Minggu, 14 Juni 2015

72. Ar Rauf, Yang Peramah



AR RAUF
[ Yang Peramah]
Oleh Drs.St.MUKHLIS DENROS


            Allah memiliki nama dan sifat yang mulia, semuanya dirangkum dalam asma ul husna yaitu nama-nama baik bagi Allah, Ar Rauf, adalah sifat Allah yang penyayang, pengasih, santun dan peramah kepada hamba-Nya.
”Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”[ Al Baqarah 2;143]

            Allah demikian santun atau ramah kepada makhluk-Nya sehingga memperlakukan hamba-Nya dengan baik, Dia turunkan hujan yang diawali dengan gerimis  kecil yang diikuti dengan sepoi angin sehingga menyejukkan cuaca di sekitarnya, ketika gerimis kecil tadi akan menjadi hujan lebat diawali dahulu dengan cahaya kilat dan gemuruh yang indah, hujan itu semuanya  mendatangkan rahmat bagi penghuninya dalam waktu yang berpuluh-puluh bahkan beratus tahun yang lalu, kalaupun di daerah itu akan didatang bencana dengan banjir dan longsor, tidaklah semerta-merta kejadiannya, tapi sudah sekian kali ada peringatan dari para ulama melalui Al Qur’an dan Sunnah agar waspada, dimanapun juga saat kemungkaran sudah merambah luas, dimanapun juga ketika ekosistim sudah hancur dan keseimbangan alam terganggu pasti akan terjadi musibah.

Dengan santun, kasih dan ramahnya Allah, Dia memposisikan manusia demikian luar biasa, dengan kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk Allah yang diberi beberapa kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain. Kelebihan itu  diantaranya; manusia adalah makhluk Allah yang terbaik dibandingkan makhluk yang lain;
"Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya " [At Tin 95;4]

Manusia  adalah makhluk Allah yang termulia dibandingkan makhluk ciptaan Allah yang, kemuliaan itu terbukti diberikan Allah fasilitas untuk hidup di dunia;
"Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan" [Al Isra' 17;70]

            Allah Ar Rauf, Dia Yang Peramah, Dia sayang kepada hamba-Nya, dilimpahi karunia rezeki dari berbagai sumber tanpa diduga-duga datangnya, Dia karuniai hamba-Nya kemudahan hidup sehingga mampu berbuat sesuatu untuk kepentingan bersama, Dia sediakan fasilitas hidup di darat dan di laut untuk kepentingan manusia, bahkan dikala kemungkaran terjadi, masih dibiarkan saja agar sang hamba mau bertaubat kembali kepada jalan yang benar.

Sifatsantundanramahmerupakanbagiandariakhlakulkarimah, akhlak yang mulia yang diajarkan Allah kepadahamba-Nya, sifatini pula yang harusdimilikiolehparanabidanummatnya.Seorang muslim punya teladan dalam hidupnya yaitu Muhammad SAW, sebagai nabi dan Rasul yang mengajarkan tentang akhlakul karimah karena memang tugas Rasul itu untuk menyempurnakan akhlak, sehingga wajar bila Allah menyebutkan bahwa akhlakul karimah itu hanya ada pada Rasulullah saja;
"Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" [Al Ahzab 33;21].

                Rahmat Allah akan diberikan kepada hamba kalau mereka meneladani akhlak Rasulullah, menantikan saat datangnya kiamat dan banyak berzikir kepada-Nya. Kasih sayang Allah ada yang diberikan secara gratis tapi ada juga yang diberikan Allah setelah menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada islam dengan ketaatan. Sifat santun seorang muslim bukan hanya ditujukan kepada Allah dan Rasul-Nya melalui loyalitas yang tinggi tapi juga harus diujudkan kepada orangtua dan anak keturunan, santun dan ramah kepada orang lain bisa dilakukan dan itu mulia tapi lebih mulia lagi kalau santun dan ramah itu ditujukan kepada keluarga;
"Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu..." [Al An'am 6;151]

Fir’aun dikenal sebagai manusia yang kejam dan bengis, sikap dan suara yang keras malah akan membuatnya marah dan memperlihatkan keganasannya, Nabi Musa dikenal seorang Nabi yang bersuara keras dan tidak suka berdiplomasi. Tatkala Allah mengutus beliau kepada Fir’aun, beliaupun mohon agar didampingi oleh saudaranya yang bernama Harun. Ini disebabkan Nabi Musa ingin memelihara hubungan da’wah dengan Fir’aun sampai ia sadar dan bertaubat, walaupun Fir'aun jelas mengingkari Allah, tapi Allah memerintahkan kepada Musa dan Harun agar lemah lembut, santun dan ramah menghadapinya;
"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".[Thaha 20;44]

 Allah berfirman dalam surat Ali Imran 3;159 ;
”Maka disebabkan rahmat Allah dan karena Allahlah kamu berlaku  lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap kasar lagi keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itulah maafkan mereka, mohonlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya’.

Dari ayat ini pula tampak jelas bagaimana hubungan interaksi Rasululah dengan para sahabat beliau, sebagai seorang pemimpin dan da’i, beliau tidak hanya memiliki sikap lemah lembut,namun juga kasih sayang. Dengan pribadi ini tidak mengherankan bila beliau senantiasa dicintai oleh para pengikutnya.

Allah berfirmandalamhaditsQudsi, “Nabi Musa As telahbertanyakepada Allah, “Ya Rabbi, siapakahdiantarahamba-Mu yang lebihmuliamenurutpandangan-Mu?”Allah berfirman, “Ialah orang-orang yang apabilaberkuasa [menguasaimusuh] dapatsegeramemaafkan” [HQR.Kharaithidan Abu Hurairah].

            Nabi Musa pernahmengajukanpertanyaankepada Allah, siapakahdiantarahamba-hamba-Nya yang lebihmuliamenurutpandangan Allah makaditerangkanoleh Allah, ”Merekaadalah orang yang berhatimulia, berlapang dada toleranterhadapmusuhatau orang yang memusuhinyadisaatiaberkuasamelakukansekehendaknya”.

Pribadi Muslim  adalah pribadi yang menjadikan ukhuwah islamiyyah sebagai pengikat hati, andaikata terjadi perpecahan dan perselisihan, maka kewajiban bagi mukmin lainnya untuk mendamaikan, bukan malah menyiramkan minyak di tengah api yang tengah berkobar. Allah sangat keras ancamannya kepada orang-orang yang berpecah belah dan bermusuhan, firman Allah;
”Dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang berpecah belah dan bertikaian, setelah datang bukti-bukti keterangan kepada mereka, dan mereka itulah yang akan mendapatkan siksa yang besar” [Ali Imran 3;105].
"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat" [Al Hujurat 49;10]


            Nyatalah ummat Islam diwajibkan bersatu, dilarang berpecah belah. Bersatu bukan asal bersatu saja, akan tetapi tetap bersatu dengan berpegang teguh kepada tali Allah. Bila sikap santun, ramah dan penyayang menjadi kepribadian hamba-Nya maka tidak akan terjadi kekacauan di dunia ini, pentingnya sikap santun dan ramah ini sehingga berkali-kali Allah memanggil kepada orang-orang beriman untuk menerapkannya.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakahseorangdiantarakamu yang sukamemakandagingsaudaranya yang sudahmati?Makatentulahkamumerasajijikkepadanya.danbertakwalahkepada Allah. Sesungguhnya Allah MahaPenerimataubatlagiMahaPenyayang”[Al Hujurat 49;12]

Manusia adalah makhluk Allah yang dipercaya untuk memegang amanah sehingga keimanan dapat terjaga dengan baik, bila amanah sudah dikhianati karena mencampurkan iman dengan kekafiran dan kenifakan maka akan merendahkan posisi manusia. Posisi yang jatuh kepada kerendahan martabat karena berbuat dosa, akan kembali baik bila bertaubat dengan sungguh-sungguh;
"Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima Taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ' [Al Ahzab 33;73]

Manusia adalah makhluk Allah yang tersayang dengan memberikan segala apa yang ada  di langit dan di bumi untuk kesejahteraan hidupnya. Namun bila perbuatan yang dilarang Allah dilakukan maka posisi ini akan merendahkan derajatnya dihadapan Allah dan masyarakatnya;
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu" [Al Baqarah 2;29]

            Allah ArRauf, Allah yang Peramah, dengankekuasaandankeperkasaan-Mu, Engkaumasihmemberikankelembutan, kasih saying dansikapramahkepadahamba-Mu, padahalterlalubanyakpelanggaran, kemungkarandankemaksiatan yang dilakukanhamba-Mu, dengankasihsayang-Mu kami masihdiberikankesempatanuntukmenyadarisegalasikap yang tidakbaikitudenganampunandanmaaf-Mu. SungguhEngkauMahaPengampundanPemaafya Allah.

Allah yaArRauf, dengankeramahan-Mulahhambainiberadadalamkasih saying-Mu, fasilitashidup yang luarbiasakarunianya, rezeki yang tidakdapatdihitungjumlahsertademikianbanyakkarunia-Mu yang tidakterhingga, jadikanlahhambainiya Allah hamba yang bersyukuratassegalakarunia-Mu, sungguhtidaktahudiuntungdankurang ajar bila kami tidakmensyukurisemuakaruniainiya Allah, ampunihambaya Allah atassegalakelalaian, dosa, kesalahan, maksiatdankemungkaran yang kami lakukan, terimalahtaubat kami yaIlahi.Wallahu a’lam [CubadakSolok, 20 JumadilAwal 1432.H/ 24 April 2011.M, Jam 11;25].

Referensi;
1.KuliahTafsir, Faktar IAIN RadenIntan Lampung, 1989
2.Al Qur'an danTerjemahannya, Depag RI, 1994/1995
3.KumpulanCeramahPraktis, Drs.MukhlisDenros, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar