Rabu, 10 Juni 2015

94. Al Matiin, Yang Teguh





AL MATIIN
[ Yang Teguh]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


            Allah mempunyai kekuatan yang tidak disamakan dengan kekuatan manusia, kekuatan Allah tidak dapat diukur dengan kekuatan lain, kekuatan-Nya  sangat kokoh, tegar, stabil, mantap dan teguh;
”Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”[Adz Dzariyat 51;58].

Demikian pula makhluk yang diciptakan-Nya seperti langit dan bumi, semua pada posisi yang kuat dan saling menguatkan, kekuatan apa yang mampu menciptakan segalanya ini kalau bukan kekuatan yang dimiliki Allah, adakah yang lain dapat berbuat yang lebih dari itu ?
”Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”[An  Naml 27;60-61]

Allah yang Maha Kuat,  Kokoh, Stabil dan Mantap, Dia mengokohkan ciptaan-Nya sesuai dengan kadar yang sudah ditentukan, lihatlah sudah berapa milyar lamanya dunia ini terkembang, silih berganti bencana yang ditimpakan tapi kekuatannya masih dapat dinikmati hingga kini dan kelak suatu masa kekokohan dunia akan  diganti dengan dunia lain yang lebih kokoh, karena posisinya untuk selama-lamanya, itulah akherat yang merupakan tujuan akhir dari kehidupan manusia.

Allah menciptakan manusia yang berasal dari sari pati tanah, yang lunak dan lembut, tapi dengan kekuasaan-Nya, sesuatu yang lunak dan lembut tadi mampu berkembang dengan baik, karena Allah simpan pada suatu tempat yang kuat yaitu rahim, begitu indahnya Allah menggambarkan kejadian manusia, dari air yang sangat lunak tapi mampu hidup karena penyimpanannya yang aman dari segala gangguan dan goncangan, tempat penyimpanan itu ada dalam tubuh wanita, yang juga dianggap makhluk yang lemah, tapi dengan kekuatan dari Allah, mampu untuk memelihara cikal bakal manusia;
”Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”[Al Mukminun 23;12-13].

Kalaulah dari air saja kejadian manusia tanpa ada tambahan lain maka sungguh tidaklah mengandung kekuatan dan tidak kokoh, agar calon manusia itu kelak mampu hidup, berbuat dan bekerja di dunia, dapat memeras keringat dan membanting tulang maka Allah membentuknya sedemikian rupah sehingga memiliki kekuatan dan kekokohan;
”Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” [Al Mukminun 23;14].

Allah juga mengajarkan kepada hamba-Nya agar memiliki sifat dan sikap yang teguh, kokoh, kuat dan istiqamah dalam keimanan, walaupun iman itu berada pada hati sanuri yang lunak tapi dia tidak mudah untuk runtuh, itulah iman yang istiqamah.

Suatu hari Sufyan bin Abdullah [Abu Ammah] minta fatwa kepada Rasulullah sebagai pegangan hidupnya di dunia, maka Rasulullah bersabda; "Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah atas pendirian itu"

Buya Hamka berpendapat,"Istiqomahlah laksana batu karang di ujung pulau, menerima hempasan segala ombak dan gelombang yang menggulung, setiap ombak dan gelombang datang, setiap itu pula menambah kekokohannya. Istiqamahlah, laksana sebatang pohon beringin, menerima segala angin sepoi dan angin badai, kadangkala berderak derik laksana akan runtuh, terhoyong ke kiri dan ke kanan, demi angin berhenti dan alam tenang, dia tegak pula kembali dan uratnya bertambah terhunjam ke petala bumi............
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu"[Fushilat 41;30]

Untuk sebuah pengakuan keimanan maka banyak orang yang bisa tapi untuk menjaga iman agar tetap kokoh dan bersih dari nilai-nilai yang mencemarkan ketauhidan tidak banyak orang yang sanggup. Orang yang istiqomah harus jauh dari sifat syirik, karena syirik itu dapat merusak iman dan merupakan kesesatan.

Sikap muslim dalam kehidupan ini dituntut untuk istiqamah, menerima ajaran islam secara kafah yaitu sepenuhnya agar keislaman tadi membentuk kepribadian yang utuh pula dengan puncak keimanan yaitu taqwa;
''Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu" [Al Baqarah 2;208]

            Dia memahami islam bukan sebatas masjid dan mimbar, islam bukan hanya bicara syurga dan neraka tapi juga difahami bahwa islam mencakup seluruh asfek kehidupan. Bagaimanapun kondisi yang dialami, sakit atau senang, bahagia atau sengsara bahkan dikala diuji dengan segala yang melenakan hidupnya agar berpaling dari islam maka semakin kokoh keimanannya hingga ajal menjemputnya kelak. Kekonsistenannya terhadap islam nampak dalam kehidupan sehari-hari melalui pribadi, keluarga dan bermasyarakat.

Dengan keimanan yang  dimiliki menjamin jiwa orang yang beriman akan stabil dalam kondisi apapun walaupun kondisi itu akan meneteskan air mata atau akan menggenangkan darah maka semua itu dihadapi dengan jiwa yang stabil,Rasulullah bersabda,"Sungguh ajaib sikap orang-orang mukmin itu, kalau diberi nikmat dia bersyukur dan itu lebih baik baginya, dan kalau ditimpa musibah diapun bersabar dan itu lebih baik baginya"

Ibnu Taimiyah saat berhadapan dengan pemerintahan yang zhalim yang akan mencelakakan dirinya maka dia bermunajad kepada Allah yang menggambarkan kestabilan jiwanya menghadapi segala teror itu, "Ya Allah seandainya mereka mencampakkan aku maka waktu itu adalah saat yang tepat bagiku untuk bertamasa bersamaMu, kalau mereka mengurungku maka saat itu adalah waktu yang tepat bagiku untuk bersunyi diri bersamaMu, walaupun sekiranya mereka menggantungku maka itu adalah waktu yang tepat agar aku bisa cepat bertemu dengan-Mu".

Seorang mukmin harus mampu menampakkan akhlak yang kokoh ibarat karang, dia harus berbeda dengan pribadi lain. Sehingga mempunyai karakter Matiinul Khuluq yaitu Akhlak Yang Solid lagi kokoh.Seluruh sikapnya menunjukkan ketaatan kepada Allah sehingga segala yang laghwi [sia-sia] akan ditinggalkan. Pekerjaannyag jauh dari sia-sia, waktunya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, hartanya untuk hal-hal yang mendatangkan kebaikan dan ucapannya selalu terjaga dari canda, cengkrama yang menjurut maksiat.Ini semua didikan Allah melalui Rasulnya dalam agama Islam, Rasulullah bersabda;"Tuhanku telah mendidikku, maka aku adalah sebaik-baik didikan Allah".

Dimasa jahiliyyah saja Muhammad diberi gelar Al Amin, karena akhlak mulia yang dimilikinya agar ditularkan kepada bangsa manusia seluruhnya sehingga menjadi umat yang beradab, inilah pengakuan beliau ketika wahyu diberikan, ”Innama Bu’istu liutamimma makarimal akhlak” [sesungguhnya aku dibangkitkan di dunia ini untuk memperbaiki akhlak manusia].

Jadilah ummatnya yang punya akhlakul karimah karena mencontoh langsung kepada figur yang menyampaikan yaitu Rasulullah. Beliau standard akhlak yang disebutkan Allah, untuk kita teladani dalam kehidupan sehari-hari;

"Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah'  [Al Ahzab33;21].

Begitu banyak sejarah yang terbentang di belakang kita yang dapat diambil sebagai pelajaran, tadinya mereka jaya dibawah berkah Allah akhirnya hancur berantakan karena laknat Allah. Itu semua karena kekafiran dan keingkaran manusia sebagaimana halnya kaum ’Ad, Tsamud, Bani Israil serta hancurnya negeri Saba’, pada masa jayanya negeri ini dengan bendungan Maghribnya diperintah oleh seorang Ratu bernama Bulqis yang akhirnya dapat ditaklukkan dan diislamkan oleh Nabi Sulaiman.

Karena tentram dan damainya negeri ini dengan kemakmuran kehidupan penduduknya sehingga terukir dengan indahnya dalam Al Qur’an sebagai sebutan ”Baldatun Thayibatun Warabbun Ghafur” yaitu Negeri Yang Baik Dibawah Ampunan Allah, sampai pada Dinasti Maghrib yang dilanjutkan oleh raja-raja yang tidak cakap dalam memerintah, menyebabkan runtuhnya negeri Saba ’ pada tingkat yang paling rendah. 

            Ketika terjadi hujan yang lebat dengan terus menerus, bendungan tersebut tidak mampu lagi menampung air yang semakin membanjir maka akhirnya bendungan Maghrib tersebut jebol dan hancur dengan menelan korban yang tidak sedikit dan negeri Saba’ hancur berantakan sebagai balasan atas kekufuran mereka, dalam surat As Saba’ Allah menerangkan;
,”Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar yang menghancurkan segalanya dan Kami ganti kebun-kebun mereka itu dengan kebun-kebun yang ditumbuhi pohon-pohon berbuah pahit dan semacam pohon cemara dan sedikit pohon bidara”[As Saba’ 34;16-17].

Bagi orang-orang yang beriman, semua kejadian itu adalah ujian dari Allah yang merupakan alat takaran iman seseorang sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ankabut 29;1-3
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta".

Fitnah adalah ujian, tempaan dan pengkaderan yang diberikan kepada orang-orang beriman dalam rangka untuk meningkatkan kualitas imannya, mengokohkan keimanan, menguatkan kepribadian, sedangkan ibtila' adalah menguji atau mengetes, ujian yang datang dari Allah kepada hamba-Nya dengan kesenangan dan kesusahan. Fitnah dan ibtila' diberikan Allah kepada hamba-Nya ada dua macam yaitu keburukan dan kebaikan sebagaimana firman Allah  dalam surat Al Anbiya' 21;35
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan".

Fitnah yang berupa kesenangan seperti harta yang banyak, jabatan yang tinggi, populeritas, cantik atau tampan, luasnya ilmu dan lain-lain. Akibatnya banyak yang tidak bersyukur, merasa lebih tinggi dari orang lain, jauh dari ajaran islam dan cendrung sombong.

Fitnah yang berupa kesengsaraan seperti kemiskinan, kelaparan, kematian, ketakutan, penyiksaan, kesedihan, pengusiran, penindasan dan lain-lain, biasanya hal ini mudah dihadapi oleh siapapun dengan kesabaran;
"Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar" [Al Baqarah 2;155]

Adapun cakupan fitnah itu secara individu sebagaimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, Nabi ayub, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad serta nabi-nabi yang lain. Sedangkan secara komunal seperti yang dialami ummat islam di zaman jahiliyyah, ummat islam di Moro, Bosnia, Kashmir, India, Afghanistan dan ummat islam lainnya yang mengalami penindasan oleh bangsa lain.

Karena kita sebagai manusia, sebagai hamba Allah dan tinggal di bumi Allah pula maka tidak akan lepas dari ujian, fitnah dan cobaan yang akan datang, baik ujian itu karena kesalahan kita sendiri ataupun berupa peningkatan iman, tiada jalan lain selain tetap TEGUH SEPERTI KARANG, yang dihempas oleh ombak, dihantam oleh cuaca panas dan dingin, diterjang oleh angin dan badai, tapi karang tetap kokoh bahkan semakin kokoh. Rasulullah Bersabda; "Iman itu bukanlah angan-angan, tetapi apa yang mantap di dalam hati dan dibuktikan kebenarannya dengan amal" [HR. Muslim]

Al Matiin, Allah Yang Teguh, Kokoh, Stabil dan Mantap, semua ciptaan-Mu tidak lepas dari Pemeliharaan dan Pengawasan-Mu, langit dan bumi serta apapun diantara keduanya berdiri kuat dan saling menguatkan agar mampu menopang kehidupan makhluk yang Engkau ciptakan, berilah kami ilmu dan kefahaman untuk mensyukuri semua karunia-Mu ini ya Allah.

Allah Al Matiin, Yang menciptakan manusia pada sebuah tempat yang kokoh, agar mampu hidup dan berkembang dan kelak menjadi manusia yang kokoh fisiknya, kuat fikirannya dan teguh pendirian serta istiqamah imannya, tidak ada kemampuan kami untuk menjadi demikian selain dari kekuatan yang Engkau berikan, hanya Engkaulah yang mempunyai kekuatan yang kokoh,Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 27 Jumadil Awal 1432.H/ 01 Mai 2011.M, Jam 11;39].

Referensi;
1.Kuliah Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.Hamka, Pandangan Hidup Muslim
5.Ny.Hadiyah Salim, Apa arti Hidup
6.Majalah Ishlah nomor 1/ Februari 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar