Kamis, 18 Juni 2015

35. Ar Rahman, Yang Maha Pengasih




AR RAHMAN
[Yang Maha Pengasih]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS

            Dialah Ar Rahman, Yang Maha Pengasih, kasih-Nya tidak pernah kering untuk semua makhluk-Nya yang ada di langit dan di bumi, karena kasih-Nya lah maka manusia khususnya menerima nikmat dan karunia yang tidak dapat dihitung apalagi untuk membalasnya, jangankan kasih Allah kepada makhluk-Nya, sedangkan kasih seorang ibu saja tidak dapat diukur oleh seorang anak.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”[Ar Rahman 55;13].

Kalau kita mencoba untuk menghitung nikmat Allah tersebut, sejak kita lahir hingga meninggal dunia, sudah berapa udara yang kita hirup, berapa banyaknya air yang menjadi minuman, bahan makanan yang sudah kita suap ke rongga kita, belum lagi nikmat sehat, suasana aman dan nyaman, sungguh tidak akan terhitung, sedangkan nikmat Allah sejak bangun tidur hingga tidur  lagi saja kita sulit untuk mengkalkulasikannya, kalau ingin juga untuk menghitungnya, cobalah;
“dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[An Nahl 16;18].

Yang dikehendaki Allah dari hamba-Nya  adalah kesyukuran bukan kekufuran, bila nikmat Allah ditukar dengan kekufuran maka tentu akan mendapat balasan yang setimpal;
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?,Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.’’[Ibrahim 14;28-29]
Disadari atau tidak, ternyata tidak sedikit orang yang hancur luluh keimanannya hanya karena ketidakmampuannya menghadapi musibah dalam hidup.Salah satu penyebabnya karena salah dalam memahami makna musibah dan salah pula dalam menyikapinya.Kesalahan seseorang dalam memaknai dan menyikapi musibah akibatnya bisa sangat fatal terhadap keimanannya.”
Bagi seorang mu’min tentu meyakini bahwa, segala sesuatu hanya akan terjadi di dunia ini karena, “Kun Fayakun” Allah, sehingga segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini terutama yang tidak kita inginkan harusnya menjadi bahan “muhasabah” (introspeksi) atau “tazkirah” (peringatan) apa yang sebenarnya sedang Allah rencanakan untuk kita
.Berbicara masalah musibah, sebenarnya musibah adalah sesuatu yang mutlak akan dialami oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, baik seseorang itu yang kafir maupun mu'min. Jika musibah menimpa orang yang kafir, pasti itu adalah azab. Allah SWT berfirman:
“Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” [As Sajdah 32;21].
            Namun, jika menimpa orang yang mu'min, pasti itu adalah bentuk kasih-sayang Allah SWT.Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw pernah menyatakan, "Jika Allah sudah mencintai suatu kaum maka Allah SWT akan memberikan bala, ujian atau cobaan".Ini semakin mempertegas kepada kita bahwa musibah bagi orang-orang yang mu'min itu sebagai bentuk kasih-sayang.
Paling tidak, ada "tiga" kemungkinan yang mendasari terjadinya musibah yang menurut Al Qur'an sebagai bentuk kasih-sayang Allah SWT kepada orang-orang mu'min.Pertama, sebagai ujian keimanan bagi orang mu'min. Kasih-sayang Allah kepada hamba-Nya yang mu'min di antaranya ditunjukkan-Nya dengan menurunkan musibah dengan memberikan peluang kepada hamba-hamba-Nya yang mu'min untuk mengikuti ujian dalam proses peningkatan keimanannya. Allah SWT berfirman:
"Adakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja oleh Allah untuk menyatakan, "aamannaa" (kami telah beriman) padahal Kami belum lagi memberikan ujian kepada mereka. Sungguh telah Kami uji umat sebelum mereka, dengan ujian itu jelaslah oleh Kami siapa yang benar pengakuan keimanannya itu dan siapa pula yang dusta" (Al Ankabuut, 29 : 2-3).
Hakikatnya ujian itu sendiri sebenarnya adalah sesuatu hal yang sangat positif, yang tidak positif adalah jika seseorang yang telah diberi peluang untuk mengikuti ujian lalu ia tidak memanfaatkan peluang tersebut secara optimal sehingga tidak lulus. Betapa ruginya seseorang jika tidak diberi kesempatan untuk mengikuti ujian. Sebaliknya, alangkah beruntung dan bahagianya seseorang yang telah diberi peluang mengikuti ujian dan berhasil lulus dalam ujiannya.


Disadari atau tidak, selama ini kita mungkin telah banyak melakukan kekeliruan dalam memaknai dan menyikapi musibah yang terjadi.Kadang pandangan kita selama ini dalam memaknai dan menyikapi musibah terlalu cenderung pada nilai duniawi.Kemudian kita menganggap ujian itu sebagai bentuk musibah yang sebenarnya sesuatu yang tidak diharapkan.Sehingga ukuran keshalehan seseorang pun kadang dilihat dari kurangnya musibah dalam hidupnya.Ini pandangan yang keliru terhadap makna musibah yang sebenarnya.

Kedua, boleh jadi musibah sebagai bentuk kasih-sayang Allah SWT kepada orang-orang mu'min "bukan" sebagai ujian keimanan, tetapi justru karena Allah SWT sedang memilihkan hal yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya. Namun, karena ketidakmampuan untuk bisa memahami hikmah di balik dari suatu peristiwa, lantas kita akhirnya menganggap peristiwa yang terjadi itu sebagai musibah.[Republika.co.id,Red:taufik rachman, Menyikapi Musibah
,Kamis, 15 Oktober 2009, 12:34 WIB]
            Kasih Allah tidak semata-mata yang berkaitan dengan materi saja, tapi cobaan dan ujian yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman juga merupakan ujud kasih Allah, lihatlah bagaimana para nabi dan rasul tidak melulu mendapatkan karunia berupa materi saja tapi nikmat ukhrawi juga merupakan nikmat yang tidak kalah harganya.
            “Allah mempunyai Asmaul Husna.Maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu.” (QS. al A’raf: 180)
Ya Rahman, wahai Engkau Yang Maha Pemurah.Sungguh, tak ada satupun mahluk di langit dan di bumi, yang datang kepada-Mu sebagai seorang hamba.Tak satupun. Tepat seperti firman-Mu,;
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, sebagai seorang hamba.” (QS. Maryam 19: 93)
Dan ketika seorang hamba datang, mengiba-iba, menyebut nama-Mu, wahai ar Rahman, maka dengan seluruh rahmat Kau berikan kasih sayang. Kekasih yang mendekati Sang Maha Kekasih, akan mendapat limpahan kasih. Itulah janji-Nya. Kekasih yang mencintai Sang Maha Kekasih, akan selalu basah bibir dan lidahnya menyebut selalu nama yang tercinta.
Rasul-Mu mengajarkan kepada kami.“Apabila kamu memohon, maka mohonlah hanya kepada Allah.Jika kami meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan hanya kepada Allah. Jagalah hak-Nya, maka Dia akan menjaga hakmu. Jagalah perintah-Nya, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah di saat lapang, niscaya Allah akang mengenal di saat sempit dan kesulitan.” (HR. Tirmidzi & Imam Ahmad)
Mereka yang basah bibir dan lidahnya, dengan kata sederhana ar Rahman, akan mendapat limpahan kasih sayang. Mereka yang selalu terngiang di hati dan benaknya, kata sederhana ar Rahman, akan selalu menjadi mahluk yang penuh kasih sayang.
Membaca ar Rahman, akan membuat manusia yang melafadzkan memiliki ingatan yang sangat kuat tentang hikmah dan pelajaran kehidupan. Membaca ar Rahman, akan membuat seorang manusia yang lemah memiliki pengetahuan yang gilang gemilang. Membaca ar Rahman, akan menjaga mereka yang mengucapkan dari ancaman hati yang keras.
Wahai yang Maha Rahman, sungguh, masukkan nama-nama kami ke dalamnya. Karena, mereka yang memiliki ingatan yang kuat atas hikmah, mereka yang mempunyai pengetahuan yang bijaksana, serta mereka yang dihindarkan dari kerasnya hati, adalah golongan yang akan selamat di hari nanti. (cyber Sabili, Ar RahmanJumat, 16 April 2010 06:13 Herry nurdi]

Kasih Allah juga mempengaruhi kepribadian manusia, Allah dengan sifat-Nya Yang Ar Rahman, Yang Maha Pengasih, maka seharusnya seorang hamba juga ada sifat demikian, punya rasa kasih sayang.

“Orang yang belas kasihan akan dikasihi Arrahman (Yang Maha Pengasih), karena itu kasih sayangilah yang di muka bumi, niscaya kamu dikasih-sayangi mereka yang di langit.‘’(HR. Bukhari)
 
“Allah Azza wajalla berfirman (hadits Qudsi): "RahmatKu mendahului murkaKu." (HR. Muslim)

            “Tiada dicabut rahmat kecuali dari (hati) seorang pendurhaka.” (HR. Abu Dawud)
 
“Barangsiapa tidak mengasihi dan menyayangi manusia maka dia tidak dikasihi dan tidak disayangi Allah.“(HR. Bukhari)

                Ar Rahman, Allah Yang Maha Pengasih, memberikan kasih-Nya kepada hamba tanpa pilih kasih, tak satupun makhluk yang tidak merasakan kasih dari Allah, Allah memberikan Kasih-Nya kepada semuanya, ibarat hitungan matematis, kasih Allah itu banyaknya 100 %, yang baru diberikan-Nya kepada makhluk di dunia ini baru 1 % saja dan itu mencukupi, sedangkan yang 99 % kelak diberikan kepada hamba-Nya yang shaleh. Tentu hal itu luar biasa banyak, luas dan nikmatnya.

Ya Ar Rahman, Tuhan Yang Maha Kasih, limpahan kasih-Mu membuat kami menikmati segalanya di dunia, terlalu banyak rasanya nikmat itu ya Allah sehingga seluruh makhluk-Mu merasakannya, ya Allah, berilah kepada kami simpanan kasih-Mu yang masih banyak jumlahnya, masukkan hamba ini untuk mendapatkannya di syurga-Mu. Ya Allah rahmatilah kami, masukkanlah hamba ini dalam rombongan orang-orang yang akan mendapatkan kasih-Mu kelak di akherat selama-lamanya, wallahu a’lam [Cubadak Solok, 04 Jumadil Awal 1432.H/ 08 April 2011.M, Jam 08;35].

Referensi;
1. Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
2. KumpulanCeramah Praktis, Mukhlis Denros, 2009
3.Republika.co.id,Red:taufik rachman, 2009
4.Cyber Sabili, Herry nurdi Ar Rahman ,2010



Tidak ada komentar:

Posting Komentar