AR RAHMAN
[Yang Maha Pengasih]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS
Dialah
Ar Rahman, Yang Maha Pengasih, kasih-Nya tidak pernah kering untuk semua
makhluk-Nya yang ada di langit dan di bumi, karena kasih-Nya lah maka manusia
khususnya menerima nikmat dan karunia yang tidak dapat dihitung apalagi untuk
membalasnya, jangankan kasih Allah kepada makhluk-Nya, sedangkan kasih seorang
ibu saja tidak dapat diukur oleh seorang anak.
“Maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu dustakan?”[Ar Rahman 55;13].
Kalau kita
mencoba untuk menghitung nikmat Allah tersebut, sejak kita lahir hingga
meninggal dunia, sudah berapa udara yang kita hirup, berapa banyaknya air yang
menjadi minuman, bahan makanan yang sudah kita suap ke rongga kita, belum lagi
nikmat sehat, suasana aman dan nyaman, sungguh tidak akan terhitung, sedangkan
nikmat Allah sejak bangun tidur hingga tidur
lagi saja kita sulit untuk mengkalkulasikannya, kalau ingin juga untuk
menghitungnya, cobalah;
“dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[An Nahl 16;18].
Yang dikehendaki
Allah dari hamba-Nya adalah kesyukuran
bukan kekufuran, bila nikmat Allah ditukar dengan kekufuran maka tentu akan
mendapat balasan yang setimpal;
“Tidakkah kamu
perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan
menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?,Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk
kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.’’[Ibrahim 14;28-29]
Disadari atau tidak, ternyata tidak
sedikit orang yang hancur luluh keimanannya hanya karena ketidakmampuannya
menghadapi musibah dalam hidup.Salah satu penyebabnya karena salah dalam
memahami makna musibah dan salah pula dalam menyikapinya.Kesalahan seseorang
dalam memaknai dan menyikapi musibah akibatnya bisa sangat fatal terhadap
keimanannya.”
Bagi seorang mu’min tentu meyakini
bahwa, segala sesuatu hanya akan terjadi di dunia ini karena, “Kun Fayakun”
Allah, sehingga segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini terutama yang
tidak kita inginkan harusnya menjadi bahan “muhasabah” (introspeksi) atau
“tazkirah” (peringatan) apa yang sebenarnya sedang Allah rencanakan untuk kita
.Berbicara masalah musibah, sebenarnya
musibah adalah sesuatu yang mutlak akan dialami oleh manusia dalam menjalani
kehidupannya, baik seseorang itu yang kafir maupun mu'min. Jika musibah menimpa
orang yang kafir, pasti itu adalah azab. Allah SWT berfirman:
“Dan
Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia)
sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke
jalan yang benar).” [As Sajdah 32;21].
Namun, jika
menimpa orang yang mu'min, pasti itu adalah bentuk kasih-sayang Allah SWT.Dalam
sebuah hadits Rasulullah Saw pernah menyatakan, "Jika Allah sudah
mencintai suatu kaum maka Allah SWT akan memberikan bala, ujian atau
cobaan".Ini semakin mempertegas kepada kita bahwa musibah bagi orang-orang
yang mu'min itu sebagai bentuk kasih-sayang.
Paling tidak, ada "tiga"
kemungkinan yang mendasari terjadinya musibah yang menurut Al Qur'an sebagai
bentuk kasih-sayang Allah SWT kepada orang-orang mu'min.Pertama, sebagai ujian
keimanan bagi orang mu'min. Kasih-sayang Allah kepada hamba-Nya yang mu'min di
antaranya ditunjukkan-Nya dengan menurunkan musibah dengan memberikan peluang
kepada hamba-hamba-Nya yang mu'min untuk mengikuti ujian dalam proses
peningkatan keimanannya. Allah SWT berfirman:
"Adakah
manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja oleh Allah untuk menyatakan,
"aamannaa" (kami telah beriman) padahal Kami belum lagi memberikan
ujian kepada mereka. Sungguh telah Kami uji umat sebelum mereka, dengan ujian
itu jelaslah oleh Kami siapa yang benar pengakuan keimanannya itu dan siapa
pula yang dusta" (Al Ankabuut, 29 : 2-3).
Hakikatnya ujian itu sendiri sebenarnya
adalah sesuatu hal yang sangat positif, yang tidak positif adalah jika
seseorang yang telah diberi peluang untuk mengikuti ujian lalu ia tidak
memanfaatkan peluang tersebut secara optimal sehingga tidak lulus. Betapa
ruginya seseorang jika tidak diberi kesempatan untuk mengikuti ujian.
Sebaliknya, alangkah beruntung dan bahagianya seseorang yang telah diberi
peluang mengikuti ujian dan berhasil lulus dalam ujiannya.
Disadari atau tidak, selama ini kita mungkin telah banyak melakukan kekeliruan dalam memaknai dan menyikapi musibah yang terjadi.Kadang pandangan kita selama ini dalam memaknai dan menyikapi musibah terlalu cenderung pada nilai duniawi.Kemudian kita menganggap ujian itu sebagai bentuk musibah yang sebenarnya sesuatu yang tidak diharapkan.Sehingga ukuran keshalehan seseorang pun kadang dilihat dari kurangnya musibah dalam hidupnya.Ini pandangan yang keliru terhadap makna musibah yang sebenarnya.
Kedua, boleh jadi musibah sebagai bentuk kasih-sayang Allah SWT kepada orang-orang mu'min "bukan" sebagai ujian keimanan, tetapi justru karena Allah SWT sedang memilihkan hal yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya. Namun, karena ketidakmampuan untuk bisa memahami hikmah di balik dari suatu peristiwa, lantas kita akhirnya menganggap peristiwa yang terjadi itu sebagai musibah.[Republika.co.id,Red:taufik rachman, Menyikapi Musibah,Kamis, 15 Oktober 2009, 12:34 WIB]
Kasih
Allah tidak semata-mata yang berkaitan dengan materi saja, tapi cobaan dan
ujian yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman juga merupakan ujud
kasih Allah, lihatlah bagaimana para nabi dan rasul tidak melulu mendapatkan karunia
berupa materi saja tapi nikmat ukhrawi juga merupakan nikmat yang tidak kalah
harganya.
“Allah mempunyai Asmaul Husna.Maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut Asmaul Husna itu.” (QS. al A’raf: 180)
Ya Rahman, wahai Engkau Yang Maha
Pemurah.Sungguh, tak ada satupun mahluk di langit dan di bumi, yang datang
kepada-Mu sebagai seorang hamba.Tak satupun. Tepat seperti firman-Mu,;
“Tidak
ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah, sebagai seorang hamba.” (QS. Maryam 19: 93)
Dan ketika seorang hamba datang,
mengiba-iba, menyebut nama-Mu, wahai ar Rahman, maka dengan seluruh rahmat Kau
berikan kasih sayang. Kekasih yang mendekati Sang Maha Kekasih, akan mendapat
limpahan kasih. Itulah janji-Nya. Kekasih yang mencintai Sang Maha Kekasih,
akan selalu basah bibir dan lidahnya menyebut selalu nama yang tercinta.
Rasul-Mu mengajarkan kepada
kami.“Apabila kamu memohon, maka mohonlah hanya kepada Allah.Jika kami meminta
pertolongan, maka mintalah pertolongan hanya kepada Allah. Jagalah hak-Nya,
maka Dia akan menjaga hakmu. Jagalah perintah-Nya, niscaya kamu akan
mendapatkan-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah di saat lapang, niscaya Allah
akang mengenal di saat sempit dan kesulitan.” (HR. Tirmidzi & Imam Ahmad)
Mereka yang basah bibir dan lidahnya,
dengan kata sederhana ar Rahman, akan mendapat limpahan kasih sayang. Mereka
yang selalu terngiang di hati dan benaknya, kata sederhana ar Rahman, akan
selalu menjadi mahluk yang penuh kasih sayang.
Membaca ar Rahman, akan membuat manusia
yang melafadzkan memiliki ingatan yang sangat kuat tentang hikmah dan pelajaran
kehidupan. Membaca ar Rahman, akan membuat seorang manusia yang lemah memiliki
pengetahuan yang gilang gemilang. Membaca ar Rahman, akan menjaga mereka yang mengucapkan
dari ancaman hati yang keras.
Wahai yang
Maha Rahman, sungguh, masukkan nama-nama kami ke dalamnya. Karena, mereka yang
memiliki ingatan yang kuat atas hikmah, mereka yang mempunyai pengetahuan yang
bijaksana, serta mereka yang dihindarkan dari kerasnya hati, adalah golongan
yang akan selamat di hari nanti. (cyber Sabili, Ar RahmanJumat, 16 April 2010
06:13 Herry nurdi]
Kasih Allah
juga mempengaruhi kepribadian manusia, Allah dengan sifat-Nya Yang Ar Rahman,
Yang Maha Pengasih, maka seharusnya seorang hamba juga ada sifat demikian,
punya rasa kasih sayang.
“Orang yang belas kasihan akan dikasihi Arrahman (Yang Maha Pengasih),
karena itu kasih sayangilah yang di muka bumi, niscaya kamu dikasih-sayangi
mereka yang di langit.‘’(HR. Bukhari)
“Allah Azza wajalla berfirman (hadits
Qudsi): "RahmatKu mendahului murkaKu." (HR. Muslim)
“Tiada dicabut rahmat kecuali dari (hati) seorang pendurhaka.” (HR. Abu Dawud)
“Barangsiapa tidak
mengasihi dan menyayangi manusia maka dia tidak dikasihi dan tidak disayangi
Allah.“(HR. Bukhari)
Ar
Rahman, Allah Yang Maha Pengasih, memberikan kasih-Nya kepada hamba tanpa pilih
kasih, tak satupun makhluk yang tidak merasakan kasih dari Allah, Allah
memberikan Kasih-Nya kepada semuanya, ibarat hitungan matematis, kasih Allah
itu banyaknya 100 %, yang baru diberikan-Nya kepada makhluk di dunia ini baru 1
% saja dan itu mencukupi, sedangkan yang 99 % kelak diberikan kepada hamba-Nya
yang shaleh. Tentu hal itu luar biasa banyak, luas dan nikmatnya.
Ya Ar Rahman,
Tuhan Yang Maha Kasih, limpahan kasih-Mu membuat kami menikmati segalanya di
dunia, terlalu banyak rasanya nikmat itu ya Allah sehingga seluruh makhluk-Mu
merasakannya, ya Allah, berilah kepada kami simpanan kasih-Mu yang masih banyak
jumlahnya, masukkan hamba ini untuk mendapatkannya di syurga-Mu. Ya Allah
rahmatilah kami, masukkanlah hamba ini dalam rombongan orang-orang yang akan
mendapatkan kasih-Mu kelak di akherat selama-lamanya, wallahu a’lam [Cubadak
Solok, 04 Jumadil Awal 1432.H/ 08 April 2011.M, Jam 08;35].
Referensi;
1. Al Qur’an dan terjemahannya,
Depag RI 1994/1995
2. KumpulanCeramah Praktis,
Mukhlis Denros, 2009
3.Republika.co.id,Red:taufik rachman,
2009
4.Cyber Sabili, Herry nurdi Ar
Rahman ,2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar