi demikian selain dari kekuatan yang Engkau berikan, hanya
Engkaulah yang mempunyai kekuatan yang kokoh,Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 27 Jumadil
Awal 1432.H/ 01 Mai 2011.M, Jam 11;39].
Referensi;
1.Kuliah
Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Hamka, Pandangan Hidup Muslim
5.Ny.Hadiyah
Salim, Apa arti Hidup
6.Majalah
Ishlah nomor 1/ Februari 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar