AL MUTAKABBIR
[ Yang Menunjukkan Kebesaran-Nya]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Allah
Maha Besar yang kebesaran-Nya diakui oleh makhluk-Nya melalui ucapan takbir dan
kepasrahan menghadapi kehidupan ini, dan Allah bersifat Al Mutakkabbir, Yang
Menunjukkan Kebesaran-Nya, menampakkan Kesombongankepada hamba-Nya melalui
kejadian-kejadian di alam raya ini, sejak dari penciptaan langit dan bumi,
kejadian manusia dengan ketentuan di bawah kekuasaan-Nya;
”Dialah Allah yang
tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”[Al Hasyr 59;22]
Dia tunjukkan kebesaran-Nya melalui
firman-firman-Nya yang sarat dengan keagungan, keperkasaan, kesucian dan
kemampuan-Nya memelihara makhluk-Nya, tidak ada yang dapat menandingi
kebesaran-Nya hingga kapanpun, Dialah Tuhan seluruh hamba yang ada di langit
dan di bumi.
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha
Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara,
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS al Hasy 59: 23)
Adakah yang lebih besar dari
Dia?Jawabnnya, Maha Suci Allah yang tak ada ukuran mampu mengukur-Nya.Dia lebih
besar dari yang paling besar.Dia lebih agung dari yang lebih agung.
Tak hanya nama dan sifat-Nya, tapi juga
segalanya. Hanya Allah yang Maha Megah dan tak satupun kemegahan mampu
menandinginya.Lihatlah gunung, betapa besarnya.Tapi yang mencipta gunung, jauh
lebih besar ukurannya.Lihatlah ngarai, betapa luas dan dalam ukurannya.Tapi
yang mengukir ngarai, jauh lebih luar biasa.Bahkan, lihatlah bumi seisinya,
angkasa, bintang gemintang dan galaksi seluruh alam raya.Betapa luas tak
terkira.Dan Allah yang mencipta itu semua. Al Mutakabbir, tak ada yang mampu
menandingi kemegahan-Nya.
Lalu, manusia yang hina lagi lemah,
mencoba mencuri selendang yang sedang dikenakan-Nya.Manusia yang tak mampu
menahan kantuknya sendiri, mencoba sombong dengan kekayaan dan kemampuan kecil
yang dimilikinya.Tidakkah mereka sadar, andai Allah mau, esok pagi mereka sudah
pasti tak bernyawa.
Apakah kita tak malu.Kita masih meminta
makan pada-Nya.Memohon rezeki dari-Nya.Berlindung dan berdoa kepada-Nya. Tapi
dengan segala karunia yang kita terima, kita masih mampu menepuk dada dan
berkata, “Apa jadinya kalau bukan karena saya.“
Tentu saja dalam diri manusia, ada
keinginan untuk menjadi lebih besar dan berharga. Tapi kerap kali manusia
melakukannya dengan cara yang salah. Mereka lupa tak ada yang lebih besar dari
Allah azza wa jalla.
Sebutlah selalu, al Mutakabbir. Kecilkan
diri di depan-Nya, maka Dia akan membesarkan kita. Hinakan diri di hadapan-Nya,
maka Dia akan memuliakan kita. Lidah yang memuja dengan segenap jiwa akan
mendapatkan balasan dari yang Maha Megah. Balasan yang tak akan terhitung
dengan angka dan tak terkira oleh akal manusia. Cyber Sabili,Herry nurdi, Asma
al Husna al Mutakabbir, Selasa, 25 Mei 2010 02:39].
Manusia adalah makhluk dhaif [lemah] yang
diciptakan Allah Swt melalui proses panjang yang diawali dari terpancarnya
sperma hingga bertemu dengan sel telur pada sebuah rahim seorang wanita, selama
sembilan sepuluh hari maka terujudlah
sang junior melalui kelahiran lazimnya seorang manusia. Kehadirannya sangat
lemah sekali, tidak berdaya, bahkan rawan oleh penyakit yang dapat mengakhiri
ajalnya. Melalui seleksi alam, perawatan orangtuanya dan takdir Allah lambat
laun perkembangannya sangat menentukan eksistensinya sebagai ciptaan yang
paling bagus dibandingkan hamba Allah yang lain, sebagaimana yang digambarkan dalam surat At Tin 95;4-5
”sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .Kemudian Kami kembalikan
dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),”
Bila manusia selama
perjalanan hidupnya tetap sesuai dengan fithrah kejadian selaras kebaikan yang
terimplementasikan melalui aktivitas sehari-hari, apalagi mampu meraih derajat
mulia dengan prediket taqwa maka Allah dekat dengannya [49;13], posisinya masih
layak ”ahsani taqwim” sebaik-baik kejadian. Apabila telah melanggar aturan
Allah dengan kecongkakan dan keangkuhan maka posisinya jauh terlempar di dasar
neraka jahanam ”asfala safilin”, sebagai ujud kebencian Allah kepada mereka
bahkan dapat disebut dengan ”mukhtal fakhur” orang-orang yang angkuh, congkak,
sombong atau merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, baik kedudukan,
keturunan, kebagusan bentuk dan lain-lain sebagainya.
Orang yang demikian
diberikan oleh Allah berbagai ancaman yang sangat mengerikan, salah satu bentuk
kesombongan itu adalah enggan menyembah Allah atau malah sombong karena
banyaknya ibadah yang dilakukan dalam
rangka mendekatkan diri kepada-Nya [Al Mukmin 40;60]
. ”Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
Rasulullah menyatakan
dalam hadits qudsi,”Allah Ta’ala
berfirman,”Kesombongan adalah selendang-Ku dan kebesaran adalah sarung-Ku, maka
barangsiapa menyamai-Ku salah satu dari keduanya, maka pasti Ku lemparkan ia ke
dalam jahanam dan tidak akan Ku perlihatkan lagi”[HR.Muslim, Abu Daud dan
Ibnu Majah].
Takabur atau angkuh dan
sombong itu terbagi menjadi dua, yaitu yang dalam batin dan yang tampak lahir,
yang batin ialah yang merupakan kelakuan-kelakuan yang keluar dari anggota
badan. Kelakuan – kelakuan ini amat banyak sekali bentuknya dan oleh karena itu
sukar untuk dihitung dan diperinci satu persatu. Bahaya sifat ini besar sekali
sedang kerusakan yang diakibatkannyapun sangat luar biasa hebatnya.
Bagaimanakah tidak akan besar bahayanya, sedangkan Rasululah Saw sendiri pernah
bersabda,”Tidak dapat masuk syurga
seseorang yang dalam hatinya terdapat seberat debu dari sifat ketakaburan”[HR.Muslim]
Sifat takabur ini sampai
dapat tabir atau penghalang antara seseorang yang memilikinya dengan syurga.
Sebabnya tidak lain ialah karena takabur
itu pulalah yang merupakan batas pemisah antara seseorang dengan akhlak dan
budi pekerti kaum mukmin seluruhnya. Akhlak serta budi pekerti yang baik adalah
merupakan pintu-pintu syurga, sedangkan takabur itu sendiri yang menyebabkan
tertutupnya pintu-pintu tersebut.
Banyak hal yang
menyebabkan seseorang takabut yaitu ilmu pengetahuan, amalan dan ibadat,
keturunan atau silsilah, karena ganteng dan cantik, harta kekayaan, kekuatan
dan ketangkasan tubuh, banyaknya pengikut, penolong, keluarga atau kerabat dan
menutupi kekurangan serta kebodohan seseorang.
Kalau sekiranya manusia
menyadari eksistensinya sebagai hamba, segala kelebihan yang dimiliki semuanya
itu dari Allah yang wajib disyukuri, maka tidaklah layak dia untuk
sombong,angkuh dan takabur. Kesadaran inilah akhirnya menjadikannya seolah-olah
lebih besar dari Tuhan yang menciptakannya [Abasa 80 ;17-22]
17. binasalah manusia; Alangkah Amat sangat kekafirannya?
18. dari Apakah Allah menciptakannya?
19. dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.
20. kemudian Dia memudahkan jalannya.
21. kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,
22. kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali.
Perhatikanlah baik-baik
isi ayat tersebut, Allah Ta’ala menunjukkan sejalas-jelasnya kepada kita
tentang asal kejadian manusia, bagaimana keadaan waktu permulaannya,
pertengahannya dan selanjutnya bagaimana pula akhir penghabisannya.
Adapun permulaan manusia
itu sama sekali tidak ada, tidak ada sebutan sesuatupun mengenai makhluk
manusia itu. Bertahun-tahun manusia itu tetap tidak ada dan tidak
disebut-sebut. Ini saja sudah cukup untuk disadari betapa rendahnya.
Resapkanlah dalam hati, adakah sesuatu
benda yang lebih hina dari sesuatu yang asalnya tidak ada itu.
Setelah itu Allah berkenan untuk menciptakannya, yaitu dari
suatu bahan yang amat kotor, menjijikkan bila dilihat, keluar dari tempat
memalukan untuk menyebutnya. Lalu dari inilah Allah membuatnya menjadi segumpal
darah, lalu dijadikan sekepal daging dan
akhirnya dijadikan tulang yang dibungkus pula dengan daging. Itulah
keadaan manusia pada permulaan wujudnya. Jadi barulah ada sebutan manusia itu
sesudah menempuh berbagai ragam evolusi dengan sifat-sifatnya yang tersendiri,
hall ihwalnya yang tertentu yang semuanya itu menunjukkan kerendahan dan
kehinaannya.
Memang Allah menjadikan
manusia itu tidaklah terus menjadi sempurna sejak permulaan, tetapi sebagaimana kita maklumi pada pertama
kalinya hanyalah berupa benda mati, tidak dapat mendengar, melihat, merasa,
bergerak, berbicara, mengambil, berfikir, memeriksa dan lain-lain. Jadi sudah
mati dulu sebelum hidupnya, lemah dulu
sebelum kuatnya, bodoh dulu sebelum pandainya, buta dulu sebelum memperoleh petunjuk, miskin dulu
sebelum kaya dan lemah dulu sebelum kuasanya [Imam Al Gazali,Bimbingan Menuju
Akhlak Mukmin]
Allah berfirman dalam
surat An Nahl 16;22
”Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha
Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka
mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang
sombong.”
Tersesatnya syaitan atau
iblis setelah beriman dan beribadah kepada Allah terletak pada sifat sombongnya
yang luar biasa, walaupun senior, hidup telah lama dibandingkan Adam serta
banyak ibadah yang dilakukan,akhirnya seluruh ibadah dan pengabdian selama ini
sia-sia karena keangkuhan dan enggan untuk sujud memberi hormat kepada Adam.
Rupanya Allah menilai seseorang bukan terletak kepada banyak atau sedikitnya
ibadah, termasuk sampai dimana letak ketaatan yang tanpa reserve dapat
diujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesesatan syaitan dan kutukan Allah
kepadanya tidak berhenti demikian saja, tapi dia berusaha mencari teman
sebanyak-banyaknya, dengan jalan menanamkan sifat-sifat negatif kepada manusia
diantaranya sombong, congkak dan takabur serta angkuh, penyakit ini semua
adalah sarana untuk menyesatkan manusia dari rel keimanan, bila tidak
berhati-hati, sifat ini dibudayakan atau dilestarikan maka akan tampillah
pemimpin dan rakyat yang sulit diatur, arogansinya sebagai upaya untuk menutupi
kelemahan dirinya
Namun
demikian, orang-orang yang disebut mukhtal fakhur yaitu mereka yang sombong,
congkak, takabur dan merasa tinggi,
tetap berharap karunia dari Allah dengan permohonan panjang lagi kontinyu, akan tetapi dikala
semua permintaan mereka itu berhasil cendrung berpaling, tidak bersyukur atas
nikmat tersebut [Al Isra’ 17;83]
”Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada
manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong;
dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.”
Ingin jadi hamba yang
dihargai oleh manusia di bumi serta dihormati oleh makhluk di langit, silahkan
punya kelebihan dari orang lain dalam berbagai asfek kehidupan dengan syarat
jadilah orang yang tawadhu, tinggikan diri dengan merendahkan hati, orang yang
meninggikan dirinya [Sombong] maka dia akan direndahkan Allah, orang yang
rendah hati [tawaddhu’ ] akan ditinggikan Allah.
Allah Yang Menunjukkan Kebesaran-Nya,
Dialah Yang Agung, Dia Yang Sombong dan mengalahkan kesombongan para penguasa
yang tidak beriman kepada-Nya sebagaimana Fir’aun, makhluk tidak pantas
memiliki sifat ini karena sombong, takabbur, yang menunjukkan kebesaran, hanya
milik Allah semata-mata, Rasulullah bersabda; “Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi
dari kesombongan.” (HR. Muslim)
Allah menyatakan tentang eksistensi-Nya “Keagungan adalah sarungKu dan kesombongan
adalah pakaianKu.Barangsiapa merebutnya (dari Aku) maka Aku menyiksanya.“(HR.
Muslim)
Banyak penguasa yang akhirnya mengalami
nasib yang naas akibat memakai pakaian Allah yaitu pakaian sombong-Nya,
seharusnya manusia, apapun jabatan
walaupun sebagai raja maka dia tetap manusia, sedangkan Yang Maha Raja,
Yang Mempunyai kekuasaan adalah Allah. Sedangkan hal kecil saja yang dilakukan
manusia dalam kehidupannya, ada unsur sombong, membanggakan dan membesarkan
dirinya maka hal itu sudah merebut kekuasaan Allah, “Selagi
orang berjalan dan merasa bangga dengan tutup kepala dan kedua baju rangkapnya
maka tiba-tiba dia dibenamkan ke dalam tanah lalu dia bergelimang di dalam
tanah sampai hari kiamat” (HR. Muslim)“Barangsiapa
membanggakan dirinya sendiri dan berjalan dengan angkuh maka dia akan menghadap
Allah dan Allah murka kepadanya.” (HR. Ahmad).
Sifat dan sikap sombong terjadi karena
beberapa pengaruh diantaranya adalah pengaruh mengikuti hawa nafsu dan pengaruh
mengikuti keinginan ego, bila ini ada pada seorang mukmin maka dia akan
diperkuda oleh kesombongannya, tentu tidak dibenarkan dalam aqidah islamiyyah,
itulah makanya kita harus menundukkan hawa ha
nafsu dan menekan ego kita agar tunduk pada kebesaran Allah
semata.
Al-Qur’an adalah minhaj
Rabbani yang diberikan kepada Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam untuk
seluruh umat manusia, dan mengikuti agama (din) Allah, yang akan menyelamatkan
kehidupan mereka di dunia di akhirat. Minhaj Rabbani ini bersifat mutlak
(final), dan akan berlaku sepanjang zaman (sepanjang kehidupan manusia).
Meskipun, banyak diantara umat manusia yang menolak dan menentangnya. (QS.
Al-A’raf : 2, 3).
Tetapi seperti digambarkan
dalam Al-Qur’an yang menceritakan tidak semua umat menerima Al-Qur’an yang
merupakan petunjuk (hudan), dan jalan lurus (shirat) yang diberikan oleh Allah
kepada manusia. Manusia ada yang hati tertutup (kufur), tidak menerima risalah
Allah Azza wa Jalla, dan menolaknya dengan terang-terangan. Mereka yang menolak
risalah Allah itu, mereka yang yang mengikuti hawa nafsunya sebagai jalan
hidupnya.Ketika menolak din (agama) Allah, mereka binasa. Di negeri-negeri yang
umatnya terang-terangan menolak din Allah dihancurkan. Bahkan bukan hanya
dihancurkan mereka itu, tetapi mendapatkan siska yang amat dahsyat dari Allah
Rabbul Alamin, akibat perbuatan mereka yang zalim. (QS. Al-A’raf : 4, 5)
Tentu, yang pertama dilaknat
oleh Allah Ta’ala, tak lain, adalah Iblis, yang membangkang, karena sifatnya
yang sombong. Kesombongan Iblis itu, tak lain karena merasa dirirnya lebih
mulia dibanding dengan Adam As, karena Iblis diciptakan dari api, sedangkan
Adam As dari tanah. Jadi kekafiran lahir, dapat pula dari adanya asal
usul.Inilah yang banyak terjadi sekarang ini, di mana manusia juga mengikuti
jejak Iblis, yang mengagungkan asal-usul (keturunan), bukan yang menjadi ukuran
keimanan dan ketakwaannya.Maka, Iblis diusir dari surga oleh Allah, karena
sikapnya yang sombong dan ingkar itu. (QS. Al-A’raf : 12,13)[Mashadi,Eramuslim, Belajarlah Dari
Kehancuran Kaum Terdahulu,Senin, 16/08/2010 14:02 WIB ]
Allah Al Mutakabbirin, Yang menunjukkan
Kebesaran-Nya, tak satupun makhluk-Mu yang menyamai sifat mulia-Mu ini, hanya
Engkaulah yang Maha Besar, Yang Mampu Menunjukkan Kebesaran-Mu, Engkaulah Yang
Memiliki Sifat Sombong, ini merupakan pakaian-Mu, sedangkan manusia adalah
hamba-Mu, mendapat kelebihan karena karunia dari-Mu, tidak pantas manusia
menyombongkan sesuatu yang bukan milik mutlak dirinya.
Ya
Ilahi, berilah hamba-Mu ini kesadaran untuk mengakui Kebesaran, Ke-agungan dan
Keperkasaan-Mu, sehingga manjadi orang tawadhu’, rendah hati dan santun kepada
siapapun, tidak ada yang perlu dibanggakan apalagi menyombongkan diri yang
lemah dan tidak memiliki apa-apa tanpa karunia dari-Mu karena Engkaulah yang Al
Mutakabbirin, Engkaulah yang Maha Besar, Wallahu a’lam [Cubadak Solok, 26 Jumadil
Awal 1432.H/ 30 April 2011.M, Jam 07;48].
Referensi;
1.Kuliah
Tafsir, Faktar IAIN Raden Intan Lampung, 1989
2.Al
Qur'an dan Terjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs.Mukhlis Denros, 2009
4.1100 Hadits Terpilih, Dr. Muhammad
Faiz Almath - Gema Insani Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar