Senin, 15 Juni 2015

49. Ash Shami', Maha Mendengar









AS SAMI’
[ Maha Mendengar]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

                Allah itu Maha Mendengar, Dia mendengarkan semua suara yang terhalus sekalipun, bahkan desingan angin yang sangat pelan, atau suara jatuhnya lembaran daun di hutan Dia mendengarnya. Desahan nafas dan detak jantung manusia yang manusia sendiri tidak mengenal suara itu, Allah mendengarnya, karena memang Dia As Sami’, Maha Mendengar.

            Pengakuan manusia dimanapun juga akan diketahui dan didengar oleh Allah, apakah pengakuan hati itu akan beriman kepada Allah atau akan kafir kepada-Nya semuanya menjadi jelas bagi Allah, sehingga dalam hati manusia hanya ada salah satu dari dua alternatif, iman atau kafir.Iman yang disembunyikanataukafir yang ditutupdihadapanmanusiamungkinsajabisaditipusiapapun, tapitidaklahbagi Allah, DiaMahaMendengardanMahaMengetahui;
”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”[Al Baqarah 2;256]

DalampeperanganKhaibarkaummusliminberdo’adengansuarakeras, laluRasulbersabda,”Kendalikandirimu, sebabkamuberserutidakkepada orang tuliatau yang ghaib”.berkaitandenganhalitu, makaturunlahfirmanAllah dalam surat Al Baqarah 2;186
            ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw, menceritakan, terdapat tiga orang pemuda yang sedang melakukan perjalanan. Ketika hari sudah malam, mereka masuk ke dalam gua dengan maksud untuk menginap di dalam gua satu malam saja. Setelah mereka berada di dalam, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari puncak bukit itu dan persis menutupi pintu gua. Mereka mencoba mengeluarkan segala tenaga untuk menggeser batu besar itu. Tapi sedikitpun tidak bergerak, sebab memang beratnya bukan imbangan tenaga manusia. Dengan demikian mereka terkurung di dalam gua dan mungkin akan menemui ajalnya.

            Pada saat-saat yang kritis itu mereka menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada yang dapat memberikan jalan keluar bagi mereka dari kesulitan itu selain pertolongan Allah semata. Mereka memutuskan untuk berdo’a kepada Allah dengan menyebutkan amalan ikhlas yang pernah dilakukan, secara bergantian ketiganya berdo’a dengan khusyu’

            ”Ya Allah aku punya seorang ibu dan bapak yang sudah tua dan aku mempunyai seorang isteri dengan dua orang anak. Tiap pagi saya meninggalkan rumah, menggembalakan kambing, kalau sore aku pulang dengan membawa susu kambing murni yang segar untuk minuman ibu bapakku, isteri dan anak-anakku. Suatu hari ya Allah, ketika aku pulang agak terlambat, kudapati ayah dan ibuku sudah tidur, aku tidak tega mengganggu tidur mereka, sedang isteri dan anak-anakku merengek minta minuman susu itu, tapi tidak aku berikan sebelum ayah dan ibuku minum terlebih dahulu. Ya Allah seandainya yang aku lakukan itu adalah sebuah kebaikan, maka tolonglah keluarkan kami dari gua ini dengan selamat”.

            Setelah pemuda yang pertama ini berdo’a, maka batu yang menutupi gua itu bergerak sehingga tampak secercah cahaya keberhasilan, tapi belum bisa keluar. Pemuda keduapun berdo’a;

            ”Ya Allah, aku adalah seorang majikan dari sekian buruh yang bekerja di perkebunanku. Pada suatu hari salah seorang  dari mereka pergi tanpa meninggalkan pesan sehingga upahnya belum diambilnya. Gaji buruhku itu aku belikan sepasang kambing yang aku urus dengan baik, sampai berbulan dan bertahun, maka jadilah kambing itu jumlahnya ratusan ekor. Tanpa diduga buruh itu datang lagi untuk meminta upahnya yang belum dibayar dahulu, maka ya Allah aku serahkan seluruh kambing itu kepadanya dengan ikhlas, andaikata ini suatu amal ibadah, mohon lepaskan kami dari bahaya ini”.

            Tidak begitu lama batu itupun bergerak semakin lebar, tapi belum bisa dilalui, maka tampillah pemuda ketiga dengan do’anya;

            ”Ya Allah, aku adalah seorang pemuda yang punya kekasih, kebetulan dia anak pamanku yang cantik. Pada suatu hari aku berdua saja dengannya berjalan-jalan sehingga kami berada pada tempat yang jauh, tidak ada orang lain, kami hanya  berdua saja, sehingga timbul syahwaku untuk menggaulinya dan diapun pasrah. Saat aku berada  di atasnya untuk melakukan perbuatan nista itu aku sadar dan lari meninggalkannya, sungguh ya Rabbi semua itu karena hidayah-Mu dan aku tidak jadi melakukan perbuatan terkutuk itu, ya Allah bila ini suatu kebaikan maka selamatkanlah kami dari derita ini ”.

            Tidak berapa lama sesudah pemuda itu berdo’a secara otomatis batu itu bergulir kencang meninggalkan mulut gua, maka selamatlah mereka dari bencana yang nyaris membunuh ketiganya. Allah bukan hanya mendengarkan doa yang mereka sanjungkan tapi sekaligus mengabulkan do’a para pemuda itu, Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan do’a hamba-Nya.

                Di dunia ini sebenarnya tidaksatupun yang bisa dirahasiakan oleh manusia, merahasiakan sebuah kejadian kepada manusia bisa saja terjadi tapi sebenarnya kejadian itu tidaklah rahasia bagi Allah, walaupun disebutkan bahwa hal itu merupakan rahasia, pembicaraan yang  rahasia sekalipun tidaklah menjadi rahasia oleh Allah, karena bagaimanapun kecilnya bisikan dari pembicaraan yang rahasia itu maka Allah pasti mendengarnya, hal ini dialami oleh Rasulullah SAW dalam kehidupan rumah tangganya;
”Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan Peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan Menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."[At Tahrim 66;3]

            As Sami’, Allah yang Maha Mendengar, dari sekalian makhluk yang diciptakan-Nya, khususnya manusia, dalam hal mendengar manusia terdiri dari beberapa tipe, ada yang tidak mau mendengar walaupun berbagai pengajaran disampaikan kepadanya sehingga tidak ada manfaatnya pengajaran itu baginya, mereka          adalah orang-orang kafir, yang pendengaran, penglihatan dan hati mereka sudah ditutup dari hidayah;
”Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.”[Al Baqarah 2;6-7]

                Orang-orang yang beriman, adalah hamba Allah yang memfungsikan pendengarannya untuk mendengarkan pengajaran dan nasehat agama, apa yang dia dengar dari ajaran tersebut akan diaplikasikan dengan ketaatan dan pengabdian tanpa ragu-ragu, orang yang beginilah akan mendapat keberuntungan di dunia hingga di akherat;
”Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”[An Nuur 24;51]

Sedangkan orang yang mengikuti nabi Musa dimasa itu, ketika ada sesuatu ajakan yang harus dilaksanakan, mereka akan menjawab ”Sami’na wa ashaina” kami mendengar dan kami lalai”.Orang-orang zaman sekarang, dikala diamanatkan kepada mereka sebuah seruan untuk dilaksanakan, mungkin mereka akan menjawab,”Sami’na wa fikir-fikirna”, Kami dengar dan kami fikir-fikir dahulu untuk melaksanakannya.

                Allah yang Maha Mendengar, mengajarkan kepada hamba-Nya untuk mendengarkan hal-hal yang dibenarkan oleh syariat, segala yang bertentangan dengan itu harus ditinggalkan, sampai kepada mendengarkan musikpun haruslah selektif, tidak sebatas berhibur saja tapi dalam hiburan itu ada hikmah dan pahala yang dapat diambil. DR. Yusuf Al Qardhawi dalam bukunya ”Halal Haram dalam Islam’’ menyatakan beberapa hal  tentang hukum menyanyi dan mendengarkannya.
Jadibarangsiapamendengarkannyanyiandenganniatuntukmembantubermaksiatkepada Allah, makajelasdiaadalahfasik --termasuksemuahalselainnyanyian.Dan barangsiapaberniatuntukmenghiburhatisupayadengandemikiandiamampuberbaktikepada Allah dantangkasdalamberbuatkebajikan, makadiaadalah orang yang taatdanberbuatbaikdanperbuatannya pun termasukperbuatan yang benar. Dan barangsiapatidakberniatuntuktaatkepada Allah dantidakjugauntukbermaksiat, makaperbuatannyaitudianggap main-main saja yang dibolehkan, sepertihalnyaseorangpergikekebununtukberlibur, danseperti orang yang duduk-duduk di depan sofa sekedarmelihat-lihat, danseperti orang yang mengkelirbajunyadenganwarnaungu, hijaudansebagainya.
Namun di situ adabeberapaikatan yang haruskitaperhatikansehubungandenganmasalahnyanyianini, yaitu:
1. Nyanyianituharusdiperuntukkanbuatsesuatu yang tidakbertentangandenganetikadanajaran Islam. Olehkarenaitukalaunyanyian-nyanyiantersebutpenuhdenganpujian-pujianterhadap arak danmenganjurkan orang supayaminum arak, misalnya, makamenyanyikanlagutersebuthukumnya haram, dansipendengarnya pun haram juga.Begitulahnyanyian-nyanyian lain yang dapatdipersamakandenganitu.
2. Mungkinsubyeknyanyianitusendiritidakmenghilangkanpengarahan Islam, tetapicaramenyanyikan yang dilakukanolehsipenyanyiituberalihdarilingkungan halal kepadaI;ngkungan haram, misalnyalengganggayadengansuatukesengajaan yang dapatmembangkitkannafsudanmenimbulkanfitnahdanperbuatancabul.
3. Sebagaimana agama akanselalumemberantassikapberlebih-lebihandankesombongandalamsegalahalsampai pun dalamberibadah, makabegitujugahalnyaberlebih-lebihandalamhiburandanmenghabiskanwaktuuntukberhibur, padahalwaktuitusendiriadalahberartihidup!
Tidakdapatdiragukanlagi, bahwaberlebih-lebihandalammasalah yang mubahdapatmenghabiskanwaktuuntukmelaksanakankewajiban-kewajiban.Makatepatlah kata ahlihikmah: "Tidakpernahsayamelihatsuatuperbuatan yang berlebih-lebihan, melainkan di balikituadasuatukewajiban yang terbuang."
4. Tinggaladabeberapahal yang seharusnyasetiappendengarnyaitusendiri yang memberitahukepadadirinyasendiri, yaituapabilanyanyianatausatumacamnyanyianitudapatmembangkitkannafsudanmenimbulkanfitnahsertanafsukebinatangannyaitudapatmengalahkansegirohaniahnya, makadiaharusmenjauhinyanyiantersebutdandiaharusmenutuppintu yang darisitulahanginfitnahakanmenghembus, demi melindungihatinya, agamanyadanbudiluhurnya. Sehinggadengandemikiandiadapattenangdangembira.
5. Di antara yang sudahdisepakati, bahwanyanyian yang disertaidenganperbuatan-perbuatan haram lainnyaseperti: di persidangan arak, dicampurdenganperbuatancabuldanmaksiat, maka di sinilah yang olehRasulullahs.a.w. pelakunya, danpendengarnyadiancamdengansiksaan yang sangat.
            Allah yang Maha Mendengar, membolehkan hamba-Nya untuk mendengarkan perkataan yang baik, jauh dari unsur maksiat, karena pendengaran itu merupakan amanah, setiap apa yang kita dengar dan yang kita lihat pasti akan diminta kelak pertanggungjawabannya di akherat.

Ya Allah, Yang Maha Mendengar, nyaringkanlah pendengaran kami untuk mendengarkan seruan-Mu melalui para nabi dan rasul serta ulama dan mubaligh yang menyampaikannya, dengan taufiq dan hidayah-Mu jauhkan kami dari segala hal-hal yang tidak layak untuk kami dengarkan, sudah terlalu banyak dosa dan maksiat kami ya Allah yang berkaitan dengan pendengaran ini, ampunilah kami ya Allah.Wallahu a’lam [CubadakSolok, 08 JumadilAwal 1432.H/ 12 April 2011.M, Jam 20;45].


Sumber;
1.DR. Yusuf Al Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam
2.Al Qur'an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
3.Kumpulan Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar